“Bagaimana jika dia benar-benar ada main dengan sekretarisnya? Apa aku sanggup melihatnya?”Nabila menatap sendu ke Ayana, terlihat jelas kecemasan dan ketakutan di mata wanita itu.“Jika memang benar dia ada main dengan sekretarisnya, kamu tidak perlu melihatnya. Kita hanya membutuhkan bukti untuk menghukumnya. Lagi pula jika dia ketahuan berselingkuh, kamu tidak akan menerimanya lagi, kan?” tanya Ayana setelah menjelaskan, dia takut jika Nabila sampai memaafkan kelakuan bejat Dafa.Nabila melihat kecemasan di mata Ayana, hingga dia pun menghela napas kasar.“Tentu saja tidak, Ay. Aku tidak bodoh, seperti katamu, aku pasti akan mendapatkan kebahagiaanku sendiri meski tanpa Dafa. Aku takkan bisa memercayai lagi orang yang sudah menghancurkan kepercayaanku,” jawab Nabila penuh keyakinan.Nabila sudah memikirkan semalaman. Dia tidak ingin diinjak dengan mengemis cinta suaminya yang berselingkuh. Sama halnya dengan Ayana yang memilih malu, daripada dikhianati.“Bagus, Na. Tuhan sangat ba
Dafa baru saja selesai membersihkan diri setelah bermain-main dengan sekretarisnya. Selagi dia menunggu wanita itu selesai membersihkan diri, Dafa mengecek ponsel untuk melihat apakah Nabila menghubunginya.“Kenapa sejak kemarin dia tidak menghubungiku?”Dafa merasa heran karena tak biasanya Nabila tak memberi kabar seperti sekarang ini. Biasanya sang istri akan mengirimkan pesan jika sudah sampai, atau melakukan panggilan video saat luang.“Apa dia benar-benar sibuk?” Dafa berpikir sambil memandang chat terakhir sang istri yang didapat sebelum Nabila pergi.“Anda sedang memikirkan apa?” Sekretaris Dafa langsung menegur saat melihat Dafa melamun.“Tidak ada,” jawab pria itu sambil membuka makanan yang dipesannya.Dafa terlihat tidak tenang, bahkan makan pun dengan perasaan tak enak. Dia pun meletakkan sendok yang dipegang, lantas mencoba menghubungi istrinya.Sekretaris Dafa hanya memperhatikan pria itu yang sedang gelisah. Dia tak mau ikut campur, karena tugasnya di sana hanya melaya
Ayana menemani Nabila menemui ayah Dafa di perusahaan mertuanya yang memang beda dengan perusahaan Dafa. Namun, Ayana hanya menunggu di mobil atas permintaan Nabila.“Hati-hati, jika ada apa-apa, tekan tombol darurat yang sudah aku stel menggunakan nomorku,” ujar Ayana mengingatkan sebelum Nabila turun dari mobil.“Iya, aku bukan mau perang atau ketemu teroris. Mertuaku juga tak segalak yang kamu pikirkan. Hanya saja memang dia tegas dan keras, mungkin bicara dengan ayahnya dulu akan labih baik daripada ibunya,” balas Nabila meyakinkan.Ayana mengangguk mendengar ucapan Nabila, hingga membiarkan sahabatnya itu turun dari mobil. Ayana akan selalu siaga di mobil, bahkan dia tak memakai heels, tapi sepatu kets untuk berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk berlari kencang.Nabila sendiri pergi menemui mertuanya sambil terus menguatkan hati. Mungkin dia akan kembali gemetar saat menunjukkan bukti perselingkuhan Dafa. Namun, meski begitu Nabila harus tetap kuat, dia tak ingin disepelekan atau di
“Tidak apa, aku yakin mamamu akan paham. Dia selalu ingin yang terbaik untukmu, jadi kurasa dia akan mengerti dengan yang terjadi.”Ayana menggenggam telapak tangan Nabila, mencoba meyakinkan agar temannya itu percaya kalau semua akan baik-baik saja.Nabila menoleh Ayana. Dia pun sebenarnya cemas dan takut jika sang mama tidak setuju dengan keputusannya, apalagi perceraian sangat asing bagi keluarga besar Nabila.“Iya.” Nabila menarik napas panjang, lantas mengembuskan perlahan.Nabila dan Ayana turun dari mobil. Langkah Nabila selanjutnya memang mengungkap kelakuan Dafa ke orang tuanya baru ke keluarga besar yang mendukung Dafa.“Kamu sudah pulang? Katanya dua minggu, ini baru juga dua hari.” Ibu Nabila keheranan karena melihat putrinya sudah datang.Wanita itu semakin bingung karena Nabila terlihat sedih, juga datang bersama Ayana.“Na, apa ada masalah?” tanya wanita itu cemas.Nabila langsung memeluk ibunya sambil menangis, membuat wanita itu kebingungan.“Ada apa, Na? Kenapa pulan
