Pagi ini, dokter Anita datang ke ruangan Kim untuk memeriksa keadaannya. Sementara Alvin, ia masih tidur di sofa. Melihatnya tidur seperti itu, tentu saja membuat Kim merasa tak tega.
"Dokter, apa aku udah di bolehin pulang hari ini?" tanya Kim.
"Kamu harus istirahat dulu di sini, Kim."
"Aku bisa lanjut istirahat di rumah kan dok, lagian ini aku juga udah nggak kenapa-kenapa, cuma pemulihan doang."
"Iya, sih, tapi...."
"Plisss, aku bakalan istirahat di rumah, dan nggak bakal ngapa-ngapain, suerr. Asalkan aku bisa pulang hari ini," pintanya memohon
"Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba kekeuh minta pulang?" tanya Anita.
"Aku nggak tega, kalau dia harus nemenin aku terus di sini. Semua pekerjaannya bakal terbengkalai dan menumpuk. Kalau aku berada di rumah, ada Bibik dan yang lain bakal nemenin," jelas Kim pada Anita.
"Alvin?"
"Hmm ...," angguk Kim.
"Hanya itu alasan kamu?"
"Ya, dia sanga
"Maaf," ujar seseorang yang tiba² masuk dari pintu depan, membuat semua pandangan seisi aula mengarah padanya."Kim," gumam Alvin saat mendapati Kim lah yang berdiri di sana.Ia masuk dan menghampiri Alvin yang saat itu masih berdiri di depan semua orang."Apa yang mau kamu lakukan disini, kamu masih belum pulih."Tapi, Kim seolah tak menghiraukan perkataan Alvin. Ia seolah sedang mengatur kalimat yang akan ia ucapkan dihadapan semua orang."Semuanya, maaf atas kesalahan yang aku lakuin," ucapnya memulai."Aku akuin kalau kemaren itu aku emang lagi hamil, dan memang benar kalau itu adalah anaknya Pak Alvin, tapi, bukan di luar nikah. Kita berdua udah nikah empat bulan yang lalu," jelas Kim takut-takut tak berani memandang ke arah semua orang. Alvin yang yang saat itu berada disampingnya, tiba-tiba menggenggam tangannya, seolah memintanya agar lebih berani.Gimana ia nggak takut, ini posisinya lagi bicara di hadapan orang satu sek
Alvin baru selesai mandi, dan menghampiri Kim yang saat itu sedang menonton televisi di ruang keluarga."Kim," panggil Alvin sambil duduk di sampingnya."Apa sih, kak?" tanya Kim tapi pandangannya masih berfokus ke layar televisi."Ngapain?""Lah, Kakak gimana sih, kan bisa lihat kalau aku lagi nonton," balas Kim sambil menunjuk ke arah televisi."Jangan nonton yang ginian lagi, mending kamu baca buku," pinta Alvin."Kan aku udah selesai ujian, Kak.""Apa belajar itu harus nunggu saat ada ujian dulu, nggak kan?Dan apa kamu yakin pasti Lulus?Aku nggak mau loh, kalau kamu sampe nggak lulus," jelas AlvinKim menarik nafasnya panjang, saat mendengar Omelan Alvin."Iya iya, Bapak Alvin yang bawel," balasnya."Maaf, Den." Tiba-tiba Bibik datang menghampiri."Iya, Bik, ada apa?""Begini Den, Bibik mau minta ijin mau pulang kampung, soalnya anak Bibik udah kangen katanya," jelas Bibik meminta
Kim berangkat ke kampungnya Bibik menggunakan mobil travel selama 4 jam perjalanan. Sampai-sampai bokongnya kesemutan karena kelamaan duduk. Ditambah lagi sopirnya bawa mobil ugal-ugalan nggak jelas, badannya benar-benar terasa remuk. Coba saja kalau sama Alvin, ia bisa tidur nyenyak tanpa harus mengalami kepalanya yang terus kejedot."Ayo, Non," ajak Bibik setelah turun dari mobil."Udah nyampe ini, Bik?" tanya Kim sambil melihat ke sekelilingnya."Udah Non, tapi kita harus jalan dulu. Kan nggak ada kendaraan lagi ke dalam kampung," jelas Bibik"Hah, jalan kaki, serius, Bik?" tanya Kim tak percaya.''Iya, Non, jalan kaki," jawab Bibik.Jalan kaki sambil bawa koper, rasanya menderita banget. Udah suasananya gelap, sepi nggak ada orang. Ya jelas sepilah, ini juga udah tengah malam, pasti semua orang juga udah pada tidur."Bik, masih jauh nggak?" tanya Kim yang merasa tulang-tulangnya yang pada sakit."Bentar lagi, Non," jawab Bi
