Author POV
"Lyli!!!" Teriak Nico memasuki mansion milik ayahnya.
"Nico, kamu tidak menyapa Daddy?" Tanya Dante melihat anaknya merengsek masuk tanpa memberikannya salam.
"Sorry Dad, sampai lupa ketuk pintu. Lylia di mana?" TCengir Nico mendekati Ayahnya yang sedang terduduk di ruang keluarga masih dengan tablet
di tangannya."Ya Kak?" Lylia berjalan keluar dari kamarnya dengan rambut yang digulung handuk basah karena habis keramas.
"Wow? Gue suka lihat baju lo sekarang. Terlihat normal tidak seperti pekerja rumahan." Ucap Nico kaget.
"Oh- iya Kak, Tuan memperbolehkanku memakai baju seadanya." Balas Lylia kikuk.
Dante melirik tubuh gadisnya yang baru saja mandi dengan rambutnya yang basah, membuatnya ingin memeluk tubuh Lylia dan mengajaknya kembali berpanas-panasan di atas ranjangnya lagi.
"Thank's Dad." Ucap Nico melihat Ayahnya.
"Jadi gimana? L
Author POV Mereka duduk disatu meja makan menikmati makan malam dengan menu nasi goreng alà Nico yang tidak jelas rasanya. Tawa Nico dan ayahnya menenangkan hati Lylia yang merindukan momen makan malam bersama dengan keluarganya. Nico mengumpulkan piring kotor lalu menyimpannya di wastafel. "Maafin aku Kak, harusnya aku yang kerjain." "Hey,it's okay Ly. Harusnya gue yang minta maaf karena udah bikin lo nggak fokus sampai tangan lo melepuh gitu." Ucap Nico sembari mencuci piring. "Nggak apa Kak, orang dapur mah udah biasa kayak gini." Cengir Lylia, kemudian mereka terlihat asik membicarakan sesuatu. Dante meninggalkan mereka berdua. Kini jam menunjukkan pukul 9 malam saat Nico mengambil jaketnya dan berniat pamit pulang. "Gue balik ya, i
Lylia POV Sudah 2 minggu belakangan ini aku tidak mendengarkan kabar Daddy sama sekali. Kai pun tidak ingin berbagi informasi apapun jika aku tidak bertanya terlebih dahulu. Sampai di minggu terakhir sebelum perkuliahanku kembali dimulai aku berangkat ke Kampus untuk melakukan pendaftaran tentunya masih dikawal oleh Kai yang kini sedang berjalan di sampingku menyusuri lorong kampus. "Kangennya! Selama libur semester nggak jalan-jalan ke kampus rasanya kayak bolos kuliah bertahun-tahun!" Ucapku gembira. Kai hanya melihat ekspresi bersemangatku. "Apalagi aku sama sekali tidak pegang ponsel, rasanya hidupku berada di gua. Tidak tau menau kabar sanak keluargaku, teman-temanku, bahkan Daddyku sendiri yang sudah menghilang 2 minggu." Keluhku bernada bercanda. "Kalau hanya ingin ponselaku bi
Author POVHari pertama perkuliahanpun dimulai, sebuah mobil sport BMW terbaru membawa Lylia masuk menuju parkiran kampusnya. Sontak sorot mata orang-orang di sekitar parkiran tertuju kepada sang pengemudi tampan berbadan kokoh yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nicholas Prime."Silahkan Adikku sayang." Ucapnya Nico sembari membukakan pintu mobil untuk gadis idamannya."Eh? Makasih Kak, tapi sebenarnya tidak perlu bertingkah berlebihan gini juga. Aku malu dilihat orang!""Udah biarin aja. Hari pertama kembali ke kampus ya harus semangat dong." Nico mencubit pipi Lylia yang mulai melangkahkan kakinya keluar dari mobil.Suara para gadis yang sedang bergerombol di sekitar mereka kian bergemuruh, membuat hati Lylia semakin tidak nyaman."Kak aku pergi dulu ya, malu!!"Nico tersenyum menahan tawa.