“Bagaimana tadi?” tanya Deon saat baru pulang.Deon langsung menemui Ayana yang ada di kamar bersama Ansel.“Saat bertemu mertuanya, aku tidak menemani untuk meminimkan prasangka jika ku mempengaruhi pikiran Nabila. Hanya saja tadi saat bertemu Bibi, aku menemaninya,” jawab Ayana sambil meletakkan Ansel yang sudah anteng setelah menyusu.“Jadi? Bagaimana hasilnya?” tanya Deon sambil duduk di samping Ayana.“Nabila bilang mertuanya percaya jika Dafa berselingkuh dan akan memberikan hukuman ke Dafa. Tapi tentunya Nabila tidak peduli, karena yang dipedulikannya hanya bisa lepas dari Dafa,” jawab Ayana menjelaskan soal mertua Nabila.“Orang tua Nabila juga setuju jika dia bercerai?” tanya Deon yang penasaran karena bagaimanapun dia juga ikut geram dengan kelakuan Dafa.“Hm … Bibi sepertinya sangat sakit hati. Dia bilang akan membuat Dafa dilengserkan dari posisinya sekarang. Meski itu perusahaan Dafa, tapi pemilik saham terbanyak di sana adalah anggota keluarga Nabila yang notabene benci
“Benar, Nabila sudah punya buktinya. Aku ingin minta kamu membantuku mengakuisi perusahaan itu. Enak saja dia menikmati bantuan kita, tapi kemudian membuat Nabila menderita.”Ibu Nabila menghubungi adiknya untuk membantu melengserkan Dafa.“Kamu tenang saja, Kak. Aku dan yang lain pasti akan membantu,” ujar tante Nabila dari seberang panggilan.Keluarga ibu Nabila kebanyakan perempuan, sebab itu mereka memiliki komitmen untuk menolak perselingkuhan.“Baik, terima kasih,” ucap ibu Nabila yang sejak tadi sudah sibuk menghubungi beberapa saudaranya.Nabila memandang sang mama, merasa jika sebenarnya yang paling tersakiti adalah wanita itu. Dulu dia meyakinkan sang mama jika pilihannya terbaik, tapi sekarang dia datang lantas mengungkap keburukan suaminya.“Ma.” Nabila memanggil sambil menggenggam telapak tangan sang mama.Wanita itu menoleh dan melihat bola mata Nabila berkaca-kaca.“Ada apa, hm?” tanya wanita itu lembut.“Maaf karena sekarang harus membuat Mama ikut susah,” ucap Nabila
“Siapa yang menghubungi?” tanya Deon karena melihat Ayana fokus ke ponsel.“Nabila,” jawab Ayana sambil menyelesaikan apa yang diketik, kemudian menoleh suaminya yang sedang menyetir.“Apa ada info terbaru?” tanya Deon penasaran.Ayana mengangguk, hingga kemudian menjawab, “Nabila bilang Amar bersedia membantunya mengurus perceraian karena tahu jika Dafa tak mungkin melepas begitu saja. Bibi juga sudah bertindak, dia meminta ke seluruh keluarga untuk membantu mengakuisisi perusahaan Dafa.”Deon sangat terkejut mendengar jawaban Ayana, tidak menyangka jika keluarga Nabila akan semenakutkan itu.“Dafa selama ini bisa menjalankan bisnis dengan baik karena bantuan dari keluarga Nabila. Kini dia harus menghadapi masalah dari orang yang mendukungnya,” ujar Ayana kemudian.“Itu lebih menakutkan dari menghadapi musuh,” balas Deon mendadak merinding dengan apa yang akan dilakukan keluarga Nabila ke Dafa.“Ya, karena itu, musuh terbesar seseorang sebenarnya adalah orang yang dipercaya. Dafa men
“Bagaimana sekarang?” tanya Ayana saat bertemu Nabila di kafe Deon.Di sana tak hanya ada Ayana dan Nabila, tapi juga ada Deon, Kyle, dan Amar.“Siang ini Dafa sudah dapat karmanya. Para pemegang saham selain keluargaku juga menuntut dia mundur karena sudah melakukan hal tak bermoral di kantor. Bahkan sekretarisnya sudah dipecat atas desakan petinggi perusahaan, kini tinggal melengserkan Dafa saja,” jawab Nabila menceritakan semua yang terjadi di perusahaan Dafa siang ini.Nabila memang tidak datang, tapi ibu juga keluarganya yang menceritakan bagaimana mereka berusaha menekan Dafa agar lengser.“Baguslah, orang seperti Dafa memang harus segera dihempaskan,” ucap Ayana penuh kelegaan.Nabila mengangguk-angguk, lantas berterima kasih ke Ayana.“Terima kasih ya, Ay. Jika bukan karenamu, mungkin aku akan terus dibohongi. Untung saja feelingmu juga benar jika Dafa berselingkuh dengan sekretarisnya, hingga kita punya bukti. Ya, meski kita tak punya bukti banyak, tapi itu sudah cukup mengha