Penampilan Ovie sendiri terbilang sederhana, jika kebanyakan anak muda menghias diri dengan skincare dan peralatan make up yang merogoh duit hingga jutaan, dirinya hanya sekedar memakai bedak cossons baby, celana kaos kebesaran serta rambut yang diikat asal menggunakan karet.
Ovie sendiri adalah seorang yatim piatu, sejak lahir dia telah kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah tragedi kecelakaan saat masih berumur 8 tahun.Walaupun tak begitu mengingat bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi namun rasa sedih mendalam kerap dirasakan Ovie saat menjelang malam. Tak bisa dipungkiri dia begitu menginginkan kehadiran sosok orang tua dalam hidupnya.
Ya, karena kedua orang tuanya telah meninggal saat umur 8 tahun Ovie dititipkan tinggal di rumah sepupunya. Tidak ada satupun perlakuan baik yang dia dapatkan di sana, semuanya berjalan seperti sedang berada di neraka.
Contohnya saja sekarang ini, situasi di rumah sepupunya sedang memanas akibat perseteruannya dengan tuan rumah. Sosok wanita bernama Buk Ranti tengah berkacak pinggang di depan mukanya, baru saja melemparkan baju ke wajah Ovie.
"Kamu ini, kalau numpang di rumah orang setidaknya tahu sedikit terimakasih! Sudah dibesarkan kepalanya juga gak tau diri, masih untung ya kamu dikasih tinggal di sini!" cecar Buk Ranti marah.Awalnya Ovie tidak terpikirkan masalah ini akan membesar, hari ini adalah hari OSPEK-nya sebagai mahasiswa baru jadi wajar saja pulangnya agak kemalaman.
Buk Ranti tidak peduli, dia mengalihkan wajahnya seperti hendak meludah. "Udah kayak benalu kamu di rumah saya, ya? Disuruh kerja sedikit, itung-itung balas budi, dikerjakan aja enggak. Kamu ini kalau dikasih hati, jangan minta jantung dong!""Buk, maaf buk. Besok aku cuci bajunya. Kan ibuk tau sendiri Ovie lagi sibuk ospek."
"Halahhh! Dara yang ikut ospek aja gak sok sibuk kayak kamu!"
Ovie ingin sekali mengumpati wanita ini, bagaimana Dara bisa sibuk? Semua persiapan ospeknya saja dia yang mempersiapkan. Terpaksa Ovie menarik napas dalam-dalam.
"Iya, buk, aku salah. Nanti aku kerjain semuanya."
"Cih, malam ini kamu gak usah makan. Bikin habis beras kami aja."
Blamm
Pintu kamarnya yang hanya berukuran seperti toilet itu ditutup dengan kencang, tepat saat itu pula Ovie mengeluarkan air matanya. Mendapatkan perlakuan seperti itu, bahkan perempuan yang lebih dewasa darinya saja akan menangis.
Ovie mengelap air mata di pipinya dengan punggung tangan, hatinya hanya bisa tabah menghadapi kelakuan Buk Ranti terhadapnya. Bagaimana pun apa yang dia katakan benar, mereka telah membesarkannya di rumah ini. Jika tidak ada Buk Ranti mungkin dia akan menjadi gelandangan di jalanan.
Maka dari itu Ovie sadar dia harus bersyukur, setidaknya meski harus menelan pahit-pahit kata Buk Ranti dia masih diberi keringanan dalam hidupnya.
Ovie beranjak ke dapur, melewati meja makan yang diisi dengan berbagai hidangan lezat. Perut keroncongannya berbunyi saat aroma udang goreng tercium.
Memang sejak pagi Ovie belum sempat memakan apapun selain air putih, yang sengaja dibawanya untuk mengganjal lapar. Ovie hanya bisa menatapi hidangan itu."Heh?! Ngapain lo bengang-bengong, Vi?" Dara menyahutinya sinis. "Lo cuci baju-baju gue di sana gih! Udah pada bau semua, kalau bisa pewanginya pake banyak-banyak, ya."
Ovie mengangguk dengan berat hati, sedangkan mereka lanjut makan, tanpa ada niat sekedar mengajaknya untuk makan bersama. Hati Ovie kembali terasa berdenyut. Padahal mereka masih terbilang saudara walaupun saudara jauh, tapi mengapa dirinya diperlakukan seperti pembantu?
