"Mr. Oxley?"
Suara Mr. Pay mengejutkan Eduardus. "Ah, maaf."
"Anda baik-baik saja?"
Eduardus tersenyum samar. "Iya, Mr. Pay. Terima kasih."
"Lalu, apa rencana Anda selanjutnya?"
Eduardus menarik napas panjang kemudian melepaskannya perlahan. "Aku akan menemui Dean. Aku sudah memutuskan dan tidak akan mengubah keputusanku."
***
Di depan Kitten Group Soraya baru saja turun dari taksi. Dengan langkah anggun dan senyum mempesona membuat para lelaki yang berpapasan meliriknya dengan tatapan ingin.
"Selamat pagi, Bu Soraya," sapa si satpam ketika melihat wanita itu memasuki pintu depan.
Bukannya membalas Soraya malah meliriknya kemudian berlalu menuju lift lantai atas.
"Sikapnya tidak sesuai dengan wajahnya," ketus si satpam kemudian kembali duduk.
Di sisi lain.
"Mr. Hans, nanti aku kembali lagi, ya?" kata Kim, "Aku harus ke ruangan pak Dean sebentar."
Lelaki itu menyutujui. "Nanti kalau kembali, ka
Dean menoleh. Dilihatnya wajah Eduardus yang tampak pucat saat sedang menatapnya."Siang, Eduardus," balas Dean sambil berdiri, "Aku tak menyangka ... ternyata setelah puluhan tahun berpisah kita bisa ketemu lagi."Eduardus menunduk malu. "I-iya."Entah kenapa ada rasa takut dalam dirinya ketika menatap lelaki itu. Mungkin itu karena disebabkan oleh rasa bersalahnya terhadap Dean. Tapi mengingat tujuannya ke sini untuk menebus kesalahan itu, upaya yang tinggi ia berusaha untuk memberanikan diri menatap Dean."Maaf telah menganggumu, Dean."Lelaki itu bergerak menuju sofa panjang. "Tidak masalah. Duduklah."Eduardus menurut dan duduk di hadapan Dean. Dilihatnya anak yang tempo hari berusia delapan tahun, kini tumbuh dewasa menjadi lelaki tampan dan berwibawa."Sebelumnya aku ingin minta maaf. Aku___""Kau ingin minum kopi atau teh?" sergah Dean.Eduardus terkejut. Tapi demi menghargai tawaran sang pemilik kantor, ia menja
Di sisi lain.Tanisa dan Kensky sedang duduk di ruang tamu. Karena lusa dirinya akan kembali ke Jerman, Kensky menghabiskan waktu bersama sahabatnya."Ayahku sudah mengakuinya, Tan. Dia juga sudah minta ijin padaku untuk memberikan perusahan serta rumah itu kepada Dean."Tanisa mengedipkan mata sekali sambil menatap Kensky. "Tapi kalau kau menikah dengannya, sudah pasti perusahan dan rumah itu akan menjadi milikmu."Kensky berdecak. "Itu dia masalahnya, Tan. Entah kenapa sekarang ini menjadi ragu pada Dean.""Kenapa?" tanya Tanisa dengan alis berkerut-kerut."Entalah, tapi itulah yang kurasakan saat ini. Aku ragu padanya, tapi aku tidak tega meninggalkannya.""Kau hanya termakan kata-kata Rebecca dan Soraya. Kalau memang perasaannya tidak tulus, tidak mungkin dia sampai sakit karenamu."Kensky diam sesaat. "Hari ini ayah akan menemuinya. Aku takut dia akan marah dan menyakiti ayah.""Itu tidak mungkin, Sky," kata Tanisa,
Kensky menunduk. Sejenak ia kembali mengingat saat pertama kali bertemu Dean."Sebenarnya aku ingin marah padanya, Pi. Dia telah membohongiku, dia bilang bahwa diriku dan dia sudah dijodohkan oleh Papi. Itu sebabnya aku kaget waktu Papi bilang tidak mengenalinya."Eduardus menahan tawa. "Dia berkata begitu?""Iya. Saat itu aku sedang berjalan kaki untuk menghadiri wawancara di Kitten Group. Sialnya mobil yang dia tumpangi melindas air dan mengenai tubuhku, aku basah dan handphone-ku rusak. Tapi setelah itu dia turun dan menanyakan namaku. Begitu aku menyebutkan nama lengkapku, dia langsung bilang bahwa namaku sama persis dengan calon istrinya. Dan begitu saat aku menyebutkan nama belakangku, dia langsung mengatakan bahwa aku gadis yang sudah dijodohkan dengannya. Yang lebih membuatku percaya, dia menyebutkan nama Papi dengan lengkap. Di situlah dia berkata bahwa Papi telah menjodohkan kami sejak lama."
