“Apa maksudmu? Kamu membicarakan siapa? Dan apa kamu salah orang?” Ayana benar-benar syok dan tak tahu apa yang sebenarnya dibicarakan oleh pria itu.“Tidak usah mengelak. Kamu pikir aku tidak punya bukti-buktinya!” hardik pria itu, “berapa dia membayarmu sampai kamu mau melakukan ini semua? Apa kamu sangat membutuhkan uang, sampai-sampai mau hamil anaknya?”Pria itu kembali memberondong Ayana dengan pertanyaan.Ayana semakin pusing mendengar ucapan pria itu. Dalam benaknya mana mungkin Deon membayarnya, yang ada dia yang memfasilitasi semua kebutuhan suaminya itu.“Sepertinya kamu salah orang. Aku tidak paham maksudmu.” Ayana menatap bingung ke pria itu.“Berapa yang sudah kamu terima darinya? Sebutkan, aku akan memberikanmu lebih banyak asal kamu mau menghilang dari hidupnya, bersama bayi di kandunganmu itu!” perintah pria itu.Ayana semakin mengerutkan dahi, sungguh kepalanya mendadak pusing mendengar ucapan tak masuk akal dari pria itu.Ayana hendak membalas ucapan pria itu, tapi
“Pak.”Andre masuk apartemen dan langsung menemui Jonathan yang sedang membaca berita dari tablet pintarnya.“Ada apa? Kenapa wajahmu panik seperti itu?” tanya Jonathan keheranan.Andre mengeluarkan ponsel, lantas memperlihatkan pesan chat yang diterimanya.“Anda harus baca ini.” Andre memberikan ponselnya agar Jonathan membaca pesan ancaman yang didapat.Jonathan mengerutkan alis mendengar ucapan Andre. Dia pun membaca pesan yang diterima asistennya itu.“Bocah ini, lama tak menghubungiku, tiba-tiba dia mengirimu ancaman seperti ini. Apa maunya?” Jonathan geram sendiri.“Sudah kamu hubungi balik?” tanya Jonathan kemudian.“Sudah, tapi Tuan Alex tidak mau menjawab panggilan dari saya,” jawab Andre.Jonathan menghela napas kasar, hingga kemudian berpikir.“Sudah hubungis asistennya?” tanya Jonathan kemudian.“Sudah,” jawab Andre.“Lalu?” Jonathan menatap Andre yang berdiri di sampingnya.“Tuan Alex pergi tanpa kabar. Bahkan asistennya sekarang kebingungan mencarinya,” ujar Andre menyam
“Dia pasti mengira kalau kamu ini istri mudaku atau wanita simpananku. Pantas saja terakhir menghubungi papa, dia marah-marah karena papa tak kunjung kembali. Anak itu menuduh tanpa mencari fakta yang sebenarnya dulu,” ujar Jonathan menjelaskan. Ayana menaikkan satu sudut alis mendengar ucapan Jonathan, begitu juga dengan Deon yang keheranan karena penasaran. “Maksud Papa, dia ….” Ayana sengaja menjeda ucapannya agar sang papa yang melengkapi. “Dia adikmu, anak papa yang ada di Inggris,” ujar Jonathan menjelaskan. Ayana begitu syok, begitu juga dengan Deon yang benar-benar tak menyangka jika pria yang menuduh Ayana selingkuhan sebenarnya adiknya sendiri. “Papa belum cerita kepadanya soal aku?” tanya Ayana. Dia juga tak bisa menyalahkan sikap adiknya jika salah paham kalau memang Jonathan belum menceritakan yang sebenarnya. “Papa belum kembali ke Inggris, jadi belum sempat cerita langsung. Misal papa cerita lewat telepon, papa yakin dia pun tidak akan percaya,” jawab Jonathan. Ay
“Kamu gila, hah? Dasar mata duitan!” Alex begitu syok mendengar nominal yang disebutkan Ayana.Ayana menahan diri untuk tak tertawa melihat kemarahan adiknya itu. Dia pun kembali memancing untuk mengerjai Alex.“Tidak mau ya sudah. Bagiku itu saja sedikit, tidak sepadan dengan kerugianku jika meninggalkan papamu. Aku sudah hamil, masih mengurus anak juga nantinya, siapa yang akan membiayai hidupku dan anakku jika meninggalkan papamu tanpa tunjangan. Papamu saja memberiku jatah sepuluh juta sehari, kamu memintaku meninggalkannya tapi diminta segitu saja komplain!” sindir Ayana memancing emosi Alex.Alex mengepalkan telapak tangan erat mendengar semua ucapan Ayana, hingga dia menggebrak meja.Ayana terkejut melihat apa yang dilakukan Alex, tapi dia terlihat tenang.Deon yang panik saat melihat Alex memukul meja, terlihat siap berdiri karena takut terjadi sesuatu dengan Ayana. Namun, pergerakannya terhenti saat melihat Alex yang hanya menatap Ayana.“Lihat saja, aku akan membuatmu diting
