“Dia sudah ditahan atas kasus pencemaran nama baik.” Jonathan menemui Ayana di kafe Deon saat siang hari.Ayana sedang membaca berita soal penangkapan Rey.“Baguslah, memang sudah seharusnya dia mendapat hukuman. Dia sudah diberi kesempatan, tapi terus melakukan perbuatan yang sama.” Ayana meletakkan ponsel di meja. Sudah tak ingin membahas tentang Rey lagi.Deon juga ada di sana, melihat sang istri yang mulai terlihat lega.“Sore ini ayahmu akan melakukan konferensi pers, kan? Kamu akan datang ke sana?” tanya Jonathan.Ayana baru ingat akan hal itu. Dia menatap Jonathan lantas menganggukkan kepala.“Aku akan datang tanpa sepengetahuannya, jika dia berani memutar balikkan fakta, aku bisa melawannya,” jawab Ayana tanpa keraguan.“Apa kamu benar-benar sekecewa itu ke Firman?” tanya Jonathan menyelidik, terlebih karena Ayana terlihat emosi saat membahas Firman.Ayana menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan. Dia lantas memainkan sedotan yang ada di gelas jusnya.“Jika dibilang kec
Firman terkejut mendengar salah satu wartawan berteriak memanggil nama Ayana. Dia menoleh ke kanan, hingga melihat Ayana dan Jonathan berdiri di dekat ruang tunggu lobi.Para wartawan itu berbondong-bondong mendekati Ayana, tentu saja tujuannya untuk meminta klarifikasi apakah yang dikatakan Firman benar.“Jadi benar jika selama ini Pak Firman tidak tahu kalau pria yang ada di sebelah Anda adalah ayah kandung Anda?”“Apakah Anda mengakui jika selama ini memang Pak Firman tidak tahu soal ayah kandung Anda, juga tahu kalau Anda bukanlah anak kandungnya?”Ayana mengembuskan napas kasar mendengar para wartawan. Dia melirik Firman yang terlihat panik, sebelum kemudian memandang ke para wartawan.“Ya, yang dikatakannya benar. Aku pun berterima kasih karena dia mau merawatku.” Ayana memilih mengiakan karena tidak ingin memperpanjang masalah.Jonathan pun hanya diam, karena baginya semua keputusan ada di tangan Ayana.“Setelah sekian tahun, apa alasan Anda datang lalu mengakui jika saudari Ay
“Apa kita harus berselisih seperti ini?” “Bukan aku yang menginginkan semua ini terjadi.” “Ay!” Firman menggebrak meja mendengar balasan Ayana. Matanya menatap nyalang ke putri yang sudah dibesarkannya itu. Ayana pun menatap nyalang, begitu tajam karena dia tidak takut sama sekali ke sang ayah, setelah apa yang sudah dilakukan ayahnya selama ini. Firman mendatangi Ayana di kantornya. Tentu saja tujuannya untuk membuat Ayana mundur dari perusahaan. “Berhenti bersikap keras kepala dan menganggap dirimu bisa menguasai semua! Seharusnya kamu sadar diri, semua yang kamu miliki bukanlah hakmu!” Firman mencoba menekankan kembali status Ayana. Ayana melirik tajam ke sang papa, tidak menyangka jika Firman akan menunjukkan niat aslinya terhadap Ayana. “Menguasai semua? Siapa yang berusaha menguasai semua? Itu hanya pikiran Papa yang penuh dengan ketakutan. Papa takut aku mengambil semua, hingga berpikir aku demikian.” Ayana bicara dengan suara lugas dan tegas. “Perusahaan ini memang buk
“Ada apa, hm?” Deon menatap Ayana yang terlihat lelah. Dia menarik kursi dan ikut duduk berhadapan dengan Ayana.Siang itu Ayana datang ke kafe untuk makan siang seperti biasa. Dia duduk di salah satu meja dengan makanan yang baru saja disajikan oleh sang suami.“Tidak ada, aku hanya lapar,” jawab Ayana sambil melebarkan senyum.Ayana mengambil sendok, bersiap menikmati makan siang yang disajikan suaminya.“Apa pekerjaan di kantor sangat banyak?” tanya Deon sambil memperhatikan Ayana yang sedang makan.Ayana memandang Deon sekilas sembil menganggukkan kepala, sebelum kemudian kembali menatap hidangan yang tersaji dan menyantapnya dengan lahap.“Makan pelan-pelan,” ucap Deon memperhatikan Ayana yang makan sedikit terburu.Ayana hanya mengangguk mendengar ucapan suaminya. Dia fokus ke makanan, seolah makanan itu alat pelampiasan kekesalan yang sejak tadi dipendam.“Ada pelanggan, aku ke dapur dulu. Kalau butuh apa-apa, bilang saja,” ucap Deon di akhiri mengusap pucuk kepala Ayana lembut
