“Anda tidak ingin turun?” tanya sopir karena Suci hanya diam di mobil.Mobil yang dinaiki Suci berhenti di seberang jalan tempat kafe Deon berada. Dia hanya diam mengamati Ayana yang sedang membantu di kafe.“Tidak,” jawab Suci.Sopir pun memilih diam. Tidak berani bicara lagi karena Suci sudah berkata demikian. Mereka pun di sana cukup lama, bahkan sampai sore menyapa.Ayana terlihat keluar dari kafe karena mengantar Nabila dan sang suami yang baru saja selesai makan.“Suamimu benar-benar jago masak. Lain kali kami akan makan ke sini lagi,” ujar Nabila saat berpamitan dengan Ayana.“Datang saja. Dia pasti senang kalau punya pelanggan tetap,” balas Ayana.Nabila mengangguk-angguk setuju, lantas pergi meninggalkan Ayana.Ayana masih berdiri di depan pintu, melambai sampai mobil Nabila pergi meninggalkan area parkir kafe, hingga tatapan Ayana tertuju ke mobil yang berhenti di seberang jalan. Dia merasa aneh karena mobil itu berhenti di sana.Ayana tak mau ambil pusing, hingga akhirnya m
“Kenapa kamu datang ke sini?” Hyuna menatap tidak senang, sebab Azlan malah dikelilingi para gadis.Dua gadis yang tadi mengajak Azlan pun terlihat memandang Hyuna dengan ekspresi kikuk dan bingung.“Apa lihat-lihat? Suka sekali menggoda pacar orang, hah!” amuk Hyuna ke dua gadis tadi.Dua gadis itu pun memilih kabur, kini hanya ada Hyuna dan Azlan di sana.Azlan sudah menebak semarah apa Hyuna saat ini. Dia pun berusaha tenang untuk menghadapi kekasihnya itu.“Aku datang karena ingin memberimu kejutan,” ujar Azlan menjawab pertanyaan Hyuna.“Ya, kejutan melirik gadis lain,” sungut Hyuna yang kesal.Azlan menghela napas kasar, kemudian mendekat ke Hyuna dan mencoba menyentuh kedua lengan kekasihnya itu.“Ga usah pegang-pegang.” Hyuna menghindari kedua tangan Azlan.Azlan kebingungan, cemburunya Hyuna ternyata mengerikan.“Maaf, aku juga bingung karena mereka tiba-tiba mendekat dan mengajak bicara,” ucap Azlan menjelaskan.“Hm … bingung tapi senang karena dikerumuni para gadis, kan.” H
“Ini desain yang dibuat oleh tim kami. Lalu ini rincian setiap sisi bangunan yang akan dibuat.” Ayana memberikan proposal rancangan desain gedung sekolah yang diinginkan Jonathan. Jonathan melihat rancangan itu dengan perlahan dan seksama. Meski dia pasrah dengan apa yang akan dibuat Ayana, tapi dia pun setidaknya harus berpura terlihat peduli dengan apa yang diinginkannya. “Ini sangat detail, aku suka dengan konsepnya.” Jonathan tersenyum ke Ayana dan staff yang ikut mempresentasikan proposal untuk proyek pembangunan sekolah anak penyandang disabilitas. Ayana dan staffnya sangat lega, mereka awalnya takut Jonathan tidak cocok dengan konsep yang mereka buat, sebab Jonathan terlihat sangat ingin kesempurnaan. “Jadi, Anda deal dengan konsep yang kami buat?” tanya Ayana memastikan. “Tentu saja,” jawab Jonathan. Dia tentunya tidak akan menolak, apa pun yang disodorkan Ayana. “Baiklah, kami akan mengurus ini sesegera mungkin, serta menjadwalkan pembangunan, sesuai dengan tenggat yang
