Valeria mengetuk jari-jarinya di atas meja. Sebuah kebiasaan kecil ketika sedang memikirkan sesuatu.
“Veela.”
“Ya?” Atlanta menoleh, jarang sekali orang memanggil namanya dengan nama terkutut tersebut.
“Bagaimana jika—”
“Jika apa?” Atlanta menaikkan kedua alisnya, penasaran.
“Bagaimana jika adik iparmu, Samuel sungguh mengenali sosok Leona di masa lalu? Bagaimana jika adik iparmu pernah jatuh cinta dengan sosok Leona di masa lalu?”
Atlanta terdiam sesaat kemudian tertawa lepas. Menertawai asumsi Valeria yang terlalu dramatis.
“Ayolah, tidak ada genre melodrama dalam kehidupanku. Sosok Leona tidak pernah menarik, itu alasanku tidak pernah mendapatkan pacar selama ini. Aku dan suamiku bertemu karena sebuah keadaan, kami jatuh cinta setelah menikah.”
Valeria melipat kedua tangan di depan dada. “Padahal kau jenius Leona. Aku tidak menyangka jika sos
Atlanta langsung menendang punggung Derrick begitu melihatnya. Membuat pria itu jatuh tersungkur ke tanah.“Kau berencana membongkar Hilton ke Interpol bukan?” serang Atlanta langsung.Derrick belum selama Alanta bekerja dengan Hilton. Akan tetapi pencapaian yang Derrick capai di luar statusnya sebagai agen sangat mengagumkan sebagai seorang ilmuwan.“Beri aku pengampunan. Aku hanya menginginkan kehidupan baru.” Suara Derrick terdengar sangat memohon kepada Atlanta.“Kehidupan baru?” Atlanta berdecih sinis.Derrick berlutut dan memegang kaki Atlanta. Memohon.“Aku akan tutup mulut. Biarkan aku keluar dari Hilton.”“Kau pikir Hilton adalah sekolah tempat dimana kau bisa masuk dan keluar seenaknya?” Atlanta menatap Derrick penuh kekesalan.“Lupakan soal Hilton, beri tahu aku dimana kau menyimpan hasil penelitianmu.” Atlanta mengalihkan pembicaraan.Mel
Oliver menghembuskan asap rokok. Wanita itu sudah merokok sejak sepuluh tahun yang lalu. Lay yang duduk di sebelah Oliver merasa tak terganggu dengan asap rokok yang Oliver timbulkan, masih fokus menatap layar komputer untuk meretas perusahaan Start Up. “Kau tahu, sebenarnya aku sangat menyukai Leona. Dia sungguh Veela-nya Hilton,” ujar Oliver, membuka topik pembicaraan. Tanpa mengalihkan perhatiannya Lay menaikkan kedua alisnya. “Lalu?” “Hanya saja dia kurang sempurna. Sejujurnya aku sangat menyukai bagaimana cara kerja Leona, aku akui dia adalah agen kesukaanku. Dia bisa merampok tanpa perlu turun tangan ke lapangan, dia pandai bela diri menggunakan berbagai macam senjata dan berlari seperti orang gila karena itu aku tidak mengizinkannya menjadi atlet waktu Leona masih SMU. Leona juga hebat meretas, aku masih ingat ketika CIA panik karena Leona berhasil meretas sistem mereka.” Lay menghentikkan jari-jemarinya di atas papan keyboard. “Leona kur
Ketika Atlanta hendak menaruh kembali cangkir di atas meja, Atlanta pura-pura ceroboh dah menumpahkan minum itu ke tangannya.“Astaga, maaf, aku tidak sengaja menumpahkannya. Maaf, padahal kau sudah membuat minuman ini susah payah.” Atlanta segera mengambil tisu dan berusaha membersihkan kekacauannya, di bantu oleh Samuel.“Aku baru tahu jika kau bisa sebodoh itu. Kau pergilah cuci tangan, aku akan membersihkan ini.”Mendapatkan kesempatan emas, Atlanta segera berdiri. “Maaf Samuel.”“Tidak apa-apa,” balas Samuel tanpa mengalihkan perhatiannya.Melihat Samuel sedang fokus membersihkan, Atlanta menempelkan alat perekam suara di tempat yang tak terlihat. Selanjutnya Atlanta segera pergi mencari dimana kamar Samuel berada. Diam-diam Atlanta menaruh perekam suara di bawah tempat tidur Samuel, sebelum itu Atlanta memotret beberapa fotoKetika Atlanta keluar, Atlanta ter
“I’m sorry to hear that, tapi berhentilah menempatkan wanita pujaan hatimu padaku hanya karena kami mirip. Biarkan wanita pujaanmu beristirahat dengan tenang di alam sana. Kau masih memiliki banyak waktu untuk mengencani wanita lain, jangan membuang waktu pada wanita yang sudah meninggal.”Atlanta tidak ingin Samuel masih terobsesi pada sosok dirinya di masa lalu. Sosok yang bahkan Atlanta sendiri berusaha untuk tidak mengungkitnya lagi. Atlanta pikir semuanya telah selesai begitu sosok Leona Veela Adams telah tewas dari muka bumi ini. Ternyata ada banyak hal yang belum sosok Leona selesaikan di masa lalu.Samuel mencondongkan tubuhnya ke arah Atlanta, menatap Atlanta tajam. Menunjukkan bahwa Samuel tidak menyukai kalimat terakhir yang Atlanta ucapkan.“Leona belum mati. Aku menemukan banyak kejanggalan dalam kematiannya. Aku yakin jika Leona masih hidup hingga detik ini. Terakhir, aku yakin jika Atlanta dan Leona adalah orang yang sama.&
Seorang petugas super market yang menyadari pertengkaran Atlanta dan Leonis pun datang menghampiri mereka. “Maaf Ibu, tolong jangan bertengkar dengan anaknya di tempat umum,” tegurnya.Mendengar kata ‘anak’, Atlanta melotot tak terima. “Anak? Siapa yang mau menjadi Ibumu? Aku tidak akan sudi menjadi Ibumu!”“Aku bukan Ibunya. Aku orang asing,” ujar Atlanta pada sang petugas super market.Leonis berdecih sinis. “Siapa juga yang menginginkanmu menjadi Ibuku? Aku juga tidak sudi memiliki Ibu dengan tempremental buruk sepertimu.”“Apa? Tempramental buruk? Kau tidak menyadari jika kau dan ayahmu tak ada bedanya?” Atlanta masih berkecak pinggang.Leonis juga berkacak pinggang kepada Atlanta. “Tentu saja kami tidak ada bedanya. Kami sama-sama good looking dan pintar.”Atlanta hampir menyemburkan tawanya mendengar pembelaan Leonis. “Maksudku temprament
“Aku tidak menyukaimu. Aku lebih menyukai Paman Dylan yang baik hati dan juga tampan.”Mendengar nama Dylan disebutkan melalui mulut gadis kecil itu, Atlanta tersenyum miring.“Tapi Paman Dylan lebih menyukaiku dari pada menyukaimu,” balas Atlanta.Leondra menghela napas. Ternyata di pertemukannya Atlanta dan Leonis dalam satu ruangan adalah hal yang buruk. Akan selalu terjadi perang dunia ketiga dimana pun mereka berada, dimana pun mereka di persatukan.“Paman Dylan juga telah menjadi anggota keluarga kita, Leonis. Jadi kau tidak perlu takut kehilangan Paman Dylan selagi Leona menjaga Paman Dylan dengan baik di sisinya,” ujar Leondra, berusaha melunakkan Leonis supaya pertengkaran ini tak berlanjut.Tidak terima, Atlanta menatap Leondra tajam melalui cermin kecil yang di gantung di atas dashboard mobil. Bertukar tatapan dengan sang kakak melalui cermin.“Siapa yang mengizinkan Dylan menjadi bagian d
Mobil putih mewah milik Leondra memasuki pekarangan rumah mewah yang berada di tengah hutan. Jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Atlanta masih duduk di dalam mobil ketika Leondra dan Leonis sudah turun dari mobil.Ini menyebalkan. Leondra mengajak Atlanta pulang ke rumah setelah dua puluh tahun seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara keluarga Adams. Padahal Atlanta masih ingat dengan jelas bagaimana keluarga Adams membuangnya ke panti asuhan dua puluh tahun yang lalu.Leondra mengetuk kaca jendela mobil. “Leona, kenapa diam saja? Ayo turun.”Tidak ingin terlihat lemah, Atlanta menarik napasnya dalam-dalam sebelum memutuskan untuk keluar mobil. Menginjakkan kaki di rumah keluarganya sendiri adalah hal yang tak pernah Atlanta inginkan setelah di buang ke panti asuhan.Ah, bahkan mereka tak pantas untuk Atlanta sebut sebagai keluarga lagi.Atlanta memperhatikan setiap sudut rumah yang memiliki luas beberapa hektare ini. Rumah yang sang
Atlanta menghentikkan mobil di depan sebuah super market tadi bertepatan dengan turunnya hujan deras. Setelah mengambil barang belanjaannya, Atlanta segera turun dari mobil. Atlanta kembali duduk di bangku depan super market, bertepatan dengan panggilan masuk dari Dylan.“Sayang? Kau dimana?”“Aku di super market dekat apartemen,” jawab Atlanta pelan. Berusaha menyembunyikan suara serak khas setelah menangis.Atlanta masih menundukkan kepala, tiba-tiba sepasang sepatu pria yang berdiri di hadapannya membuat Atlanta mendongkakkan kepala. Di hadapannya saat ini ada sosok Dylan sembari memegang payung.Ini dia, ini tempat berpulang Atlanta yang sesungguhnya. Bukan rumah mewah tadi, tetapi sosok sederhana yang penuh kasih sayang adalah tempat Atlanta berpulang sekarang.Atlanta langsung memeluk Dylan dengan erat. Sangat erat seakan Atlanta tidak ingin melepaskan Dylan lagi. Pertahanan diri Atlanta akhirnya hancur. Suara
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta