- Hotel - 10:12 AM -
"Nick, kenapa lo belum siap-siap?" tanya Hilde.Nick mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah Hilde. Nick menatap Hilde beberapa detik lalu dia menghela napasnya dengan pelan.
"Lo kenapa lagi,.sih?" tanya Hilde.
"Gue malas buat kembali ke Beijing," jawab Nick.
Hilde yang mendengarkan jawaban sahabatnya itu langsung memutar bola matanya dengan malas.
"Ck! Enggak usah alay lo," kata Hilde dengan malas.
"..."
Hilde menghela napasnya dengan pelan lalu berjalan mendekat ke arah Nick.
"Ingat Nick, kemarin gue udah ngambil jadwal penerbangan ke Beijing di jam dua belas siang. Jadi, lo sekarang
- Four Season Resto - 20:36 PM -POV Angel Anneliese - Aku dan sahabatku, Evie, berjalan masuk ke dalam restoran berbintang lima ini. Sebenarnya, aku malas untuk keluar di malam hari seperti ini, tetapi mau tidak mau aku harus keluar karena ajakan Bryan. Hanya saja tidak enak rasanya kalau aku menolak ajakan baik hatinya. "Vie, menurut kamu, Bryan udah ada di dalam, enggak?" tanyaku. "Enggak tahu," jawab Evie singkat. Aku menatap Evie dengan begitu kesal, pasalnya Evie seperti tidak ada niat untuk mengikuti acara makan malam bersama ini. "Kenapa ketus banget, sih, Vie?" tanyaku. Evie melirik ke arahku. "Gue yang harusnya nanya
Apartemen, 23:34 -Angel dan Evie sudah kembali dari acara makan malam mereka bersama Bryan. Sebenarnya, Angel masih ingin tinggal lebih lama lagi bersama Bryan di restoran tadinya, hanya saja Evie yang selalu saja mengeluarkan kalimat yang cukup membuat Angel maupun Bryan risih dan akhirnya menimbulkan pertengkaran. Mau tidak mau, Angel harus menuruti Evie yang sedari tadi ingin kembali."Vie, kalau aku tahu kamu bakalan kayak gitu sama Bryan, aku enggak bakalan ajakin kamu untuk keluar makan malam tadinya," kesal Angel.Evie hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan kesal Angel."Vie, kamu dengerin enggak, sih, apa kata aku?" tanya Angel dengan malas."Hum ... Gue dengar apa kata lo, Ngel. Bahkan, gue dengar banget," ucap Evie sambil menekan sandi apartemen Angel."Terus, kenapa enggak tanggapi ucapan aku?" tanya Angel lagi.Evie mendengkus pelan lalu kemudian membalikkan badannya sambil menatap Angel dengan tatapan kesalnya."Ngel,
Apartemen, 06:23 -"Ngel, hari ini berangkat sekolah diantarin sama mama, okey?" ujar mama Angel sambil tersenyum lembut.Angel hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Ngel, kamu udah dapat pacar di sekolah, enggak, sih?"Angel langsung melirik ke arah mamanya yang baru saja memberinya satu pertanyaan yang cukup membuat Angel merasa kesal dan risih."Enggak," jawab Angel singkat dan kembali melanjutkan kunyahannya."Ck! Padahal kamu udah mau masuk kuliah, tapi kenapa papa enggak pernah dapat kamu bawa cowok ke rumah," sahut papa lalu kemudian menyeruput kopinya."Hahaha! Ya kali Angel bawa cowok ke rumah," ujar mama.