Deon terbangun saat pagi baru akan menjelang. Langit masih gelap, tapi dia terjaga karena suara sang istri yang terus muntah di kamar mandi.“Ay.” Deon masuk ke kamar mandi begitu saja, saat terus mendengar suara istrinya muntah.Ayana terbangun di pagi hari karena merasa sangat mual. Dia mencoba muntah tapi begitu susah, sampai akhirnya membuat sang suami terbangun.Deon langsung menekan tengkuk leher Ayana, memastikan sang istri bisa muntah agar merasa lega.Setelah beberapa saat, Ayana sudah berhenti mual, kemudian buru-buru membasuh wajah.“Duduk pelan-pelan,” kata Deon yang memapah kemudian memastikan Ayana duduk di ranjang dengan benar.Deon langsung mengambil gelas berisi air dari nakas, kemudian meminta Ayana minum.“Terima kasih,” ucap Ayana setelah selesai minum.Ayana kembali merebahkan tubuhnya karena masih merasa lelah.“Kenapa mualnya semakin parah? Apa perlu periksa lagi?” tanya Deon yang cemas.Ayana menatap Deon yang sangat mencemaskan dirinya. Dia pun menggelengkan k
“Ada perlu apa ke sini?” tanya Ayana saat sudah duduk sambil memandang orang yang ada di hadapannya.“Apa mama harus punya alasan atau keperluan hanya untuk bertemu denganmu?” Suci menatap Ayana yang bersikap dingin.Ayana mengembuskan napas kasar mendengar pertanyaan balik Suci, hingga dia menjawab, “Tidak ada.”“Mama hanya ingin melihat kondisimu, Ay,” ujar Suci sambil memandang Ayana.Ayana menatap sang mama, keheranan karena kali ini Suci menanyakan kondisinya, seolah wanita itu peduli.“Seperti yang Mama lihat. Aku sangat baik,” jawab Ayana masih bersikap dingin ke sang mama.Suci tersenyum mendengar jawaban Ayana, hingga dia menatap wajah Ayana yang pucat.“Apa sering mengalami morning sickness? Apa makanmu teratus?” tanya Suci mencoba mencari tahu akan kondisi putrinya.Ayana benar-benar keheranan, kenapa sang mama kali ini sangat peduli kepadanya.“Mama tidak perlu mencemaskanku lagi. Bukankah sudah kubilang, sekarang ada Deon yang memperhatikanku. Aku muntah, dia yang members
‘Berhasil menikah di usia terlalu matang, setelah berkali-kali gagal menikah. Kini pengusaha properti terkenal malah menjadi selingkuhan pria berumur.’Begitulah tajuk berita yang sedang ramai diperbincangan. Skandal yang menyeret nama Ayana hingga menjadi bullyan publik.“Bagaimana bisa ada berita seperti ini?” Suci sangat terkejut melihat putrinya digosipkan memiliki hubungan dengan pria tua, yang tak lain adalah ayah kandung Ayana.“Siapa yang menyebar berita seperti ini?”Suci ikut geram atas pemberitaan miring itu. Dia hendak menghubungi seseorang, tapi ponselnya sudah berdering lebih dulu.Dia melihat nama suaminya terpampang di layar. Suci menebak jika Firman pasti akan menanyakan perihal Jonathan yang bisa digosipkan memiliki hubungan dengan Ayana.“Halo.” Suci menjawab panggilan itu.“Dia Jonathan, kan? Kenapa di negara ini? Kamu tahu kalau dia menemui Ayana?” Suara Firman terdengar meledak dari seberang panggilan.Suci menghela napas kasar. Sudah menebak jika Firman pasti ti
Sesaat sebelum pergi ke kantor Ayana. Deon bicara berdua dengan Jonathan di ruangan miliknya.“Apa yang sebenarnya ingin Anda bicarakan? Anda tahu sendiri, jika skandal ini menyeret nama Anda juga,” ujar Deon saat sudah berada di ruangan berdua dengan Jonathan.Jonathan menarik napas panjang lantas mengembuskan perlahan. Dia menatap Deon sebagai satu-satunya orang yang bisa dipercaya setelah asistennya.“Aku ke sini untuk membahas masalah itu. Yang jelas, apa yang akan aku bicarakan denganmu, adalah sesuatu yang bisa menyelamatkan nama Ayana dari berita buruk yang tersebar,” ujar Jonathan meyakinkan.Deon pun diam menatap Jonathan, menunggu sampai pria itu membuka suara dan memberitahu apa yang sebenarnya dimiliki untuk membantu Ayana.“Namun, sebelum aku membahas soal apa yang akan aku lakukan. Bisakah kamu berjanji, untuk percaya dengan apa pun yang akan aku lakukan?” tanya Jonathan.Deon mengerutkan alis, semakin tidak paham dengan apa yang diinginkan pria itu.“Aku tidak bisa menj
