Sejak peresmian hubungan Jayden dan Felicia, mereka semakin terlihat dekat dan seakan tak terpisahkan. Meski mereka sudah jarang ke kampus, tapi di luar kampus mereka sering bertemu. Setiap hari. Ke kampus pun kadang hanya untuk bimbingan dengan dosen terkait pembahasan yang sudah mereka susun sembari menunggu penelitian histopatologi mereka dilakukan. Sisanya mereka pergi bersama ke perpustakaan nasional atau belajar bersama di rumah Felicia.
Ansel yang menyadari hubungan Felicia dengan Jayden pun seketika kecewa. Ia menatap
Esok harinya Jayden sudah kembali berada di depan rumah Felicia sebelum jam enam pagi. Karena perjalanan ke Puncak akan memakan cukup banyak waktu apalagi di weekend seperti ini. Kesiangan sedikit saja bisa-bisa mereka terjebak macet. Apalagi di weekend biasanya jalanan ke arah Puncak akan memberlakukan jalur satu arah."Masih ngantuk ya?" tanya Jayden ketika mobilnya baru memasuki jalan tol.Felicia menyandarkan kepalanya ke jok mobil Jayden dan melirik sekilas ke pria di sampingnya. "Menurut lo aja? Siapa suruh ngapel sampe jam sepuluh malam. Gue kan tipe yang gak bisa tidur cepet. Gue baru tidur tuh jam dua belasan tau!"Jayden terkekeh geli. Ia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya sekarang seperti bucin banget ke Felicia. Seakan tak mau jauh-jauh dari gadis itu. Ia yang dulu sering dikejar-ke
Setelah membeli berbagai macam oleh-oleh termasuk mochi dan buah berry-berry-an, Jayden dan Felicia memutuskan untuk mencari tempat makan sate maranggi yang terkenal untuk makan siang mereka yang telat. Karena hari sudah menjelang sore dan demi menghindari penutupan jalan, Jayden tidak mengajak Felicia ke tempat wisata lain di Puncak. Apalagi mengingat mereka besok harus penelitian kembali. Ia khawatir jika penyakit typus Felicia kambuh lagi."Kita beli oleh-oleh banyak banget. Udah kayak mau ngasih orang sekampung," ucap Felicia sembari melihat jok belakang mobil Jayden."Gak apa-apa. Buat stok cemilan gue pas ke rumah lo.""Loh. Emang lo gak mau bawa pulang buat orang di rumah?"Jayden menggeleng. "Rumah gue sepi. Nyokap bokap gue baru ke Bandung lagi minggu ini. Nanti gak ada yang makan."Felicia terdiam, memperhatikan wajah Jayden yang terlihat biasa saja. Namun Felicia sedikit m
Felicia menatap rumah mewah di depannya dengan tatapan kagum sekaligus bingung. Ia sengaja naik ojek online menuju rumah Jayden agar tidak tersesat. Tapi ketika tukang ojeknya memasuki kawasan perumahan elit di pusat kota, Felicia seketika berpikir ... sekaya apa pria tengil yang sekarang adalah kekasihnya itu?Dan semua terjawab kini.Rumah mewah bergaya modern itu seakan meledek Felicia dan penampilan sederhananya. Ia hanya tahu sosok Jayden yang suka naik motor matic ke kampus atau mobil sedan biasa selama masa pendekatan mereka. Namun yang dihadapannya kini seketika membuat nyali Felicia ciut."Ini bener alamatnya, Pak?" tanya Felicia yang sedikit berharap jika mereka ternyata tersesat. Dan ini alamat yang salah.Tukang ojek yang
Cahaya matahari masuk menyelinap melalui celah-celah tirai yang dibiarkan tertutup. Cahaya itu mengenai kedua kelopak mata Felicia yang masih terlelap, hingga gadis itu merasa terganggu dan mengerjapkan matanya. Ia kemudian menutupi wajahnya dengan selimut di tubuhnya dan berbalik membelakangi cahaya matahari. Seketika hidungnya mencium aroma familiar. Membuat kedua kelopak matanya terbuka sempurna dan mendapati Jayden yang tengah memperhatikannya sembari tersenyum. "Elo!" Felicia segera beranjak dan baru menyadari jika ia memang menginap di rumah kekasihnya itu."Kenapa kaget gitu sih? Langsung peluk kek apa kek. Jarang-jarang liat pangeran ganteng kayak gue pas lo bangun tidur." Jayden menaik-naikkan alisnya membuat Felicia menutupi wajahnya yang terasa panas."Kok lo gak bangunin gue sih?" Bibir Felicia mengerucut. 
