Jangan lupa tinggalkan komentar ya ... terima kasih
“Di mana Ayana?”Deon sudah sampai di lantai tempat ruangan Ayana berada. Dia bertemu Kyle di depan ruangan Ayana.“Dia sedang istirahat. Tadi sangat syok sampai mual, Amel bilang dia terus muntah,” jawab Kyle.Deon ingin masuk ruangan Ayana, tapi langkahnya dicegah Kyle.“Kita perlu bicara dulu,” ujar Kyle.Deon menatap Kyle, hingga akhirnya mengangguk setuju. Mereka pun duduk di meja Kyle.“Aku sudah mendapatkan bukti kalau pelaku memang menyelinap masuk ke ruang kerja Ayana saat pagi hari dan belum ada satu pun karyawan masuk, kecuali cleaning service. Sayangnya pelaku sangat hati-hati, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.”Kyle memperlihatkan rekaman yang didapat agar Deon melihat.Deon mengambil ponsel Kyle, lantas melihat video yang sedang diputar.“Aku sudah meminta orang melacak plat mobil yang digunakan pelaku, semoga saja cepat diketahui, siapa yang meneror Ayana,” ujar Kyle lagi menjelaskan.Deon diam mengamati rekaman itu, hingga kemudian bergumam, “Apa mungkin orang-
“Lekaslah mandi, mama akan membantumu berdanda.”Hyuna terkejut melihat sang mama yang masuk kamarnya, lantas memerintahkan dirinya untuk mandi. Dia hanya menatap wanita itu, tanpa berniat membalas ucapan sang mama.Ibu Hyuna berhenti memilih pakaian untuk sang putri, lantas menoleh ke Hyuna yang ada di atas ranjang.“Kamu tidak mau bertemu dengan Azlan?” tanya wanita itu sambil menatap wajah masam Hyuna.“Percuma bertemu jika hanya kamu beri waktu sepuluh menit,” balas Hyuna yang masih kesal dengan tindakan sang mama.Ibu Hyuna mengambil salah satu gaun yang ada di lemari, kemudian membawa ke arah ranjang sebelum akhirnya meletakkan di atas kasur.“Azlan akan datang dengan orang tuanya malam ini. Mama janji, setelah malam ini asal kamu tidak membangkang, maka kamu akan bisa terus bertemu dengannya,” ujar ibu Hyuna.Hyuna langsung menegakkan badan mendengar ucapan sang mama.“Mama akan mengembalikan ponselmu, tapi berjanjilah jangan buat masalah karena baik mama atau orang tua Azlan,
“Kamu benar-benar kembali ke rumah dan menuruti keinginan papamu lagi?” tanya Hyuna dengan rasa penasaran.Azlan mengangguk, lantas melirik ke arah Firman dan kedua orang tua Hyuna yang sedang berbincang. Dia tak mungkin bisa langsung jujur ke Hyuna soal niatnya, karena jelas itu akan membahayakan posisinya jika sampai Firman mendengar.“Hanya ini satu-satunya cara agar bisa bertemu denganmu, serta memastikan hubungan kita baik-baik saja,” ujar Azlan menjawab pertanyaan Hyuna.Hyuna terharu dengan ucapan Azlan. Dia menggenggam telapak tangan pria itu, benar-benar tak menyangka jika Azlan akan sampai mengalah ke ayahnya, demi hubungan mereka.“Andai aku bisa kabur, kamu pasti takkan terikat dengan papamu,” ujar Hyuna yang menyesal di bagian itu.Azlan tersenyum sambil ikut menggenggam telapak tangan Hyuna.“Tidak apa, bukankah sudah semestinya jika untuk mempertahankan hubungan, harus ada yang mengalah. Anggap saja aku memperjuangkan ini untuk hubungan kita,” ujar Azlan agar Hyuna tida
Hyuna pergi ke kafe Deon untuk menyampaikan pesan Azlan. Setelah beberapa hari terkurung, akhirnya dia bisa keluar dan menghirup udara bebas.“Deon ada?” tanya Hyuna langsung ke Shirly.“Mas Deon sekarang membantu Bu Ayana. Jadi tidak di kafe lagi, kamu belum tahu, ya?” Shirly keheranan mendengar pertanyaan Hyuna.“Membantu Ayana? Kerja di perusahaan?” tanya Hyuna memastikan.Shirly mengangguk, lantas memberi isyarat agar Hyuna sedikit mendekat ke arahnya untuk diajak bicara.“Kudengar, Bu Ayana mendapat teror. Mas Deon mencemaskan Bu Ayana, jadi dia memilih untuk menemani dan senantiasa di sisi Bu Ayana,” ujar Shirly bicara hati-hati agar tidak ada yang dengar.Hyuna terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Shirly.“Siapa yang menerornya?” tanya Hyuna penasaran.“Tidak tahu. Sejak kemarin Mas Deon tidak di kafe, mungkin seterusnya sampai pelakunya ditangkap,” jawab Shirly.Hyuna terdiam sesaat, mendadak merasa semua masalah begitu rumit.“Ya sudah kalau begitu. Aku akan cari Deon d
“Bagaimana keadaan Azlan?” tanya Ayana saat Hyuna sudah berada di ruangannya. Ayana akhirnya membiarkan Kyle pergi sendiri, setelah Deon terus melarang dirinya ikut. “Azlan baik. Aku ke sini karena permintaannya,” jawab Hyuna. Ayana bernapas lega mendengar jawaban Hyuna. “Aku sangat mencemaskannya karena dia tidak bisa dihubungi,” ujar Ayana kemudian. “Hm … Azlan bilang ponselnya disita papanya. Lalu dia diberi ponsel lain dengan nomor lain, sudah jelas itu untuk menjauhkan kalian,” ujar Hyuna menjelaskan. Ayana dan Deon saling pandang, tebakannya ternyata benar. “Dia ingin mengirimimu pesan, tapi Azlan bilang kalau ada kemungkinan ponsel yang dibawa disadap dan dipantau papanya. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, dia memilih tak menghubungimu untuk sementara waktu.” Hyuna menceritakan apa yang dikatakan oleh Azlan. Ayana sangat terkejut mendengar hal itu, hingga kemudian bertanya, “Azlan yang menceritakan itu kepadamu?” “Iya,” jawab Hyuna sambil mengangguk.
“Jawab dengan jujur apa yang akan aku tanyakan, maka aku akan membuat semuanya mudah,” ucap Kyle menjawab pertanyaan pria bertubuh gempal itu. Pria itu sedikit panik melihat tatapan Kyle. Dia sampai menelan ludah susah payah, sambil memandang Kyle dan pria satunya. “Ki-kita bicara sambil duduk saja.” Pria itu mendadak menyesal sudah bersikap ketus. Kyle mengangguk kemudian berjalan mengikuti pria itu menuju ke rumah yang memiliki kursi di depannya. “Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kalian membawa data mobil milikku?” tanya pria itu panik. “Jadi benar mobil ini milikmu?” tanya Kyle memastikan. “Ya, benar. Itu mobilku tapi hilang tiga hari yang lalu,” jawab pria itu mau bekerjasama karena takut. Kyle dan pria yang bersamanya terkejut mendengar jawaban pria bertubuh gempal itu. “Hilang?” Seolah merasa salah pendengaran, Kyle mengulang kalimat itu. “Iya, aku sudah melaporkannya ke pihak yang berwajib, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” jawab pria itu. “Sejak kapan mobil itu hi
“Hyuna.”Hyuna terkejut saat Firman menyapa. Dia datang ke perusahaan Firman untuk bertemu dengan Azlan, tentu saja tujuannya ingin menyampaikan apa yang dikatakan Ayana tadi.“Paman.” Hyuna mengangguk sopan sambil sedikit membungkukan badan membalas sapaan Firman.“Mau ketemu Azlan?” tanya Firman sambil memandang ke paper bag yang dibawa Hyuna.Hyuna tersenyum ke Firman. Dia harus bersikap semanis mungkin agar Firman tak curiga dengan maksud kedatangannya.“Iya, Paman. Sebelum Azlan bekerja di perusahaan, dia biasanya makan siang denganku. Beberapa hari ini kami tidak bertemu, jadi aku ke sini karena rindu kebersamaan kami,” ucap Hyuna bersikap sangat manja dan manis, kedok agar Firman memercayai dirinya.Firman mengangguk-angguk sambil tersenyum, hingga kemudian berkata, “Ya sudah. Ini juga sudah jam makan siang. Paman pergi dulu karena ada urusan di luar sekalian makan siang.”“Baik, Paman. Hati-hati di jalan.” Hyuna mengangguk memberi salam sebelum Firman pergi.Firman pun pergi b
“Tukar mobil kalian dengan milikku.” Deon dan Ayana terkejut mendegar ucapan Kyle, saat mereka baru saja keluar dari ruang kerja. “Kenapa?” tanya Ayana keheranan. “Entah, aku punya firasat buruk saja. Kalian pakailah mobilku, biar mobil kalian aku yang bawa,” ujar Kyle menjawab pertanyaan Ayana. Ayana mengerutkan alis mendengar ucapan Kyle, kenapa asistennya itu ingin menukar mobil. “Kita belum menemukan pelakunya, besar kemungkinan pelaku akan kembali meneror atau melakukan hal tak terduga, apalagi pelaku tahu betul mobil yang kalian gunakan. Hanya untuk berjaga-jaga, jika ada apa-apa di jalan, kalian tetap selamat,” ujar Kyle menjelaskan maksud meminta Deon dan Ayana menukar mobil. “Jika kami menukar mobil dengan milikmu, bukankah itu artinya kami malah membahayakan nyawamu, jika memang firasatmu benar?” Deon malah merasa aneh karena Kyle seolah ingin menjadikan diri sendiri sebagai umpan. Kyle menatap Ayana dan Deon bergantian, hingga kemudian tersenyum setelah sebelumnya men