Author POV"Sky, It's okay.Ada gue. Selama lo nggak sendiri, bajingan itu nggak akan berani ngedeketin lo." Sheena mencoba menenangkan Lylia dengan menepuk-nepuk punggung gadis yang sedang berdiri kaku itu.Lylia yang masih terdiam kemudian mengikuti arahan Sheena menuju ke kelasnya.Bimbingan dimulai dengan pembahasan mengenai teori dasar yang disampaikan oleh Mark, seorang pria matang dengan usia sekitar 30an yang belum menikah dan terus menebarkan pesonanya ke seluruh penjuru kampus. Beberapa gadis yang belum terlalu mengenalnya berhasil jatuh ke dalam pesona Mark yang maskulin itu. Namun tidak bagi Lylia dan Sheena yang terlihat tegang dan waspada pada setiap lirikan mata Mark yang sepertinya sedang meneliti sekelilingnya.Sheena dan Lylia pernah menjadi korban asusila dosen bejatnya ini. Karena perawakan Sheena
*Please be wise**18+ scenes inside*...Lylia POVAku terjebak di ruangan pribadi Mark setelah ia berhasil mengambil kesempatan untuk mendorong tubuhku masuk ke dalam wilayah kekuasaannya. Kini posisi kami berdua sedang duduk bersampingan di sebuah sofa."Apa kamu baik-baik saja?" Ucapnya menepuk pundakku.Sebisa mungkin aku mengatur nafas yang kini mulai masuk tidak beraturan ke paru-paruku."Lylia, saya khawatir dengan kamu. Apa kamu baik-baik saja?" Ia menempelkan telapak tangannya di dahiku karena aku masih duduk diam dan tidak menjawab pertanyaannya sama sekali."Kalau kamu tidak mau menjawab, apa perluaku yang memeriksamu?" Bisiknya di telingaku dengan suara sensualnya."Tidak, Pak!" Aku yang mulai panik lalu segera berdiri menghindarinya.
Dante POV BUGH!!! Satu tinjuan keras mendarat di perut rata Kai yang berusaha menahan dirinya agar tidak tersungkur. Aku meluapkan emosiku setelah melihat langsung kondisi Lylia yang terbaring lemah di salah satu ruang VVIP rumah sakitku. Secepat mungkin aku menuju jet pribadiku, meninggalkan pekerjaan yang belum sepenuhnya selesai hanya untuk melihatnya secara langsung setelah mendapatkan kabar dari Kai. Tidak kusangka hal yang menjijikkan seperti itu menimpa gadis polosku yang baru saja sembuh dari perlakuan kasar Alicia. Kulampiaskan sekali lagi pukulan ke wajah Kai yang masih terus mempertahankan ekspresi datarnya. BUGH!!! Ada sedikit rasa puas yang meredam emosiku saat kulihat sudut bibir Kai mulai mengeluarkan darah segar. Aku menghembuskan nafas kasar. Ku bakar rokokku dan mengibaskan tanganku menyuruh Kai keluar ruangan. Kai menunduk pamit lalu meninggalkan aku dan gadisku di kamar. Kembali lagi ku lihat muka manis gadisku yang lebam dan terluka di beberapa sisi. Matan
Author POV"Daddy." Dante mendengar samar suara Lylia memanggilnya."Daddy?" Bahkan di dalam mimpinyapun Dante menginginkan Lylia terus memanggilnya seperti itu."Daddy!" Dante terbangun saat mendapati sepasang tangan dingin gadisnya tengah menempel di kedua pipinya."Bangun..." Pinta Lylia."Baby? Sejak kapan bangun?" Tanya Dante memfokuskan pengelihatannya. Rupanya ia tertidur masih dengan posisinya memeluk Lylia sambil terduduk di atas kasur pasien."Barusan saja. Dingin Daddy..." Lylia menyilang tangannya di bahunya sambil menggigil kedinginan.Tentu saja, dia tidur tanpa selimut dan hanya menggunakan pakaian rumah sakit yang tidak pakai dalaman sama sekali.Tunggu.Apa?"Okay... Kita tidur di kasur saja ya kalau gitu. Daddy nggak mau lepasin kamu. Temani Daddy tidur. Daddy baru tidur enak tadi." Pinta Dante seraya turun dari kasur rawat Lylia masih dengan m
Author POVDante melepaskan cengkraman tangannya pada Sheena. Sheena segera mengelus lengannya yang terasa sakit lalu menatap lekat Dante."Apa kamu temannya Lyli?" Tanya Dante bingung melihat Sheena yang terus memperhatikan dirinya."Lyli? Oh! Lili yang Om maksud itu SKY?" Sheena mengacungkan jarinya seolah memahami sesuatu yang sangat penting."Hm? Sky? Maksud kamu?" Dante mengeluarkan rokoknya."Daddy..?" Sheena menatap Dante.Seketika Dante menghentikan tangannya saat ingin membakar rokoknya karena mendadak otaknya berpikir sejenak."Apa?" Dante melanjutkan menyulut rokok dan menghisapnya."Daddy nggak inget? Aku Sheena. Yang waktu itu Daddy bawa ke mansion Daddy." Sheena menyembunyikan tangannya di belakang.Dante membulatkan matanya tidak percaya. Kenapa dunianya mendadak jadi sempit begini?"Tolong jangan panggil saya seperti itu. Saya takut orang akan salah paham. Saya rasa urusan
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y