Azlan menarik tangan Hyuna, lantas mengajak gadis itu kembali masuk. Hyuna dan Azlan saling tatap, keduanya pun terkejut dengan hal yang terjadi. “Ada apa?” tanya Deon yang melihat Hyuna dan Azlan tak jadi pergi. Keduanya menoleh, hingga Azlan menunjuk ke pintu. “Lihat saja sendiri,” ucap Azlan. Deon mendekat lantas mengecek dari monitor yang terpasang di dinding. “Kenapa mereka bisa sampai masuk?” Deon ikut terkejut karena banyak wartawan di depan unit. Mereka bertiga akhirnya masuk lagi. Ayana yang sedang duduk di sofa pun keheranan. “Ada apa?” tanya Ayana yang kini penasaran. “Banyak wartawan di depan,” jawab Deon. Ayana terkejut mendengar hal itu. Tidak menyangka kalau wartawan akan sampai menunggu di depan unit. “Sekarang bagaimana?” tanya Azlan ikut cemas. Ini sudah larut, tapi wartawan malah menghadang di depan pintu. “Jika di depan saja ada, aku yakin di bawah banyak lagi,” ujar Ayana. Ayana memang bukan aktris, tapi statusnya sebagai pengusaha wanita yang disegan
“Dia cantik sekali,” ucap Ayana sambil menggendong bayi mungil Ive. Bayi berjenis kelamin perempuan itu sehat dengan pipi chubby yang menggemaskan. “Tentu saja cantik, apalagi ayahnya tampan seperti ini,” balas Alex menanggapi ucapan Ayana. Ayana langsung memicingkan mata mendengar adiknya yang terlalu percaya diri. “Yang benar itu dia cantik seperti ibunya, bukan karena ayahnya,” ucap Ayana sewot sendiri karena ucapan Alex. Ive hanya menahan tawa mendengar balasan Ayana, sedangkan Alex langsung mendekat kemudian ikut memandang putrinya. “Lihat saja, alisnya tebal seperti milikku. Bibirnya kecil sepertiku. Lihat hidungnya yang mancung, sama sepertiku juga,” ucap Alex membandingkan wajah bayinya dengan dirinya. “Semua mirip kamu, terus Ive hanya dapat hikmahnya gitu,” balas Ayana karena Alex makin mengada-ada. Alex melebarkan senyum, lantas membalas, “Iya, kan bibitnya dariku.” Ayana gemas mendengar ucapan Alex hingga langsung memukul lengan adiknya itu. “Kepedean!” seloroh Ay
“Ive, kamu baik-baik saja?” tanya Ayana saat melihat wajah Ive yang pucat.Ive terkejut mendengar pertanyaan Ayana karena sedang tak berkonsentrasi. Dia melihat, Ayana dan yang lain kini sedang memandangnya.“Wajahmu sangat pucat, Ive. Apa kamu sakit?” tanya Jonathan.Alex langsung menyentuh kening Ive. Dia merasakan kulit wajah Ive yang sangat dingin.“Ive, kamu baik-baik saja?” tanya Alex yang cemas.“Sebenarnya sejak semalam perutku terasa mulas, tapi tidak bisa ke kamar mandi. Ini juga rasanya tidak nyaman,” jawab Ive yang menahan sakit dari kemarin sore sampai pagi tanpa memberitahu siapa pun.Ayana terkejut mendengar jawaban Ive. Dia langsung berdiri, lantas menyentuhkan tangan di kening Ive.“Kita ke rumah sakit, ya. Aku takut kamu sudah kontraksi tapi tidak paham,” ujar Ayana yang cemas.Semua orang pun terkejut mendengar ucapan Ayana. Alex langsung berdiri untuk membantu Ive berdiri.“Ayo, Ive. Kita ke rumah sakit untuk memastikan kondisimu,” kata Alex yang tak bisa membiarka
Tak terasa sudah enam bulan berlalu, kini usia kandungan Ive sudah memasuki usia delapan bulan. Ive sendiri mulai kesulitan melakukan aktivitasnya karena perutnya yang besar.“Kamu mau buah, Ive?” tanya Ayana saat melihat adik iparnya itu datang ke dapur.“Iya, Kak.” Ive menjawab sambil berjalan mendekat. Dia lantas duduk di kursi samping stroller Ansel.Ayana menoleh sekilas ke Ive sambil tersenyum, lantas mengambilkan buah yang biasa dimakan Ive.“Kamu sudah minum susu?” tanya Ive mengajak bicara Ansel yang kini berumur 9 bulan.Ive memberikan telunjuknya agar digenggam Ansel. Dia sangat suka dengan keponakannya yang lucu dan menggemaskan itu.“Hari ini kamu jatah cek kandungan? Tadi Alex memperingatkanku untuk mengantarmu karena dia ada rapat penting pagi ini?” tanya Ayana sambil mengupas apel.Ive menoleh Ayana, kemudian menjawab, “Iya, Kak. Dokternya baru datang jam sepuluh, jadi ke sana jam sembilan ambil antrian tidak masalah.”Ayana menghampiri Ive sambil membawa apel yang sud
Hyuna sangat terkejut dengan jawaban Azlan, bagaimana bisa calon suaminya itu melupakan cincin pernikahan mereka.Azlan menoleh Ayana, memberikan mimik wajah sedih karena cincinnya dan Hyuna tertinggal.“Kenapa dia?” tanya Alex keheranan melihat Azlan yang bingung.Azlan memberi isyarat dengan menggerakkan jemarinya, membuat Alex dan Ayana langsung paham.“Dasar, ceroboh sekali dia,” gerutu Alex.Alex melepas cincin pernikahannya, lantas meminta Ive melepas cincinnya juga. Dia kemudian pergi ke altar untuk memberikan cincinnya agar dipakai Azlan lebih dulu.Ayana dan yang lain terkejut dengan apa yang dilakukan Alex, tapi hal itu juga membuat bangga karena Alex mau membantu kepanikan Azlan.“Pakai ini! Tapi kamu harus membayar bantuanku,” ucap Alex dengan nada candaan.Meski Alex terkadang menyebalkan, tapi nyatanya dia perhatian hingga membuat Azlan hanya menganggukkan kepala.Alex kembali ke kursinya, hingga langsung mendapat pujian dari Ayana.Prosesi pernikahan itu pun kembali ber
Alex begitu terkejut sampai mundur karena melihat siapa yang baru saja menepuk bahunya. Dia memegang dada karena terkejut melihat wanita tua sedang menatapnya.“Mau apa tengok-tengok rumah?” tanya wanita berumur 70 an tahun itu.“Maaf. Saya hanya ingin meminta mangga muda, kalau tidak boleh diminta ya saya beli,” kata Alex berusaha sopan ke wanita tua itu, apalagi sudah menjadi kebiasaan di negara itu jika harus sopan ke orang yang lebih tua.“Mangga muda?” Wanita tua itu mungkin keheranan karena Alex malah minta mangga muda.“Ah … ya. Istri saya sedang hamil. Dia katanya ingin makan mangga muda itu,” ujar Alex menjelaskan sambil menunjuk ke mobil lantas ke pohon mangga.“Oh … bilang dari tadi. Aku pikir mau maling atau sales menawari barang,” balas wanita tua itu dengan entengnya kemudian mengeluarkan kunci mobil dari saku baju yang dipakai.Alex terkejut karena dikira sales barang, tapi demi Ive dia harus menahan diri agar tidak tersinggung.Wanita tua itu membuka gerbang, lantas me