"Jadi kau yang telah membuat papi sembuh hingga sehat kembali?""Iya."Kensky ternganga. Sedangkan Dean terus menceritakan semuanya."Memang aku ingin balas dendam kepada ayahmu, tapi aku tidak ingin memberikan satu juta dolar kepada mereka. Seandainya dia tidak mendesakku untuk menikahi Soraya, mungkin ayahmu saat ini sudah lumpuh total. Soal hutang ayahmu kepadaku itu ide Rebecca, aku sampai terkejut waktu dia bilang aku harus menyetujuinya; bila mana ayahmu punya hutang dan jaminannya adalah perusahan kalian. Aku bahkan kebingungan saat dia memaksaku untuk memberikanmu toleransi.""Tapi faktanya aku tidak minta toleransi, bukan?" Kensky terkekeh, "Terus selanjutnya bagaimana?""Di samping aku bicara dengan Rebecca, aku juga bicara dengan pengacara asli ayahmu. Beliau bernama Mr. Pay.""Oh, iya? Jadi di sisi lain kau bersikap jahat, di satu sisi kau bersika
"Terus, Rebecca mau?""Papi tidak perduli, Nak. Dia mau atau tidak keputusan papi sudah bulat. Papi ingin bercerai dengannya."Wajah Kensky berkerut-kerut. "Aku khawatir Rebecca akan mencelakai Papi lagi. Aku tidak ingin itu terjadi lagi, Pi.""Tidak, Sky. Papi tidak ingin lagi hidup dengan wanita jahat seperti dia. Memang semua ini rencana Dean, tapi setidaknya dengan masalah ini papi bisa tahu bahwa Rebecca tidak benar-benar mencintai papi.""Baiklah. Tapi Papi janji jangan pernah berurusan dengan mereka lagi, ya? Aku tidak ingin mereka berpura-pura dan akhirnya mencelakai Papi hanya karena sakit hati."Eduardus meraih tangan anaknya. "Kamu tenang saja. Papi tidak akan lagi tinggal di rumah itu, papi akan tinggal bersama Mr. Bla."Kensky tersenyum sayang. "Kira-kira mami akan marah tidak ya jika tahu rumah dan perusahannya sudah jatuh ke tangan orang lain?"