Setelah selesai mandi dan berbenah diri. Kim segera menghampiri Bibik yang sedang menunggunya di teras."Ayok, Bik," ajaknya."Non, ini kita jalan kaki lagi loh, beneran nggak apa-apa?""Iya, Bik.""Kalau tiba-tiba ditengah jalan Non capek, nggak bakalan ada Den Alvin yang gendong loh," kelakar Bibik."Ih, Bibik."Mereka berdua segera memulai perjalanan menuju pasar."Wah, ini siapa, Bik, cantik banget" tanya beberapa ibu-ibu yang menghampirinya dan Bibik."Ini Non Kimmy, majikan saya.""Bukannya majikan Bibik anaknya cuma satu yang cowok waktu itu?""Iya, ini istrinya," jelas Bibik."Ooh, udah nikah ya si cowok ganteng itu, kirain belum. Padahal saya mau ngejodohin sama putri saya."Emosi Kim yang awalnya berada di jempol kaki, tiba-tiba langsung naik mencapai ubun-ubun. Apa-apa'an mereka mengatakan itu, mau menguji emosinya."Tenang, Non," bisik Bibik di sampingnya, saat tahu kalau ekspresi
Kim kembali mendekat pada Alvin. Tak bisa ia pungkiri, beberapa hari tak bertemu memang membuatnya merindukan sosok suaminya itu."Aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu," bisik Kim langsung mencium Alvin.Mendapatkan itu dari Kim, tentu saja membuat Alvin senang. Ia merengkuh tubuh Kim agar semakin mendekat padanya.Beberapa saat kemudian ia melepaskan ciumannya pada Alvin."Ckck, gaya kamu doang yang bilang nggak kangen sama aku, buktinya kamu malah lebih agresif," ujar Alvin dengan senyum evilnya itu. "Tapi aku menyukainya."Alvin kembali menarik Kim ke pelukannya. Aroma yang sangat ia rindukan."Lain kali, kamu nggak bakalan aku ijinin untuk pergi dalam jangka waktu yang lama," bisik Alvin."Begitupun dengan Kakak," balas Kim.''Aku pergi? Itu nggak mungkin, karena kemanapun kakiku melangkah, harus ada kamu di sampingku," terangnya."Oh, ya, kita lihat saja nanti.""Bisakah kita melakukannya sekarang, aku
"Huftt..., kenapa dia jadi nyeremin gitu sih," gumam Kim bergidik ngeri.Saat lagi mandi, tiba-tiba Kim mendengar suara ponsel Alvin berdering.''Jangan kemana-mana, terima teleponnya di situ aja," ujar Kim berteriak pada Alvin."Hmm," jawabnya."Ya, Res," jawab Alvin."Vin, lo masih di kampungnya Bibik?""Iyalah, mang napa?" "Lo nggak lupa kan, besok jam 7 malam kita ada pertemuan sama klien?""Iya, besok gue sama Kim balik kok," jelasnya."Aku enggak loh, Kakak aja yang balik." Kim menyambung ucapannya Alvin dari kamar mandi."Kim, cepetan lanjutin aja mandinya, kalo nggak aku tinggal nih," balas Alvin."Vin," panggil Restu."Apaan?""itu suara Kim? Kalian lagi ngapain sih?" tanya Restu
Setelah puas jalan atau yang dianggap Alvin sebagai kencan, mereka berdua balik ke rumah Bibik."Malam, Bik," sapa Kim pada Bibik yang saat itu masih menunggunya dan Alvin."Malam, Non," jawab Bibik."Aku langsung tidur ya, Bik, capek banget," ujarnya."Iya udah, Non istirahat aja," balas Bibik.Dengan tampang capek dan belum mandi Kim langsung masuk kamar.Yakali di jam 10 malam ini ia harus mandi, apa kata Mak Kunti yang lagi bergelantungan di pohon jengkol belakang rumah nantinya. Tentu saja ia kaget, liat dirinya mandi tengah malam.Setibanya di kamar, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan rasanya tulang punggungnya berasa remuk."Oh ayolah Kim, lo lupa kalau ini bukan tempat tidur lo," gumamnya mengingatkan dirinya sendiri."Sudah pulang Den, bagaimana jalan-jalannya, pasti sangat menyenangkan," ujar Bibik pada Alvin yang baru saja masuk rumah."Iya, Bik, menyenangkan," jawabnya."Oiya,
Pagi harinya saat bangun tidur, Alvin sudah nggak ada disampingnya. Sepertinya diaudah bangun duluan. Meskipun dia tidur tengah malem, pasti bangunnya tetap pagi. Nah ia, semakin larut malam tidur, semakin siang lah dirinya akan bangun. Tapi itu bukan motto hidupnya loh."Hohh, pagi yang sangat indah. Jadi betah lama lama di sini," ujar Kim sambil bentangin kedua tangan menikmati udara pagi di halaman rumah."Enak aja kamu bilang betah lama-lama di sini. Pokoknya kamu harus ikut aku pulang hari ini." Alvin tiba-tiba saja lansung menyambar ucapannya barusan."Tapi kan....""No koment Kimmy."Kebiasaan buruk Alvin adalah, tak pernah membiarkan Kim menyelesaikan perkataannya."Kakak habis dari mana?" tanya Kim padanya yang duduk di teras sambil sibuk sama ponselnya."Jalan-jalan."''Kenapa aku nggak di bangunin, kan aku juga pingin ikut," rengek Kim sambil duduk di sampingnya"Cuma deket sini doang," bal