“Kita mau ke mana?” tanya Ive bingung karena Alex mengajaknya pergi keluar padahal baru saja sampai rumah.“Aku ingin mengajakmu tadi siang, tapi karena siang tadi pekerjaanku sangat banyak, jadi baru bisa sekarang. Aku tidak mau menundanya, jadi meski sore aku tetap ingin mengajakmu ke sana,” jawab Alex sambil menoleh Ive dengan senyum di wajah.Ive mengerutkan dahi mendengar jawaban Alex. Dia benar-benar penasaran ke mana suaminya itu akan mengajak pergi.Ive memperhatikan jalanan yang mereka lewati, hingga mobil yang ditumpangi masuk ke area perumahan yang sedang dibangun. Sudah ada beberapa rumah berdiri megah, tapi ada pula yang sedang dalam proses pembangunan.“Mau apa ke sini?” tanya Ive bingung. Dia pun memperhatikan sekitar.Alex menoleh Ive sekilas, lantas sedikit memperlambat laju mobilnya.“Melihat hadiah yang diberikan Ayana. Dia memberi kita hadiah, tapi aku belum sempat melihatnya langsung,” jawab Alex.Dahi Ive semakin berkerut halus mendengar jawaban Alex. Dia pun kem
“Ternyata benar, nabung.” Azlan langsung meledek Alex yang baru saja datang bergabung dengannya, Ayana, dan Ive. Ayana melirik Ive, lantas memberi isyarat untuk menyingkir daripada mendengarkan perdebatan Azlan dan Alex. Alex bingung mendengar ucapan Azlan, hingga dia melihat Ayana dan Ive yang pergi. “Apanya nabung? Kalau punya uang, ya pasti nabung,” balas Alex masih tak paham dengan maksud ucapan Azlan. “Pura-pura tidak paham. Pantas saja kamu ngebet mau nikah, bahkan berani mendahuluiku, ternyata sudah bikin Ive hamil dulu,” ledek Azlan sambil memicingkan mata. Alex sedang minum saat Azlan bicara, hingga dia tersedak karena terkejut mendengar ucapan Azlan, sampai-sampai air yang baru saja masuk ke kerongkongan langsung menyembur keluar. “Sikapmu saja ini sudah cukup membuktikan kalau ucapanku benar. Kamu sudah bikin Ive hamil dulu, lalu mendesak minta nikah biar ga ada yang curiga kalau Ive hamil,” ucap Azlan memperjelas maksudnya agar Alex tak mengelak. Alex mengusap permu
Ive dan Alex pergi bersama Jonathan untuk mengurus proses balik nama sertifikat rumah mendiang ayah Ive.Ive benar-benar masih seperti mimpi bisa memiliki rumah itu, meski sebenarnya dia merasa sangat berat jika diminta meninggalinya. Ada kenangan pahit dan manis yang bersamaan dirasakan tatkala menginjak rumah itu.“Kamu mau tinggal di sini?” tanya Alex sambil menatap Ive.Ive sedang diam, memandangi setiap sudut ruangan, dinding, juga langit-langit kamar itu. Mengingat ada tawa saat bersama ayah dan ibu yang merawatnya, tapi juga ada kepedihan ketika ditindas Carisa.“Entahlah, aku masih bingung. Selain kenangan manis bersama Mama, di rumah ini juga penuh kenangan menyakitkan,” jawab Ive sambil mengedarkan pandangan.Alex melihat bola mata Ive yang berkaca-kaca, hingga dia pun menautkan jemari mereka.“Tidak usah dipaksa jika tak ingin. Ini hadiah dari Papa, kita terima meski tak ditinggali,” ucap Alex a
“Karena membantuku, kamu jadi ikut celaka,” ucap Ive penuh penyesalan begitu bertemu dengan Damian.Ive dan Damian sudah keluar dari rumah sakit, mereka kini berada di rumah Jonathan.Ive menatap perban yang terpasang di pelipis karena hantaman dari orang yang menyerang kakaknya itu.“Tidak apa, kamu jangan terlalu memikirkan ini,” balas Damian, “dulu aku tidak bisa melindungimu, jadi sekarang aku harus melindungimu, meski nyawaku taruhannya,” ucap Damian sambil memulas senyum manis di wajah.Tetap saja Ive merasa bersalah meski Damian berkata jika tak masalah terluka untuk melindunginya.“Bagaimana proses hukum Emanuel dan Eric?” tanya Damian sambil menatap Alex yang duduk di seberangnya.“Polisi sedang memprosesnya, kemungkinan berkas perkaranya akan segera naik ke kejaksaan mengingat bukti-bukti yang kita miliki sangat kuat. Nantinya baik aku, kamu, atau Ive tetap harus menghadiri sida