Ting! Tong!Bunyi bel membuat Soraya dan Rebecca saling bertatap. "Biar aku saja," kata Soraya sambil beranjak dan berdiri dari sofa.Rebecca duduk diam. Sambil menatap anaknya berjalan meninggalkan ruangan ia tampak berpikir. "Mudahan-mudahan saja caraku itu bisa berhasil. Semoga Dean bisa peka dan segera membuat sertifikatnya. Dengan begitu aku masih punya waktu tinggal di sini sampai sertifikat itu selesai.""Ma?"Suara Soraya mengejutkan Rebecca. "Iya, Nak?""Ada yang ingin bertemu, Mama."Alis Rebecca berkerut. "Siapa?"Mata Soraya beralih pada sosok yang sedang berjalan memasuki ruang tamu."Halo, Nyonya Rebecca."Mata Rebecca melotot. "Anda?"Sosok yang berdiri di samping Soraya tersenyum lebar. "Iya, aku. Kenapa? Anda kaget?"Wajah Rebecca kontan m
Mata Eduardus berkaca-kaca. "Ya, Tuhan. Seandainya waktu bisa diulang, aku tidak akan pernah menjahatimu, Dean. Sumpah."Dean tersenyum samar. "Justru aku bersyukur kau menjahatiku, Eduardus. Berkat sikapmu yang jahat itu aku bisa bertemu dengan Kensky."Tawa bahagia pun terdengar dari suara Dean, Eduardus dan Mr. Pay."Tapi aku minta kau jangan dulu memberitahukan hal itu kepada Kensky, aku ingin memberi kejutan kepadanya," tambah Dean."Kau tenang saja, Nak. Sekarang, apapun yang kau perintahkan akan kulaksanakan."Mr. Pay dan Eduardus kembali tertawa. Sedangkan Dean dengan tatapan bahagia menatap Eduardus yang kini mengeluarkan air mata karena bahagia.***Aktivitas kantor yang cukup menguras tenaga membuat tubuhnya berkeringat. Berendam air panas ditemani scent white jasmine dari produk Lucerna membuat Kensky merasa nyaman. Saking nya
"Laki-laki itu.""Oh, pantasan saja dari tadi aku menghubingimu tidak bisa."Kensky tahu Dean sedang sensitif karena kecemburuannya terhadap laki-laki lain. Tapi demi menjaga hubungan mereka, mau tidak mau ia harus jujur kepadanya."Tadi begitu selesai bicara denganmu, tiba-tiba dia menghubungiku. Padahal sudah sekian lama dia tidak menghubungiku, tapi malam ini dia kembali meneleponku.""Apa yang dia katakan?"Kensky bergerak dan duduk di kursi. "Dia mengajakku menikah."Dean diam cukup lama. Dan hal itu membuat Kensky khawatir."Kau menerima lamarannya?""Aku belum memberi keputusan. Hanya saja ... aku mengajak dia bertemu.""Untuk apa?" Nada Dean terdengar tidak senang."Aku ingin mengatakannya secara langsung, siapa yang akan kupilih di antara kalian berdua sebagai calon s
Kensky bergairah. Dari awalnya hanya iseng saat mulutnya yang kecil mengulum pucuk buah dadanya Dean, kini sambil memejamkan mata ia memindah posisi dan berlutut di hadapan lelaki itu. Tangannya yang halus dengan lembut bergerak ke arah handuk dan melepaskannya. Dean terkejut. Dengan mata sayu ia menatap Kenksy yang sedang menyerang perutnya dengan kecupan-kecupan kecil hingga membuatnya terasa nikmat. Kensky yang semakin lama dilanda gairah ketika merasakan elusan lembut dari tangan Dean, kini menunduk dan melihat bagian yang mengeras dan tegas. Ia terkejut melihat bagian itu untuk pertama kalinya yang ternyata lumayan panjang dan berisi. Sambil menatap Dean ia tersenyum dan berkata, "Ini ukuran yang sangat menakjubkan, Dean." Lelaki itu mencondongkan badan dan melumat bibir Kensky. Setelah puas saling melumat, mereka melepaskan bibir dan saling bertatap. "Kau tidak perlu melakukannya, Sayang."
Di dalam kamar vila mewah dan terbesar di Amerika, Dean sedang berdiri sambil menghadap jendela kaca dengan tubuh yang hanya mengenakan celana pendek. Tubuh bagian atasnya terbuka, sedangkan sebelah tangannya menahan ponsel yang menempel di telinga."Maafkan aku, Dean. Padahal aku dan istriku ingin sekali menghadiri pernikahanmu, tapi kakak iparku mendadak menyuruh kami ke Rusia pagi tadi. Mertuaku meninggal, karena kecelakaan.""Aku turut berduka cita. Kapan pemakamannya?""Terima kasih, Dean. Pemakamannya besok. Anak-anaknya ingin mempercepat pemakaman, karena bagian tubuhnya hancur. Jadi mereka tidak mau menahan jenazah-nya lebih lama lagi.""Maafkan aku, Mister. Aku ingin sekali hadir ke pemakaman itu, tapi Anda sendiri tahukan?""Aku mengerti, Dean. Tapi ngomong-ngomong soal vila, kau suka kan tempat itu, kan? Aku sengaja memberikan kamu vila di atas puncak biar kau bisa men
"Enam sembilan?""Iya," balas Tanisa, "Tunggu di sini. Aku akan mengambil laptop dulu."Kensky menatap bingung ke arah Tanisa yang kini berjalan memasuki kamarnya."Kau harus melihat ini, Sky," kata Tanisa yang tiba-tiba muncul sambil membawa laptop. Ia duduk di sebelah Kenksy kemudian mengotak-atik benda itu, "Ini adalah situs terbaik yang pernah aku lihat."Zet!Kensky terkejut. "Kau sering melihatnya di situs ini, ya?"Tanisa tertawa. "Memangnya kenapa? Kan mencari pengalaman bukan harus mempraktekkannya saja. Sama seperti sekolah, kita akan mendapat materi dulu, baru dipraktekkan. Bukan begitu?"Kensky terdiam karena apa yang dikatakan Tanisa ada benarnya. Ia tidak perlu bercinta dulu baru mendapatkan pengalaman, tapi hanya dengan berbagi pengalaman bersama Tanisa dan melihat video di situs itu sudah cukup bagi Kensky untuk mempraktek
Mata Dean berubah sayu. Perlahan ia mulai membuka kancing kemeja Kensky hingga semuanya terlepas. Setelah semua kancing terlepas, ia membuka lebar kemeja itu hingga terlihat bagian suburnya yang tegas. Perlahan Dean membenamkan wajah di sana untuk menghirup aroma di balik pelindung tipis yang masih melekat di tubuh Kensky.Gadis itu mendesah saat Dean menyentuh bagian itu dengan lidahnya. "Dean ...."Lelaki itu mendongak menatap wajah Kensky. Tangannya perlahan menyusup ke balik punggung untuk membuka pengait yang menghalanginya.Kensky pasrah dan sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari wajah Dean. "Aku ingin sesuatu yang beda di malam pengantin kita nanti."Tepat di saat itu pengait bra gadis itu terlepas. Sambil mengangkat pelindung itu dengan pelan ia berkata, "Kau ingin apa?" Dean menunduk dan mencium pucuknya yang berwarna cokelat.Kensky memejamkan mata sambil mengusap
Dengan perasaan sedih dan bahagia Eduardus mengangguk. Ia bahkan tak bisa mengeluarkan suara, akibat air mata yang kini membasahi pipinya.Mata Kensky ikut berkaca-kaca. "Apa itu artinya Papi menerima lamaran ini?"Eduardus menarik cairan hidungnya. "Tentu saja. Tentu saja, Sayang. Papi menerima lamaran Dean merestui hubungan kalian."Dengan cepat Kensky beranjak dari sofa dan mendekati ayahnya. Mereka saling berpelukan dan menangis bersama. "Terima kasih, Pi. Terima kasih karena Papi telah mengijinkan Dean menjadi suamiku."Mrs. Stewart ikut menangis. Dalam hati ia bertanya-tanya, "Jika Eduardus tahu kalau Kensky adalah cucu kandungnya, apakah dia akan menerima Dean sebagai suami Kensky?"Dean yang duduk sambil menatap mereka pun sama pemikiran. Ia bertanya-tanya dalam hati, "Seandainya Eduardus tahu aku punya hubungan dengan keluarga Barbara, apakah dia akan menerima lamaranku