Selesai memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci Ovie duduk di kursi kayu, perutnya terdengar kembali keroncong. Terpaksa dia mengambil segelas air putih dan meneguknya sampai habis.
"Mungkin besok aku puasa aja apa ya? Percuma juga minum air gini, tapi gak bisa makan. Lebih baik diniatin buat puasa aja." Bunyi jangkrik dari luar menambah kesunyian di dapur belakang.
Ovie mengangkat wajahnya yang suntuk saat terdengar suara kenop pintu, Buk Ranti dan sekeluarga baru saja selesai makan. Yang pastinya, piring makan mereka harus dia cuci.
"Ada apa buk?" Ovie lebih dulu bertanya, tampaknya Buk Ranti ingin menyampaikan sesuatu di sana. Ovie sudah kenal betul bagaimana gelagat wanita ini, sudah lebih dari sepuluh tahun dia mengenal Buk Ranti.
Buk Ranti membawakannya sekantong kue, membuat perut Ovie menjerit meminta diisi. "Ibuk tau kamu pasti lagi lapar, nah minum dulu."
Buk Ranti menyodorkannya segelas air putih, tersenyum sangat manis kepadanya. Ovie menerimanya dengan senang hati. Bagaimanapun perlakuan Buk Ranti, dia takkan membuat wanita itu murka kepadanya."Jadi gini, Ovie. Si Dara katanya pengen beli hp baru, kamu kan udah tau kemaren hp-nya kebanting sampe layarnya pecah," ujar Buk Ranti sehalus mungkin.Ovie dapat merasakan hawa-hawa tak enak, dia mulai memasang wajah aneh. "Jadi emang kenapa, buk? Kalau aku gak bisa ngebantu.."
"Kamu bisa kok, 'kan kamu punya gelang emas peninggalan mama kamu."
Ovie membulatkan matanya tertegun, bagaimana bisa Buk Ranti tega mengatakan hal itu?
Sejak dulu Buk Ranti tahu hanya itu satu-satunya barang berharga yang Ovie miliki, tidak mungkin dia menjual barang itu.
"G-gak buk, masa harus jual gelang Ovie? Lagian kan, lagian hp Dara masih bisa dipake?" elak Ovie."Gak bisa dong, kan selama ini kami yang selalu keluarin duit buat biayain sekolah kamu. Sekali-kali seharusnya kamu yang ngebayar!""Iya tuh, Ma. Aku kan pengen beli hp baru, malu tau sama temen-temen, liat hapenya udah retak-retak gitu..." Dara muncul di dekat pintu, menggembungkan pipinya.
"Nah, kamu dengarkan Vi? Lagian beras buat besok udah habis, Ayah juga masih belum dapat kerjaan seminggu terakhir. Apa salahnya coba kamu ngebantu kami?"
"Buk, tapi 'kan itu punya Mama Ovie..."
"Nanti kita beli lagi, ya kalo udah ada uang." Kata-kata manis itu tentu hanya di bibir saja, mana mungkin emas itu mau dibeli lagi oleh Buk Ranti. Sekedar membayar utangnya saja dia sudah malas.
Ovie lagi-lagi menggelengkan kepalanya pelan, membuat Buk Ranti mulai tak bisa mengontrol emosinya lagi.
buat temen2 semoga suka sama cerita ini, aku gk tau bakal dilanjutin lagi atau engga, tergantung pembaca aja...
