Saat Kim sedang asik-asiknya berendam, seseorang membuka pintu kamar mandi dari arah luar.
"Kyaaaa!!!!" teriaknya heboh.
Mendengar teriakannya yang bak petasan di malam tahun baru itupun, pintu kembali ditutup. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin.
"Kamu di dalem?" tanya Alvin dari luar.
"Iyalah. Aku tadi kan juga udah bilang kalau mau mandi. Gimana, sih. Makanya, kalau mau masuk ketok dulu, ini malah langsung masuk aja," balasnya mengomel.
"Kamu juga yang salah, kenapa pintu nya nggak dikunci.
"Hah, serius, gue lupa ngunci pintunya? Gue yang salah nih ceritanya," pikirnya.
Ia langsung menyambar handuk kemudian melilitkan ke badannya, dan segera keluar.
"Kenapa aku yang disalahin, sih.
Kakak dong yang salah. Bukannya tadi aku juga udah bilang kalau mau mandi, dan seenak jidat nya Kakak langsung aja nyelonong masuk."
Sepanjang itu omongannya, Alvin hanya membalasnya dengan senyuman nggak jelas.
Alvin sudah memasang tampang kesalnya, saat waktu 15 menit sudah terlewat dari jadwal janjiannya dengan Kim. Bahkan, sudah tak bisa dihitung berapa kali ia mondar-mandir di depan cafe, berharap wanita itu muncul."Haiii, Kak."Alvin langsung balik badan, dan benar, akhirnya wanita yang ia harapkan datang juga."Kenapa lama?""Ya, maaf, baru juga nunggu 15 menit, belum setahun," celetuk Kim."Jangan nyindir," berengutnya mengamit tangan Kim dan membawanya masuk ke area cafe.Kim mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe dengan tatapan bingung. Ya, pasalnya tak ada orang lain di sini selain mereka berdua."Ada namanya pasar hantu, kereta hantu, dan apa ini yang dinamakan cafe hantu," pikirnya dalam hati"Bisa jadi," ujar Alvin, membuat Kim langsung bergelayut di tangan Alvin.Alvin malah tersenyum melihat reaksi Kim. Ya, wanita ini memiliki imajinasi yang sangat tinggi, apalagi kalau sudah membahas masalah han
"Haii, Kim," sapa seseorang turun dari mobil, menghampirinya yang saat itu duduk bersama Restu.Kim langsung menunjukkan wajah tak sukanya pada dia."Dion, kamu ngapain kesini" tanya Kim dengan ekspresi kesal."Di saat dirinya lagi sedih karna kepergian Alvin, malah Dion yang datang tanpa diundang," pikirnya."Ya, aku cuma mau ketemu sama kamu doang," jawabnya."Kamu tahu darimana alamat aku?" tanya Kim."Dari asisten rumah tangga di rumah kamu, dan ngasih alamat sini," jelasnya"Hadehh...,si Bibik," batinnya merutuki tindakan asisten rumah tangganya."Dia siapa, Kim?" tanya Restu"Kak, kenalin, ini Dion.Dia mantan aku," jelasnya pada Restu dengan berat."Oo..., jadi ini anak yang bikin kamu sama Alvin jadi berantem nggak jelas waktu itu," kesal Restu yang memperlihatkan rasa ketidaksukaannya langsung pada Dion."Alvin? Siapa Alvin?" tanya Dion bingung"Dion, aku mau ngejel
Setibanya di kamar, ponselnya yang saat itu ada di sofa, berdering. Saat ia lihat, tenyata Alvin lah yang menghubunginya. Sebenarnya pingin angkat, tapi Nggak tahu kenapa semenjak melihat foto Alvin bersama seorang cewek di sosmed-nya, membuat rasa rindu yang teramat dalam ia abaikan begitu saja.Kim mengenakan dress selutut berwarna biru, hels hitam, dan handbag berwarna hitam. Ia membiarkan rambut sepinggangnya tergerai begitu saja."Ayok," ajaknya pada Hani dan Jeje.Mereka bertiga berangkat menggunakan mobil Jeje. Tak enak badan membuat Kim merasa malas untuk menyetir."Kim, gue perhatiin makin kesini Lo makin beda tau nggak," ungkap Jeje saat dalam perjalanan."Beda apanya, gue masih Kimmy yang dulu. Baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung," terangnya sambil mengumbar senyum manis, meskipun kepalanya dalam keadaan berdenyut pusing."Bukan gitu. Maksud gue tuh, pemikiran, kepribadian, penampilan, dan sikap lo sekarang udah bed
Seperti biasa, pagi ini Kim berangkat ke kampus. Lumayanlah, kepalanya tak sepusing kemarin."Bik, ntar belanja ya, tolong beliin semua bahan-bahan ini," ujarnya pada Bibik dan menyodorkan secarik kertas dengan daftar belanjaan."Siap, Non," balas Bibik."Kalau gitu aku ke kampus dulu, habis dari kampus aku langsung ke kantor. Jadi, Bibik nggak usah siapin makan siang, oke?""Oke, Non."Kim segera menuju kampus yang hanya membutuhkan waktu lima belas menit perjalanan. Seperti keinginan dan perintah sang suami, ia hanya boleh kuliah di kampus yang terletak tak jauh dari kediamannya. Dan sebagai istri, apa yang akan ia lakukan kalau bukan menurut saja."Kimmy," sapa seseorang yang tiba-tiba saja sudah nongol di hadapannya saat turun dari mobil."Astaga! Apaan lagi sih, Dion. Sehari aja, bisa nggak sih kamu nggak nemuin aku?""Enggak."Mendengar jawaban Dion, Kim langsung saja berlalu dari hadapannya.Begitulah, seti
Saat orang itu menampakkan diri, ternyata oh ternyata dia adalah Dion."Oh, Tuhan, gue nggak berharap ini anak datang," batinnya merutuki.Tapi, yang benar aja kalau Alvin yang datang. Dikira ini dunia dongeng, hingga apa yang kita pikirkan bisa langsung terwujud."Selamat ulang tahun ya, Kim. Semoga panjang umur dan semoga di tahun ini kamu udah bisa nerima aku di hidup kamu lagi," ujarnya hendak mencium Kim."Eh eh, nggak usah pake acara cium-ciuman segala. Bukan muhrim," tolak Kim emosi. Enak aja dia main nyosor bini orang."Kenapa?" tanya Dion dengan tampang heran."Ni anak begoknya dari DNA, nih, udah berapa kali di bilangin tapi tetap nggak ngerti-ngerti juga," kesal Fikri."Iya, semoga aja itu si Alvin bisa pulang secepatnya dan dia sendiri yang akan ngejelasin sama ni orang," tambah Restu"Alvin lagi, Alvin lagi. Sebenarnya apa sih kelebihan tu orang dari gue?"Dia menanyakan apa kelebihan Alvi
Kim segera beranjak dari tempat tidur dan menyambar cardigan yang berada di kursi. Kenapa? Karna ini situasinya ia hanya mengenakan baju tidur yang bisa di bilang sangat tipis dengan tali pengaitnya yang hanya sebesar kelingking. Bisa bayangin kan seperti apa penampakannya. Gila aja ia lari keluar dengan pakaian itu.Terus berlari dan menuruni anak tangga dan tak sengaja malah bertabrakan dengan Bibik yang baru datang dari dapur"Aduh....,bokong gue," ringisnya karena bokongnya berhasil nyium lantai. Dan rasanya itu, sakit banget guys."Non lagi ngapain sih?" tanya Bibik yang langsung membantunya untuk bangkit. "Pagi-pagi udah teriak-teriak, lari-larian. Kalau mau lari pagi, ya di luar atuh, Non.""Astaga, Bik, gimana aku nggak teriak-teriak histeris coba. Masa, saat aku bangun itu tiba-tiba aja, ada tangan yang lagi meluk aku," jelasnya."Tangan?""Iya, Bik.""Tangan siapa sih, Non. Apa jangan-jangan Non tadi lagi mimpi dipeluk
"Kak cepetan bawa mobilnya ya, 15 menit lagi kelas aku udah di mulai."Dari awal berangkat, ia selalu heboh. Bahkan Alvin pun sampai geleng-geleng kepala dibuatnya."Iya, Sayang," balasnya.Kim langsung menoleh ke arah Alvin saat kata itu ditujukan padanya."Terserah aku mau memanggil istriku dengan panggilan apapun itu," komentar Alvin sambil menyambar tangan Kim dan menciumnya."Tak berubah sama sekali," gumam Kim.Memang benar, hanya butuh 10 menit bagi Alvin untuk sampai di kampus."Aku masuk dulu," pamit Kim sambil mencium punggung tangan suaminya.Alvin malah menariknya, hingga akhirnya ciuman itu terjadi. Sedikit menikmati, tapi Kim berusaha lepas. Karena ia masih mengingat kuliahnya. Kalau tidak, mungkin ia akan memberikan durasi yang lebih lama pada suaminya itu.Kim mengelap bekas lipsticknya yang menempel di bibir Alvin."Aku mau lebih dari ciuman," bisiknya."Kak," keluh Kim."Ya, aku tah
"Tangan kamu nggak apa-apa kan?" tanya Alvin."Nggak, cuma agak merah-merah doang, nih," ujar Kim sambil nunjukin pergelangan tangannya."Apa dia selalu begitu sama kamu?""Ah, enggak.""Jujur.""Kadang-kadang, sih.""Apa kamu nggak ngejelasin sama dia tentang hubungan kita?""Udah, Kak, sering malah. Tapi dia tetap kekeuh nggak percaya sama omongan aku. Aku udah tunjukin cincin kawin, surat nikah, yang lain juga ikut ngejelasin, tapi sia-sia.""Kalo dia cari masalah lagi sama kamu, aku akan jamin hidupnya bahkan keluarganya pun nggak akan tenang. Kamu tahu kan, aku nggak main-main sama ucapan ku," ujarnya dingin.Tentu saja Kim tahu betul sifat Alvin yang satu itu. Ia masih mengingat kejadian yang menimpa Dita waktu itu."Sekarang Kakak kan udah disini, jadi dia mungkin akan segera ngejauhin aku," jelas Kim menenangkan hatinya"Semoga saja," harap Alvin. "Meskipun aku beranggapan kalau dia akan melakukan h
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18:00, semua kejutan dan lain sebagainya sudah selesai di persiapkan. Tinggal menunggu Alvin kembali dari kantor untuk memberi kejutan. "Mama ..." panggil Arland yang baru pulang sekolah. Lihat, jam segini dia baru balik ke rumah. Bukan sekolah, melainkan pulang dari les tambahan. "Udah pulang, Sayang." "Tante di sini?" tanya Arland pada Jeje "Iya," jawab Jeje. "Dilla nya udah pulang ya, Land?" "Udah, Tan." "Ya udah Kim, kalau gitu gue mau pulang dulu. Ntar balik lagi kesini , oke," pamit Jeje. "Bye, Tante." "Dahhh ...." "Ayo, Sayang ... kamu mandi dulu. Udah bau acem," ejek Kim. "Hmm ...," angguknya. "Sekarang ulang tahunnya Papa loh, Mama nggak lupa, kan? Jangan bilang kalau Mama belum nyiapin hadiah buat Papa karna bingung mau ngasih apa?" jelas Arland pada Kim. Ya ... pengalaman tahun kemarin yang ia ungkit kembali. Sampai-sampai putranya sa
Pagi ini sangat berbeda, tak biasanya ia masih berada di balik selimut. Sementara Alvin sudah bangun dan sekarang sedang sarapan bersama Arland. Badannya terasa sangat lemas, nggak ada tenaga, mual, pusing, dan nggak mood untuk melakukan apapun."Sayang ... kamu benar nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Alvin masuk dan menghampiri dirinya yang masih tiduran."Iya, Kak, nggak apa-apa," jawabnya."Aku nggak tenang ninggalin kamu dalam keadaan kayak gini,'' khawatir Alvin"Kan ada Bibik, Kak. Udahlah, sana Kakak ke kantor aja.""Pa ... Ma ..." panggil Arland sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia tak akan menyelonong masuk ke dalam kamar begitu saja, apalagi kamar orang tuanya. Sangat tidak sopan kalau begitu."Masuk, Sayang ...," jawab Alvin.Mendengar ijin yang di berikan papanya, barulah ia yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun masuk. Ternyata ia masuk bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan segelas susu hangat.
"Kak, bangun dong, Kak Fikri nelepon, nih," ujarnya sambil membangunkan Alvin, tapi tak ada respon."Kak ...."Ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu. Toh, yang menelepon adalah Fikri."Hallo ....""Kim?" tanya kak fikri"Iyalah, Kak," jawabnya. "Siapa lagi cewek yang bisa menyentuh ponselnya Kak Alvin selain aku." "Ya kali aja Alvin punya selingkuhan, mungkin.""Apa!? Kak Alvin punya selingkuhan!?" kagetnya dengan nada tinggi, sampai-sampai Alvin yang lagi tidur dan dari tadi ia coba bangunkan tak berhasil, sekarang ikut terbangun."Siapa yang selingkuh?" tanya Alvin langsung duduk dengan tampang cengok nya."Ihhh ... masih nanya lagi, Kakak lah yang selingkuh," kesalnya langsung banting tu ponsel ke lantai dan beranjak menuju ke kamar mandi.Alvin ikut m
Sesampainya di rumah, ia langsung jalan menuju ke kamar karna rasanya badannya lagi nggak enak aja. Sementara Alvin, dia lagi teleponan di teras depan sama klien bisnisnya, mungkin. Karna ia juga nggak mau tahu juga lah sama urusan kantor dan pekerjaannya itu.Tapi kalau dia teleponan sama cewek, barulah dirinya bakalan ngamuk."Kamu tidur?" tanya Alvin yang tiba-tiba masuk menghampirinya di tempat tidur."Cuma tidur-tiduran," jawabnya mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Alvin."Hmm ....""Kak, itu masih perih?" tanya Kim sambil menunjuk ke arah bibir Alvin yang luka akibat gigitannya."Iyalah ... kalau kamu ngegigit bibirku dengan penuh nafsu, sih, aku terima meskipun agak sakit.Nah ini enggak, jadi sakit nya tu berasa banget," jelas Alvin dengan penjelasan anehnya itu.Kim yang tadinya masih tiduran, sekarang bangun. "Aku kan udah minta maaf, Kak. Masa iya belum di maa
Pagi ini Alvin memasuki area kantor dengan wajah yang berseri-seri. Biasanya ia akan bersikap dingin dan cuek pada karyawan yang berpapasan dengannya. Tapi kali ini enggak, bahkan ia lah yang menyapa ataupun menegur mereka. Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar bagi semua bawahannya. Apa bos mereka kesambet jin atau sejenisnya?"Pak Alvin kenapa, ya?""Tumben banget aura mistisnya nggak kelihatan.""Jangan jangan beliau lagi menang lotre.""Nggak mungkinlah, menang tender dengan nilai yang fantstis aja ekspresinya biasa aja. Itu artinya ini lebih luar biasa dari menang tender." Begitulah komentar beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Mereka semua hanya bisa menebak-nebak tanpa berani untuk bertanya langsung."Pagi, Pak," sapa Alin yang berpapasan dengan Alvin yang hendak memasuki ruangan nya."Pagi," balasnya sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya."Apa yang terjadi?" bin
Alvin mengantarkan Kim menuju Rumah Sakit dengan keadaan badan yang lemes pake banget dan mual mual. Ia merasa sudah tak ada lagi stok di lambungnya yang akan dikelurkan, tapi rasa mual itu terus saja munculSetibanya di RS ia langsung di bawa ke UGD dan di periksa sama dokter."Gimana keadaan istri saya, dokter?Apa benar ini cuma asam lambung nya yang lagi kambuh?" tanya Alvin pada Dokter yang habis memeriksa Kim.Dokter malah tersenyum menanggapi pertanyaan Alvin."Bukan ... ini bukan mual mual akibat asam lambung yang kambuh," jawab dokter."Lalu, apa, dok?""Kalau boleh saya tahu, apa kalian berdua lagi berniat punya anak?"Alvin dan Kim malah saling pandang menanggapi pertanyaan dokter. "Maksud dokter?" tanya Kim bingung."Ya, karna setelah saya periksa barusan ... sepertinya saat ini anda sedang hamil."Keduanya langsung memasang tampang kaget mendengar pernyataan dokter. "Serius dok?" tanya Kim tak percaya
Sudah seminggu Hani dan Ceryl berada di Indonesia, dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka untuk kembali ke LA. Kim dan Arland saat ini lagi di bandara untuk mengantar mereka.Pada awalnya, sih, putranya itu menolak buat ikut, tapi ia paksa.Karena semenjak kejadian di acara ultahnya Dilla waktu itu, dia udah males sama Ceryl. Ini pun tampang nya Arland enggak banget. Jutek abiss."Han, hati-hati, ya. Jangan suka ngomel-ngomel nggak jelas sama Ceryl," pesan Kim sama Hani. Soalnya Hani kan gitu orangnya. Kerjaannya ngomel mulu."Iya.""Ceryl sayang, jangan nakal, ya," ujar Kim pada Ceryl."Iya, Tante," balasnya."Arland, nggak mau ngomong sesuatu sama Ceryl?" tanya Kim pada Arland yang masih dengan sikap dingin nya itu"Nggak, Ma," jawabnya singkat tanpa sedikitpun menoleh pa
"Kamu nggak makan, Sayang?" tanya Alvin pada putranya yang duduk sendiri di sofa."Nggak, Pa," jawabnya dingin. "Ini masih lama, ya, Pa, aku pingin cepat-cepat pulang," ungkapnya.Alvin tahu betul apa yang dirasakan Arland. Taoi, ia hanya pura-pura enggak tahu saja."Kenapa? Kok bete?" tanya Alvin lagi."Pa, aku males sama sikapnya Ceryl. Kita pulang aja.""Ya udah, kalau kamu maunya gitu. Papa bilang sama Mama dulu, ya."Alvin segera menghampiri Kim yang saat itu lagi ngobrol sama Hani dan Jeje."Kim, aku mau bicara bentar," ujar Alvin pada Kim."Apa?" tanya Kim.Hani dan Jeje pun ikut menunggu apa yang akan dikatakan Alvin pada Kim."Berdua, Kim," tambah Alvin sambil berlalu pergi kembali pada Arland."Ishh ....," dengus Kim sambil mengikuti langkah kaki suaminya tercinta. Dan ternyata Alvin malah mengajaknya untuk menghampiri Arland.Kim mengedarkan pandangan pada duo sosok laki-laki yang sangat e
"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini.""Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh