Kyle pergi menggunakan mobil Ayana membelah jalanan kota. Dia sengaja tak langsung pulang untuk melihat apakah dugaannya benar jika pelaku teror sebelumnya akan menyerang lagi.“Apa kamu yakin jika pelakunya akan menyerang lagi? Bagaimana jika dia memang sudah antisipasi untuk memberi jarak teror?” tanya teman Kyle.“Kita hanya antisipasi juga. Kita tidak bisa menebak, kapan pria itu akan kembali meneror. Jika memang hari ini tidak, maka kita akan melakukannya terus setiap hari, sampai pelaku itu muncul,” jawab Kyle penuh keyakinan.Jika polisi belum juga bisa menangkap, sedangkan bukti pun semuanya nihil untuk mengungkap, maka cara yang paling mungkin dilakukan adalah memancing kemunculan pelaku.“Semoga saja pelakunya benar-benar keluar sehingga kita bisa menangkapnya,” ujar teman Kyle yang sudah geram karena pelaku melakukan semuanya dengan rapi.“Kuharap,” balas Kyle sambil terus menyetir.Hingga saat mobil yang dikendarai Kyle melaju di jalanan sedikit sepi, sebuah motor terlihat
Ayana dan yang lain pergi dari kantor polisi setelah Kyle menerima panggilan dari seseorang.Mereka naik mobil Kyle, sebab mobil Ayana yang tadi dikemudikan Kyle rusak bagian samping serta masih dijadikan barang bukti oleh pihak yang berwajib.“Maaf soal mobilmu,” ucap Kyle saat berada di mobil. Dia menoleh Ayana yang duduk di belakang.“Itu hanya mobil, rusak masih bisa kuperbaiki atau beli yang baru. Tidak usah dipikirkan,” balas Ayana dengan santai.Kyle mengangguk-angguk, semua yang dilakukan demi keselamatan Ayana, membuat Kyle yakin jika wanita itu takkan mempermasalahkan soal kerusakan mobil.Teman Kyle yang mengemudikan mobil, mereka pergi menuju rumah pemilik mobil box yang digunakan pelaku untuk datang ke perusahaan Ayana.Sesampainya di rumah pria berbadan gempal itu. Kyle mengajak Ayana dan Deon untuk turun serta sebab pria itu memiliki informasi terbaru soal perkembangan kasus pencurian mobil box.“Polisi siang tadi menghubungiku, mereka menemukan mobil milikku terbengkal
“Kamu sudah memberitahu Papa soal yang terjadi?” tanya Deon saat mereka sudah di apartemen.Ayana baru saja selesai mandi. Dia mengusap rambut dengan handuk kecil sambil berjalan menghampiri suaminya yang duduk di sofa.“Aku tidak memberitahunya. Papa sedang di luar kota untuk urusan bisnis, jadi aku tidak mau mengganggunya, takut mengganggu kerjaannya,” jawab Ayana lantas duduk di samping suaminya.Deon mengambil handuk dari tangan Ayana, lantas membantu sang istri mengeringkan rambut.“Selama pelaku itu belum ditemukan, aku benar-benar tidak bisa tenang mengawalmu keluar dari apartemen. Aku merasa kamu lebih aman di sini saja,” ujar Deon yang sangat mencemaskan keselamatan Ayana.Jika tadi Kyle tidak memiliki ide menukar mobil mereka, mungkin tadi mereka yang dalam bahaya. Deon bisa melindungi diri, tapi bagaimana dengan Ayana. Meski sanggup melindungi bersama, tapi tak yakin bisa melindungi sepenuhnya.“Tapi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku hanya karena masalah ini, De. Jika
Gery berlari secepatnya setelah mendengar sesuatu pecah dari seberang panggilan. Saat sampai di kafe, dia melihat kaca di pintu kafe sudah pecah bagian dekat handel. Gery menerobos masuk untuk mencari Shirly, belum lagi tempat itu seluruhnya gelap sebab listrik belum dinyalakan kembali. “Shirly!” teriak Gery sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. “Ge … akh!” Suara Shirly terdengar menyahut, tapi diiringi suara rintihan begitu keras. Gery menerobos masuk menuju arah sumber suara yang berasal dari dapur. Hingga melihat bayangan berjalan, membuatnya langsung mengejar. Benar saja, seorang pria menarik rambut Shirly, memaksa wanita itu berjalan mengikutinya lewat pintu belakang. Tentu saja Gery takkan membiarkan begitu saja. Dia berlari mengejar untuk menyelamatkan Shirly. “Lepaskan dia!” teriak Gery sambil berusaha menggapai pria itu untuk dihajar. Pria itu terkejut karena Gery berhasil menggapai lengannya. Dia mendorong Shirly sampai terjatuh di lantai sebelum pintu kel
“Kalian mengenalnya?” tanya polisi saat melihat wajah Deon dan Ayana sama-sama terkejut. Deon dan Ayana memandnag ke polisi bersamaan. Hingga Deon berjongkok untuk melihat dengan seksama apakah dia salah lihat. “Pak, dia pelaku yang meneror istri saya di perusahaan, juga pelaku pencurian mobil box yang meninggalkan barang bukti di gang sempit,” ujar Deon menjelaskan. Meski wajah pelaku sudah babak-belur, tapi Deon dan Ayana masih mengenali pelaku yang dilihat mereka dari video rekaman Cctv. “Bagus kalau dia pelakunya, jadi kami bisa langsung memproses kejahatan pelaku sekaligus,” ujar polisi kemudian memaksa pria itu untuk bangun, setelah memotong tali yang terikat di kaki meja pantry, juga melepas tali yang mengikat kaki agar bisa berjalan. Pria itu menatap tajam ke Ayana, sebelum akhirnya digiring polisi keluar dari kafe. Ayana menghela napas lega, setelah kesusahan mencari pelaku teror kini malah datang sendiri ke kafe. “Semoga pria itu mau jujur dan tahu siapa yang menyuruh
“Gara-gara kamu. Aku kehilangan pekerjaan sampai harus mengganti rugi kerugian perusahaan! Lalu kamu enak-enak di sini, bersembunyi dariku yang hampir mendekam di penjara. Sekarang kamu harus merasakan akibatnya, lalu setelah ini kupastikan bosmu itu juga mendapatkan ganjaran sudah membuatku menderita! Takkan kubiarkan kalian hidup nyaman dan tenang.”Shirly menangis sesenggukan setelah menceritakan yang terjadi sebelum Gery datang. Bahkan mengatakan jika mantan kekasihnya itu juga sudah memukul lalu menjambak rambut sebelum menyeretnya ke belakang.“Dia melakukan ini karena ingin balas dendam, Bu. Dia mengatakan itu semua ketika menarikku. Aku benar-benar ketakutan, juga merasa bersalah karena ternyata dia yang meneror Ibu sebab dendam.” Shirly bicara sambil menangis.Ayana dan yang lain sangat syok. Selain tega meneror Ayana, pria itu juga tega meneror Shirly yang sudah jelas sedang hamil besar.“Jadi benar jika dia yang meneror Ayana karena ingin balas dendam?” Deon pun masih berta
“Akhirnya masalah ini selesai.”Deon begitu lega karena pelaku teror Ayana sudah tertangkap. Dia kini menatap sang istri yang sudah bisa sedikit tersenyum dengan kelegaan di wajah.Ayana mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan Deon, lantas merapat ke suaminya itu untuk memeluk.Deon menyambut rengkuhan istrinya. Dia pun mendekap erat sambil sesekali mengecup kening Ayana.“Akhirnya aku bisa tidur nyenyak,” gumam Ayana sambil memejamkan mata.Sejak teror terjadi, Ayana jarang bisa tidur nyenyak, bahkan sering terbangun ketika malam hari.“Tidurlah,” ucap Deon sambil mengusap punggung Ayana dengan konstan.“Sekarang aku hanya tinggal memikirkan bagaimana cara bertemu Azlan tanpa diketahui Papa. Jika Papa tahu aku berusaha menemuinya, dia pasti takkan tinggal diam,” ujar Ayana lagi.Deon diam mendengar ucapan Ayana. Satu tangan mengusap lembut punggung istrinya itu.“Kita pikirkan itu pelan-pelan, Ay. Untuk saat ini, biarkan pikiranmu tenang dulu. Kamu sudah memikirkan banyak hal sam
“Bagaimana kondisimu sekarang?” tanya Ayana saat menemui Shirly di rumah sakit.Gery benar-benar masih di rumah sakit menemani Shirly. Dia kini pergi ke kantin bersama Deon untuk membeli sarapan.“Sudah lebih baik. Kramnya pun sudah tak muncul lagi,” ujar Shirly menjelaskan.Shirly sudah bisa duduk bersandar di headboard saat bicara dengan Ayana.“Baguslah kalau memang sudah membaik.” Ayana ikut senang.Shirly mengangguk mendengar ucapan Ayana, lantas menatap wanita itu.“Apa Heri akan dihukum berat?” tanya Shirly mencoba bertanya informasi mantannya itu.Ayana langsung memandang Shirly ketika mendengar pertanyaan mantan staff-nya itu.“Aku bukan kasihan atau apa. Aku malah takut kalau dia bebas. Ada kemungkinan dia akan balas dendam lagi, apalagi Heri memang memiliki temperamen buruk,” ujar Shirly langsung menjelaskan maksudnya ketika melihat tatapan Ayana.Shirly takut jika sampai Ayana salah paham akan pertanyaan yang dilontarkan.Ayana tersenyum mendengar penjelasan Shirly.“Iya a