soo kalau mau next part jgn lupa komen dan like ya, hehehe dukungan kalian semua sangat berarti buatku:"*
Ovie menggelengkan kepalanya sekali lagi, berharap Buk Ranti menarik lagi keputusannya itu. Namun apa daya, Ovie tetap tak bisa berbuat apa-apa di sini. Dia, bukanlah siapa-siapa. Bisa saja mereka mengusirnya dan dia harus hidup seperti gelandangan. Dara mengeluarkan sebuah gelang, "Ikhlasin aja ya, Vi." "Kak Dara! Jangan dulu, kak! Aku bisa kerja, nanti aku cari uang-" "Kamu bicara apa?" Buk Ranti menukikkan sebelah alisnya, kerjamu kan cuma di laundry mana bisa beliin dia hape. Lagian ya, itu gelang juga gak ada gunanya disimpan-simpan, lho. Bagusan dijual lagi, kita semua bisa makan." Bunyi pintu terdengar menyusul, keluarga sepupunya itu meninggalkan Ovie sendiri. Di dapur yang luasnya tak seberapa serta nyamuk yang terus berterbangan. Ovie berjongkok, menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya. "Mama..." Tangisnya pelan, berusaha menyembunyikannya isak tangisnya. Entah pada siapa dia harus mengadu. Tidak ada
Aldebaran menatap lama ke tanganku dan baru sadar sedari tadi terus mencengkram tangan kananku. Memikirkan segala hal buruk yang akan timbul jika orang-orang menyadari bahwa sihirku adalah sihir terkutuk.Bagaimana pun caranya harus ku sembunyikan sihir ini. Mungkin salah satu pilihan paling bagus untuk menghindari ending di mana kepalaku dipenggal adalah dengan menjauh dari kehidupan sang karakter utama dan pergi ke tempat jauh dari semua adegan yang terjadi dalam cerita.Pilihan itu cukup memungkinkan, tapi permasalahannya adalah aku yang masih berumur delapan tahun ini takkan bisa mencari uang sendiri.Jika diriku yang di dunia nyata akan mencari pekerjaan sebagai karyawan di supermarket, maka anak kecil bernama Kara ini bisa apa?"Nona Kara ini sepertinya banyak sekali masalah hidup, Ann. Lebih baik kita kembali, kereta jemputanmu akan tiba sebentar lagi.""Ta-tapi Al-" Anna tidak terima dirinya diseret, aku sengaja tidak memb
Sejurus tatapan kami masih saling terpaku hingga akhirnya aku membuang muka, Noctis juga ikut memandang langit dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan."Yah, kau tidak perlu percaya apakah omonganku nyata atau tidak. Suatu saat, manusia akan menciptakan sebuah benda bernama satelit, dan benda itu akan mengawasi bumi dari tempat yang jauh di atas sana.""Satelit? Apa sihir itu diciptakan oleh orang terhebat di muka bumi?" Noctis semakin terpana, aku tertawa kecil. Mengingat dulu saat kecil saat mendengar NASA, alien, dan juga bintang begitu terkesimanya aku. Sama halnya seperti Noctis, semesta memiliki daya tariknya sendiri."Bukan sihir, tetapi sains. Ilmu yang sangat hebat. Dengan sains semua bisa kau lakukan dengan mudah. Satelit itu diciptakan para manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di luar jangkauan sana.""Lalu apa kau tahu apa saja yang ada di luar sana?"Lagi-lagi aku hanya bisa mengulum senyuman tipis. Malam itu aku men
Acara penyambutan sepertinya akan dimulai, terdengar derap kaki melintasi lorong di depan kamar. Salah satunya berhenti di dekat pintu dan mengetuk perlahan, tak begitu lama dia membuka pintu."Nona Kara, acara sebentar lagi akan dimulai.""Aku akan ke sana." Pelayan itu mengangguk, sebelumnya dia memberikan gaun dan sepatu tumit yang indah, katanya Noctis yang menyuruhnya untukku. Tak menunggu lama segera saja kakiku melangkah ke luar kamar dan diantarkan ke ruang tamu. Dengar-dengar dari pelayan yang menggosip di sekitar, orang itu adalah salah satu anak raja yang baru saja pulang dari kerajaan lain.Putranya itu berlatih pedang tingkat tinggi dan dikatakan hanya membawa dua pengawal bersamanya. Beberapa pelayan wanita berbisik-bisik kecil, kelihatannya mereka sangat antusias akan kembalinya pangeran ini. Sementara aku yang baru tiba di sana hanya bisa berdiri dengan wajah canggung, banyak para bangsawan yang hadir dan mereka pasti memiliki pengaruh yang
