"Lalu, apa tujuan kamu selama ini juga sudah sirna?"Theo tak pernah melupakan apa yang telah Amilie katakan di hari itu. Setiap hari ia selalu mengingatnya. Tetapi kali ini, Theo merasakan sesuatu hal yang aneh. Yang membuat dirinya berprasangka terhadap larangan istrinya ini.Amilie mendongak. Ia menjelaskan langsung pada Theo. "Aku tidak lupa, hanya saja ...""Apa jangan-jangan kamu masih mencintainya, makanya tidak ingin melihat dia di penjara?"Amilie langsung terdiam. "Aku tidak tahu, tapi aku merasa tidak nyaman dan tidak siap saja kalau harus melakukan semua ini. Kak Manda akan menikah, aku tidak mau menjadi penghalang kebahagiaannya," katanya.Sampai kini Theo masih tidak paham betul dengan istrinya itu. Jalan pikiran yang rumit dan sangat tidak biasa. Ini jauh dari perkiraannya selama ini."Terserah apa kata kamu. Tapi, aku juga tidak bisa diam saja."Selepas mengatakan kalimat singkat itu, Theo pun kemudian melangkah pergi mendahului Amilie. Amilie hanya terdiam melihat sua
"Euuhh! Kenapa dia tidak mau jawab! Ayolah angkaat telponnya ...!" ucap Theo dengan pandangan terus menyapu sekitar.Karena berkali-kali teleponnya tak kunjung dijawab, Theo pun akhirnya memutuskan untuk mencari Amilie ke seluruh ruangan yang ada di rumah sakit itu.Sembari berjalan, ia juga menghubungi David untuk memotongnya."Hmm ... Akhirnya dia menghubungiku juga," ucapnya.David yang mendapat telepon dari Theo pun langsung menjawabnya. "Halo? Pasti istrimu belum ketemu, ya?" tanya David basa-basi."Sudah jangan bicara omong kosong. Sekarang cepat ke sini dan temui aku di depan rumah sakit Medika Utama!" pintanya kepada David."Baiklah, tunggu aku di sana!" "Cepatlah ke sini jangan lambat!" Tuut ... Tuut ... Tuutt ...Telepon pun dimatikan. Theo tidak bisa diam. Ia terus berjalan ke sana kemari sembari berharap dirinya dapat menemukan Amilie sesegera mungkin."Kenapa selalu saja ada masalah?!" umpatnya kesal.David yang mendapat telepon begitu pun membuat dirinya bergegas pergi
Setelah beberapa saat mengemudikan mobil, Amanda pun kemudian menepikan mobilnya di depan rumah Sanjaya.Perlahan, tangannya meraih pegangan untuk membuka mobil. Dirinya keluar dari sana. Dengan sebuah tas yang ia bawa di pergelangan tangannya, ia melangkah masuk ke dalam sana."Maaf, Nona. Anda mau bertemu siapa?" tanya penjaga rumah yang ada di sana.Amanda mengibaskan rambutnya dengan anggun. "Saya ada urusan dengan Theo. Jadi, jangan halangi aku masuk ke dalam sana!""Tunggu sebentar!" sahut salah seorang penjaga. Lalu, ia pun pergi dari sana menuju Sanjaya. Namun, saat sudah berada di pintu tiba-tiba dirinya bertemu dengan Rosalina. Tentu saja, wanita licik itu pun langsung menghentikannya seketika begitu melihat penjaga rumah yang tampak terburu-buru masuk ke dalam sana. Rosalina menduga bahwa ada sesuatu berita yang dibawa oleh penjaga tersebut."Tunggu sebentar! Kamu mau ke mana?" tanya Rosalina sembari menghalangi jalan penjaga itu untuk pergi."Maaf Nyonya, saya buru-buru!