"Daddy, selama enggak pernah sama Angel, Daddy buat apa aja?"Nick langsung menjatuhkan pandangannya untuk menatap ke arah Angel saat mendengarkan pertanyaan wanita itu."Gue? Gue enggak buat apa-apa selain mikirin lo terus."Blushing!Wajah ngel langsung merona seketika saat mendengarkan pernyataan Nick."Ish! Daddy nakal!" manja Angel.Nick tersenyum tipis."Ngel, selama gue enggak ada disamping lo, apa aja yang udah lo lakuin di belakang gue?"Angel tiba-tiba terperanjat saat mendengarkan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Nick. Entahlah, tiba-tiba rasa bersalah muncul di dada wanita itu."Eng ... Enggak ada, kok," jawab Angel pelan.Nick yang mendengarkan itu langsung tersenyum tipis."Ouh."Angel mengangkat pandangannya dan menatap pada kedua bola mata Nick."Daddy ..." lirih Angel.Nick menjatuhkan pandangannya dan menatap kedua bola mata itu dengan santai."Aku kangen sama kamu," ujar Angel pelan.Nick tersenyu
Angel menarik napasnya dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar apartemen milik Nick.Angel berusaha untuk tetap bersikap tenang, berusaha untuk bersikap santai dan biasa-biasa saja, walaupun dia sedang dalam keadaan sedih dan juga kecewa berat."Jam sembilan malam ..." lirih Angel saat melihat angka jarum pendek pada jam dinding berwarna putih itu."Aku tidurnya lama banget. Perasaan tadi aku di sini pas jam dua belas siang. Tapi, sekarang udah jam sembilan malam," gumamnya sambil terkekeh pelan."Ternyata sakit hati bisa membuat orang sebodoh ini. Bahkan bisa membuat orang lupa. Iya, lupa," Angel tersenyum tipis."Lupa kalau dia sudah berkali-kali disakiti. Lupa kalau dia berkali-kali dibuat seperti ini," lanjutnya.Gadis mungil itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu kemudian tertawa pelan. Seperti ada yang lucu saja."Nick beneran enggak bakalan balik?" tanya Angel sedih sambil menghela napas untuk yang kesekian kalinya."Di
Hilde masih setia untuk berusaha mendapatkan akses dari Evie agar wanita itu mengizinkan dirinya.Tiba-tiba saja Hilde menjilat leher jenjang mulus Evie. Uhm ... Seperti vampir yang membersihkan tubuh sang mangsa sebelum disantap darahnya."Vie ... Gue enggak nyangka kalau lo ternyata belum mandi," kata Hilde meledek."What?!" seru Evie tak terima. Enak saja si Hilde bilang seperti itu, padahal Evie sudah mandi layaknya Puteri bangsawan.Hilde tidak menggubris ucapan protes Evie, dia tiba-tiba menggigit leher jenjang kekasihnya itu."Dakinya masih nempel," kata Hilde meledek."Hyaa!" teriak Evie tak terima sambil menatap marah sang kekasih.Hilde tertawa geli sambil mengedipkan kedua matanya untuk Evie."Sialan lo, Dajjal!" kesal Evie sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan begitu kesal.***Kita kembali ke sisi Angel.Angel masih setia untuk berada di apartemen Nick. A
"Hum ... Ya, gue tahu kalau melawan orang tua itu adalah hal yang paling fatal, Ngel. Tapi, lo emangnya mau kalau harus dikekang kesana kemari, Ngel, dan kebahagiaan lo yang jadi tanggungannya?" tanya Evie."Lo harus bilang langsung sama mereka, Ngel, kalau lo itu sayang sama Nick dan cinta mati sama dia. Jangan sampai masalah ini semakin melebar cuma karena hal ini, Ngel," kata Evie serius."Tapi-""Pilihan sekarang ada di tangan lo, Ngel," potong Evie."Lo mau melawan kedua orang tua lo dan berakhir bersama Nick. Ah ... Atau lo pilih untuk terus sama perintah orang tua lo dan berakhir jauh dan pisah sama Nick?" kata Evie memberikan pilihan."..."Angel bergeming. Dia pusing harus memilih apa."Hah ... Jangan cuma diam aja kayak patung, Ngel," kata Evie jengah sambil memutar kedua bola matanya dengan begitu malas.Angel menatap Evie dengan intens."Tapi, aku mau lihat, Vie. Seberapa mampu dan seberapa jauh Ni
- Tolong baca chapter sebelumnya kalau kalian sudah lupa, scene yang lalu -***Nick dan Bryan masih setia untuk berdebat. Kedua pria tampan itu sama-sama tak ingin mengalah sedikitpun.Nick yang tak ingin melepaskan Angel, walaupun statusnya dengan Angel tidak jelas. Dan Bryan yang selalu ingin merebut Angel dari Nick.Ah ... Kedua kakak beradik ini memang sangat keras kepala sekali, yah. Apakah ini keberuntungan atau kesialan untuk Angel, karena dia dicintai oleh sepasang saudara psikopat begini? Entahlah, biar Angel yang merasakan hal itu terlebih dahulu."Lo itu cuma bocah. Jangan main-main sama gue, Sialan!" teriak Nick emosi sambil menatap Bryan dengan tajamnya.Nick tersenyum menyeringai sambil menatap adiknya itu dengan begitu benci.Awalnya, Nick menyukai Bryan dan menyayangi adiknya itu, tetapi semenjak Bryan yang mulai tampak memperlihatkan sikap egois dan juga sikap gilanya kepada Nick, me