Ayana datang ke tempat yang sudah dijanjikan untuk bertemu Suci. Dia masuk ke sebuah kafe, mengedarkan pandangan hingga melihat Suci mengulas senyum ke arahnya.Ayana pun berjalan ke arah Suci. Terkadang dia berpikir, sekejam apa pun sang mama bersikap, tapi tetap saja wanita itu ibunya.“Akhirnya kamu datang. Mama memesan jus untukmu,” ucap Suci terlihat senang bisa melihat putrinya.“Terima kasih,” ucap Ayana lirih sesaat setelah duduk berhadapan dengan sang mama.Suci mengangguk senang, terus menatap Ayana yang terlihat biasa saja.“Bagaimana kondisi kesehatanmu dan janinmu?” tanya Suci berbasa-basi.“Sangat baik,” jawab Ayana singkat.“Baguslah.” Suci mengangguk-anggukan kepala.Ayana menatap sang mama, merasa aneh karena Suci tiba-tiba ingin menemuinya.“Kenapa Mama tiba-tiba ingin bertemu denganku?” tanya Ayana to the point.Suci terkejut mendengar pertanyaan Ayana, tapi dia pun tidak heran jika Ayana bersikap dingin kepadanya.“Tidak kenapa-kenapa. Mama hanya ingin melihatmu,”
Ayana berjalan mendekat dengan ekspresi wajah datar. Lantas berhenti tepat di dekat orang yang hendak menemuinya.“Kenapa Anda ingin menemuiku?” tanya Ayana sambil memandang wanita yang duduk di sofa.Wanita itu berdiri, dia adalah ibu Rey. Wanita itu tersenyum dan buru-buru menghampiri Ayana.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Ay.” Wanita itu bicara sambil menatap penuh harap.Ayana menaikkan satu sudut alis mendengar ucapan wanita itu. Hingga dia akhirnya mengajak ibu Rey ke ruang kerjanya.“Apa yang ingin Anda bicarakan?” tanya Ayana sambil menatap tajam ke mantan calon mertuanya itu.“Ini soal Rey. Apa kamu tidak bisa mencabut berkas laporan tentangnya? Aku tahu kamu kesal ke Rey, tapi setidaknya tolong pandang aku, Ay. Dulu kita berhubungan baik, ya meski semua harus berakhir karena kelakuan Rey. Aku hanya tidak bisa melihatnya dipenjara.”Ibu Rey pun mengemukakan alasannya menemui Ayana.“Tidak bisa atau malu melihatnya dipenjara?” Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Aya
“Jika Papa tidak bisa cerita, tidak masalah. Aku hanya tanya saja,” ujar Ayana yang merasa tak enak ketika melihat ekspresi Jonathan yang terlihat bingung.Jonathan tersenyum mendengar ucapan Ayana, hingga kemudian menghela napas kasar.“Seharusnya Papa cerita agar kamu tidak salah paham atau bertanya-tanya. Hanya saja awalnya berniat akan membicarakan ini nanti, tapi melihatmu yang siap tahu soal keluarga Papa, jadi tidak ada salahnya bercerita sekarang,” ujar Jonathan mengulas senyum.Ayana mengangguk-angguk, lantas menunggu sang papa bercerita.“Papa menikah dengan wanita Inggris. Dia baik dan ramah, sikap yang membuat papa benar-benar yakin menikahinya, setelah merasa dicampakkan mamamu,” ujar Jonathan menceritakan wanita yang bisa membuatnya move on dan menjalani hari dengan penuh rasa bahagia.“Apa dia tahu kalau Papa ke sini untuk mencariku? Dia tidak marah?” tanya Ayana yang penasaran.“Seharusnya dia tahu,” jawab Jonathan.“Seharusnya? Kenapa seharusnya? Papa tidak cerita ke
Ayana terkejut dengan apa yang dilihatnya. Hingga dia menoleh ke Kyle seolah meminta penjelasannya.Kyle hanya melebarkan senyum, lantas mengangguk sebagai isyarat agar Ayana tenang dan yakin.Firman terlihat geram dan kesal. Merasa dikhianati karena semua staff kini memihak ke Ayana. Dia sekarang ini sedang membaca hasil petisi yang dibuat oleh para staff, di mana di sana tertera jika 98 persen staff perusahaan meminta Ayana tetap memimpin perusahaan.“Petisi ini juga ditandatangani oleh beberapa klien besar. Semalam bahkan ada yang menghubungi saya, lantas mengatakan jika akan mengakhiri kerjasama jika bukan Bu Ayana yang memimpin perusahaan ini. Apakah Anda yakin ingin mengganti beliau?” tanya pemegang saham yang pertama kali memberikan data petisi itu.“Jika sudah seperti ini, kita lebih baik ambil aman saja. Jika kita memaksa untuk mengganti Bu Ayana, takutnya akan terjadi kesinambungan tak berujung,” ujar salah satu pemegang saham lain.Firman mengepalkan telapak tangan erat. Ti