Seminggu pun berlalu. Kensky yang seharusnya sudah kembali ke Eropa akhirnya tertunda akibat permintaan Dean."Aku terlalu lama di sini. Kalau aku lebih lama lagi, yang ada pekerjaanku semakin tertunda. Aku tidak mau meskipun kau pacarku, tapi melalaikan tugas sebagai karyawanmu."Dean tersenyum sayang. Saat ini mereka sedang berada di restoran langganan sambil menikmati makan siang. "Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menghubingi Mr. Bon dan menyuruhnya untuk menangani semuanya. Kau tenang saja.""Aku tidak ingin mereka menganggap aku dispesialkan olehmu, Dean. Aku tidak ingin mereka menilai bahwa kau membeda-bedakan karyawan."Lelaki itu menyudahi makannya. "Kenapa kau harus khawatir? Kau kan memang orang yang spesial bagiku dan Kitten Group. Hanya saja mereka tidak tahu bahwa kaulah pemilik Kitten Group yang sebenarnya, bukan aku."Kensky menatap haru. Perlahan ia meraih sebe
Ekspresi Dean langsung berubah. "Saat malam ulangtahunmu yang ketujuh tahun, ibumu menemuiku waktu itu."Kensky tampak berpikir. "Kalau itu aku ingat, tapi mami tidak bilang kalau mau ke mana.""Malam itu dia datang untuk meramaikan acara yang aku, kakek da nenekmu laksanakan demi memperingati hari ulangtahunmu. Jadi setiap tanggal lima belas juni, kami merayakan ulangtahunmu tanpa kau ketahui."Mata Kensky kembali berkaca-kacaa. "Benarkah?"Dean tersenyum. "Iya. Dan saat itulah kami sepakat membuat ulang tahun Kitten Group tepat di tanggal yang sama dengan tanggal kelahiranmu.""Ya, Tuhan. Jadi barusan peringatan itu bukan karena ulang tahun kantor?""Iya, tapi peringatan untuk tanggal kelahiranmu. Dan itu tidak ada yang tahu kecuali aku dan semua keluargamu."Kensky kembali menangis. "Aku tak menyangka, ternyata keluarga mami tidak pernah melupakanku
"Dean, kumohon kabulkanlah permintaanku ini . Mungkin bagimu ini sangat tidak mungkin, tapi hanya kamulah orang yang kupercaya. Kumohon, Dean. Berjanjilah padaku bahwa kau akan menikah dengan Kensky. Hanya kau laki-laki yang kupercaya untuk menjaganya. Aku tak peduli kau mau atau tidak, pokoknya yang aku tahu Kensky harus menikah denganmu. Aku tak peduli bagaimapun caramu mendapatkannya, pokoknya kau harus menikahinya. Dan aku harap setelah membaca surat ini, kau mau berjanji dan melakukan apa yang sudah aku minta. Bertanda tangan, Barbara Stewart."Zet!Lagi-lagi Kensky terkejut. "Nama belakang mami Stewart?""Iya.""Sumpah, selama ini aku tidak tahu nama belakang mami. Yang aku tahu nama mami hanyalah Barbara Oxley."Dean mengusap pipi Kensky. "Kau ingat wanita yang kuceritkan padamu tempo hari ... wanita yang telah menolongku di depan tokonya?""Iya."
Tanpa berkata apa-apa lagi Kensky pun langsung berdiri dan memeluk Dean. "Aku juga sangat merindukanmu.""Cium aku," kata Dean.Kensky melepaskan pelukannya dan menatap Dean. "Cium?""Iya."Kensky mendunduk dan mencium dahi Dean. "Sudah.""Bibir."Wajah Kensky berubah merah. "Ini rumah sakit, Dean. Kalau perawat datang dan memperkogi kita, bagaimana?""Ini sudah larut, mereka tidak akan datang.""Tapi___""Sudah, cepat. Jangan membantah."Dengan malu-malu Kensky pun mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Perlahan ia menunduk kemudian mencium Dean.Lelaki itu tak hanya diam. Tangan sebelahnya terulur dan menehan kepala Kensky lalu membalas ciuman Kensky. Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan lembut, berubah menjadi lumatan yang penuh perasaan.&nbs