Setelah beristirahat seharian, kesehatan Jayden semakin pulih. Pria itu sudah tidak demam lagi. Flu-nya pun sudah mereda. Felicia jadi bisa lega karena pria itu sudah pulih seperti biasa."Jangan pulang dong. Gue kesepian," ucap Jayden dengan nada manja ketika sore harinya Felicia ingin pulang ke rumah."Gak usah manja deh lo. Udah sembuh juga. Masa gue nginep lagi. Ntar kalo kita digrebek gimana?" Felicia mendelik tajam ke arah Jayden meski sebenarnya ia enggan pergi meninggalkan pria itu."Gak lah. Nyolek lo aja enggak masa digrebek. Mending sekalian deh.""Sekalian apaan?" Felicia memicingkan matanya tapi Jayden malah senyam senyum. "Udah ah! Besok kita kan ketemu di perpus kampus. Kita harus selesain pembahasan biar bisa bimbingan."
"Hai, Kak!" sapa Tasya saat tak sengaja bertemu Jayden di koridor gedung Tata Usaha dan ruang dosen. Kelihatannya pria itu sedang menunggu seseorang."Oh. Hai," sapa Jayden seadanya."Lagi nungguin siapa, Kak? Mending makan siang yuk sama aku." Tasya tersenyum sok manis.Jayden hanya tersenyum kecil kemudian menggeleng. "Gak deh. Makasih. Gue nunggu Felicia nih. Masih bimbingan di dalem."Tasya terlihat tidak suka saat Jayden menyebut nama Felicia. Apalagi soal berita yang sudah menyebar luar di kampus yang mengatakan jika mereka berdua sudah resmi pacaran. Rasanya pria sesempurna Jayden tidak seharusnya bersanding dengan gadis biasa saja seperti Felicia. Mereka berdua seperti langit dan bumi. Entah apa yang membuat Jayden bisa jatuh hati dengan
Hari sidang skripsi pun tiba.Felicia mematut dirinya di depan cermin setelah mengenakan jas almamaternya. Rambutnya sengaja ia kuncir ekor kuda agar tidak menyulitkannya saat presentasi nanti. Sesekali ia menghela nafas demi menenangkan diri. Dalam beberapa jam ke depan ia akan menghadapi para dosen penguji juga menjadi Sarjana Farmasi. "Gue pasti bisa." Ia merapalkan kata-kata itu untuk dirinya sendiri."Udah siap, Fel?" tanya Emily yang berdiri di ambang pintu kamar Felicia sembari menatap anak perempuannya penuh rasa haru. Karena pada akhirnya setelah perjuangan panjang, Felicia akan mencapai titik akhir kuliahnya.Felicia berbalik dan mengangguk. Ia pun menghampiri Ibunya dan menyalaminya dengan khidmat. "Doain Felic ya, Bu. Biar lancar dan lulus."
Ansel mengikuti kemana Felicia pergi setelah mendengar hal tidak terduga dari gadis yang menemui Felicia. Tadinya ia ingin memberikan mantan kekasihnya itu bucket bunga, tapi ia urungkan saat mendengar pembicaraan mereka. Ia merasa terluka saat melihat wajah Felicia yang terlihat kecewa dan sedih.Felicia duduk di kursi taman yang saat itu sepi karena hampir semua mahasiswa berada di halaman depan gedung kampus.Ansel pun menghampiri Felicia dan duduk di sampingnya. "Lo gak apa-apa?" tanyanya dengan suara lembut.Felicia hanya menatap sekilas pada Ansel dan mulai terisak sembari menutupi wajahnya. "Gue bodoh banget.""Udah jangan sedih. Ini kan hari bahagia lo. Lagian emang lo yakin dengan yang dikatakan tuh cewek?" tanya Ansel yang membuat Feli