Amanda langsung menoleh ke samping. "Oh, jadi Amilie tidak ada di sini? Terus di mana keberadaan mereka sekarang? Aku harus cari tahu," batinnya.Kedua penjaga yang sudah mendapat perintah untuk membawa Amanda pun kemudian langsung membawanya masuk ke dalam sebuah kamar tamu.Di belakang, Rosalina hendak berjalan menyusul Amanda tetapi sebelum itu ia meminta izin terlebih dahulu kepada Sanjaya."Tunggu sebentar ya, Pa. Aku mau melihat kondisi Amanda sebentar," ucapnya.Tuk Tuk Tuk...Rosalina pun melangkah masuk menuju kamar tamu tersebut. Ia memasuki kamar itu perlahan. Saat itu, kedua penjaga masih di sana menunggui Amanda yang terlihat kesakitan."Nyonya, karena sudah selesai. Jadi, kami pamit kembali ke tempat kami," ucap keduanya dengan kepala menunduk."Baik, pergilah."Perlahan, Rosalina duduk di sisi kasur. Ia melihat kondisi kaki Amanda yang tampak bengkak."Coba lepaskan sepatunya sebentar, biar Tante lihat," pinta Rosalina.Lantas, secara perlahan Amanda pun sedikit saja me
"Pa! Papa!" seru Rosalina sembari berjalan mencari ke setiap sudut ruangan di rumah itu.Hingga, Sanjaya yang tengah menikmati secangkir kopi di rooftop pun langsung menoleh begitu mendengar suara langkah kaki menuju dirinya."Tuan, Tuan! Nyonya sedang mencari Anda di bawah!" panggil pelayan rumah itu.Sanjaya menghentikan seruputannya dan menaruh gelas itu kembali di meja. Kopi yang baru ia seruput sekali itu pun harus ia tinggalkan begitu saja. "Mau apa dia sampai mencari-cariku begitu?" gumamnya.Pelayan rumahnya memberi jalan kepada Sanjaya. Sanjaya menuruni tangga untuk menemui istrinya. Pelayan rumahnya mengikuti dari belakang tanpa berani mendahului."Ada apa Mama memanggil-manggil Papa sampai begitu? Apa ada sesuatu hal yang penting?" tanya Sanjaya dari belakang Rosalina.Rosalina sontak memutar tubuhnya dan menghadap Sanjaya. Seperti biasa, ia selalu menampilkan senyum di wajahnya. "Benar, Pa. Ada sesuatu hal yang mau Mama tanyakan sama Papa. Tapi janji dulu, Papa jangan m
"Aaaaa saakiiiiitt!" rintih Amilie sembari memegangi bagian perut yang terasa sakit.Dokter yang ada di sana pun berusaha menenangkan. "Iya, saya tahu ini sakit. Biar saya periksa ya, Bu," ucap Dokter itu dengan nada lembut.Lalu, dokter itu pun mengeluarkan barangnya dan kemudian menggunakannya."Dok, tolong bayi yang ada di dalam kandungan saya. Saya tidak mau terjadi sesuatu kepadanya," kata Amilie."Iya, saya akan mencoba melakukan yang terbaik sebisa saya. Harap tenang ya, Bu."Lantas, dokter itu pun memerintahkan sesuatu kepada perawat yang ada di sampingnya."Tolong kamu bantu saya ambilkan semua peralatan penting yang ada di ruangan saya!" pinta dokter itu kepada perawatnya.Dengan sopan, perawat itu mengangguk seraya menyahut perkataannya. "Baik, dok. Segera saya ambilkan untuk Anda," katanya, lalu pergi meninggalkan ruangan itu.Ditemani dengan dokter itu, Amilie terus merintih kesakitan. Tak berapa lama kemudian, perawat itu kembali dengan membawa barang-barang yang dipe
"Aku tidak boleh melewatkan waktu yang berharga ini karena mungkin esok hari aku akan sibuk. Lagi pula, aku harus memastikan semuanya, bahwa yang dikatakan oleh Tante Ros itu memang benar adanya," ucap Amanda sembari mengemudi.Tangannya meraih secarik kertas itu dan membaca kembali alamat yang tertera dalam karta tersebut. Ia melihat ke samping dan melihat nomor rumah yang terpasang di depan sebuah pagar rumah."Sepertinya memang ini alamat rumahnya. Tidak mungkin Om San salah memberikanku alamat."Amanda pun menghentikan mobilnya. Ia membuka pintu mobil itu untuk kemudian keluar.Walaupun rasa sakit masih terasa, tetapi itu tidak menjadi halangan baginya untuk tidak menemukan jawaban dari rasa penasarannya tersebut."Kalau mereka memang bersama, artinya mereka pun pasti bersama jika sedang ada di rumah ini."Perlahan, Amanda memandangi rumah. Satu persatu sudutnya ia lihat."Rumahnya tidak terlalu besar. Kenapa dia mau tinggal di tempat semacam ini? Padahal, rumahnya jauh lebih enak
Langkah kakinya kembali berlanjut. Entah kenapa ia melangkah ke arah sana. Perasaannya membawanya pada sebuah luar ruangan yang tak begitu jauh dari ruangan sebelumnya."Aaarghhh!" rintih Amilie. "Semoga bisa berjalan dari sini, Theo pasti mencariku," ucapnya.Satu rintihan sebelumnya ternyata sampai terdengar ke telinga Theo yang baru saja melewati ruangan itu. Kakinya langsung berhenti dengan kepala yang ikut menoleh ke jendela. Jendela ruangan yang terbuka, membuat dirinya melihat sosok wanita yang sepertinya ia kenal. Kedua alisnya saling bertautan. "Amilie," gumamnya.Perlahan, ia membuka pintu ruangan itu dan langsung masuk ke dalamnya.Dokter yang melihat Theo masuk ke dalam sana pun langsung mengikuti. "Amilie?" ujarnya saat melihat sosok Amilie yang kini ada di hadapannya tersebut.Amilie mengangkat wajahnya, melihat suaminya yang tiba-tiba ada di sana. "Bagaimana mungkin kamu bisa menemukan aku di sini?" ucapnya.Theo mendekat dan terus melangkah untuk menghampiri Amilie.