Alex pergi ke apartemen yang disebutkan Jonathan saat malam hari. Dia berjalan dengan ekspresi wajah datar tak bersahabat sama sekali karena kesal. Saat sampai di depan pintu unit apartemen Jonathan tinggal, dia pun menekan bel dengan kasar. “Anda sudah datang, silakan masuk!” Andre langsung mempersilakan Alex masuk. Alex memicingkan mata ke Andre, hingga kemudian berucap, “Seharusnya kamu menjaga Papa, bukan malah membiarkannya berbuat sesuatu yang gila!” Setelah mengatakan itu dengan nada penekanan, Alex pun melangkah masuk untuk menemui sang papa. Andre hanya bisa mengurut dada. Dia tahu betul bagaimana sikap Alex ketika sedang marah. Alex berjalan masuk, hingga langkahnya terhenti saat melihat pemandangan di depannya. Dia semakin geram karena melihat Jonathan yang sedang mengambilkan lauk untuk Ayana. Dia marah karena ada Ayana di sana. “Pa!” Alex menganggap jika Jonathan sudah sangat keterlaluan. Ayana dan Jonathan menoleh ke Alex, begitu juga dengan Deon yang sedang membu
“Ayana anak papa, Lex. Dia enam tahun lebih tua darimu. Dia adalah anak pertama papa, bukan kamu. Papa ke sini memang untuk mencarinya, serta ingin memperbaiki masa lalu yang tak sengaja papa abaikan,” ujar Jonathan jujur ke Alex setelah Ayana selesai mengerjai pria itu.Alex terkejut bukan kepalang. Dia sampai menoleh ke Ayana, lantas memandang Jonathan dengan rasa tak percaya.“Jangan bercanda. Mama hanya punya satu anak, dan itu aku,” elak Alex tak percaya.“Dengarkan dengan pikiran tenang,” ujar Jonathan sambil memberikan tatapan begitu dalam, menandakan jika dia sedang ingin bicara serius ke putranya itu.Alex pun terkejut melihat tatapan Jonathan. Tatapan ayahnya itu hanya ditujukan saat sedang berusaha menekankan sesuatu yang tak bisa dibantah.Ayana sendiri hanya diam. Dia memilih menyantap makanannya dengan tenang, meski telinga menangkap ucapan sang papa.“Ayana ada sebelum papa menikah dengan mamamu. Papa ke sini mencarinya, karena ingin bertanggung jawab sebab selama ini p
“Kamu lihat sendiri ‘kan tadi? Lihat betapa sombongnya dia yang menganggapku bersama Papa hanya untuk harta. Meski dia tidak mau jadi saudaraku, aku juga tak peduli.”Ayana mengamuk-amuk tak jelas begitu kembali ke unit apartemennya bersama Deon.“Temperamennya sangat buruk. Senakal-nakalnya Azlan, ternyata Alex lebih menyebalkan,” gerutu Ayana lagi.Deon hanya bisa menatap istrinya mondar-mandir sambil marah. Padahal tadi saat di tempat Jonathan, istrinya itu berkata tidak akan memasukkan ucapan Alex ke dalam hati, tapi nyatanya sekarang marah-marah karena ucapan Alex.“Sudah, Ay. Ingat, kamu tidak boleh marah-marah terus. Ga baik untuk kesehatanmu,” ujar Deon mencoba menenangkan Ayana.Ayana menoleh Deon sambil menghentikan langkah, lantas duduk di samping suaminya sambil memasang wajah kesal.“Aku benar-benar kesal punya adik macam dia. Sombong, arogan, juga temperamen!” gerutu Ayana tak henti-hentinya mengumpat.“Iya, iya. Dia seperti yang kamu sebutkan tadi, tapi sudah tidak usah
Ponsel Alex berdering saat fajar baru saja menyapa. Dia sangat terganggu dengan suara benda pipih itu yang terus berbunyi di pagi hari, sampai-sampai Alex menutup kepala dengan bantal.Namun, tentunya itu bukan solusi menghentikan dering ponsel. Benda itu terus berdering berulang tanpa jeda.“Sialan! Siapa yang menghubungi sepagi ini?”Alex melempar bantal karena kesal. Dia lantas bangun dan mengambil ponselnya.“Apa?” Alex menjawab tanpa melihat siapa yang menghubungi.Hingga kelopak mata yang tadinya mash terpejam, kini terbuka lebar ketika mendengar suara dari seberang panggilan.“Jangan bercanda!” bentak Alex tak percaya dengan apa yang didengar.Alex kembali mendengar ucapan dari seberang panggilan, hingga kemudian melompat dari ranjang.“Aku akan segera ke sana.”Setelah mengatakan itu, Alex mengakhiri panggilan. Dia juga berlari ke lemari menyambar pakaian sedapatnya, sebelum akhirnya pergi meninggalkan hotel.Di sisi lain. Ayana masih tidur ketika ponselnya berdering. Dia engg