Acara penyambutan sepertinya akan dimulai, terdengar derap kaki melintasi lorong di depan kamar. Salah satunya berhenti di dekat pintu dan mengetuk perlahan, tak begitu lama dia membuka pintu."Nona Kara, acara sebentar lagi akan dimulai.""Aku akan ke sana." Pelayan itu mengangguk, sebelumnya dia memberikan gaun dan sepatu tumit yang indah, katanya Noctis yang menyuruhnya untukku. Tak menunggu lama segera saja kakiku melangkah ke luar kamar dan diantarkan ke ruang tamu. Dengar-dengar dari pelayan yang menggosip di sekitar, orang itu adalah salah satu anak raja yang baru saja pulang dari kerajaan lain.Putranya itu berlatih pedang tingkat tinggi dan dikatakan hanya membawa dua pengawal bersamanya. Beberapa pelayan wanita berbisik-bisik kecil, kelihatannya mereka sangat antusias akan kembalinya pangeran ini. Sementara aku yang baru tiba di sana hanya bisa berdiri dengan wajah canggung, banyak para bangsawan yang hadir dan mereka pasti memiliki pengaruh yang
Sejurus tatapan kami masih saling terpaku hingga akhirnya aku membuang muka, Noctis juga ikut memandang langit dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan."Yah, kau tidak perlu percaya apakah omonganku nyata atau tidak. Suatu saat, manusia akan menciptakan sebuah benda bernama satelit, dan benda itu akan mengawasi bumi dari tempat yang jauh di atas sana.""Satelit? Apa sihir itu diciptakan oleh orang terhebat di muka bumi?" Noctis semakin terpana, aku tertawa kecil. Mengingat dulu saat kecil saat mendengar NASA, alien, dan juga bintang begitu terkesimanya aku. Sama halnya seperti Noctis, semesta memiliki daya tariknya sendiri."Bukan sihir, tetapi sains. Ilmu yang sangat hebat. Dengan sains semua bisa kau lakukan dengan mudah. Satelit itu diciptakan para manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di luar jangkauan sana.""Lalu apa kau tahu apa saja yang ada di luar sana?"Lagi-lagi aku hanya bisa mengulum senyuman tipis. Malam itu aku men
Aldebaran menatap lama ke tanganku dan baru sadar sedari tadi terus mencengkram tangan kananku. Memikirkan segala hal buruk yang akan timbul jika orang-orang menyadari bahwa sihirku adalah sihir terkutuk.Bagaimana pun caranya harus ku sembunyikan sihir ini. Mungkin salah satu pilihan paling bagus untuk menghindari ending di mana kepalaku dipenggal adalah dengan menjauh dari kehidupan sang karakter utama dan pergi ke tempat jauh dari semua adegan yang terjadi dalam cerita.Pilihan itu cukup memungkinkan, tapi permasalahannya adalah aku yang masih berumur delapan tahun ini takkan bisa mencari uang sendiri.Jika diriku yang di dunia nyata akan mencari pekerjaan sebagai karyawan di supermarket, maka anak kecil bernama Kara ini bisa apa?"Nona Kara ini sepertinya banyak sekali masalah hidup, Ann. Lebih baik kita kembali, kereta jemputanmu akan tiba sebentar lagi.""Ta-tapi Al-" Anna tidak terima dirinya diseret, aku sengaja tidak memb
Ovie menggelengkan kepalanya sekali lagi, berharap Buk Ranti menarik lagi keputusannya itu. Namun apa daya, Ovie tetap tak bisa berbuat apa-apa di sini. Dia, bukanlah siapa-siapa. Bisa saja mereka mengusirnya dan dia harus hidup seperti gelandangan. Dara mengeluarkan sebuah gelang, "Ikhlasin aja ya, Vi." "Kak Dara! Jangan dulu, kak! Aku bisa kerja, nanti aku cari uang-" "Kamu bicara apa?" Buk Ranti menukikkan sebelah alisnya, kerjamu kan cuma di laundry mana bisa beliin dia hape. Lagian ya, itu gelang juga gak ada gunanya disimpan-simpan, lho. Bagusan dijual lagi, kita semua bisa makan." Bunyi pintu terdengar menyusul, keluarga sepupunya itu meninggalkan Ovie sendiri. Di dapur yang luasnya tak seberapa serta nyamuk yang terus berterbangan. Ovie berjongkok, menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya. "Mama..." Tangisnya pelan, berusaha menyembunyikannya isak tangisnya. Entah pada siapa dia harus mengadu. Tidak ada
Ovie Putri Ananda atau yang kerap disapa dengan sebutan Vie, seorang siswa menengah atas yang baru saja melewati kelulusan SMA-nya. Ovie berharap bisa menempuh pendidikan di kuliahnya akan tetapi karena alasan materi dia harus berkerja demi mewujudkan keinginan tersebut.Keinginan untuk menjadi seorang sarjana bergelar merupakan impiannya sejak dulu, setidaknya dia tidak akan dihina orang-orang yang merendahkannya. Penampilan Ovie sendiri terbilang sederhana, jika kebanyakan anak muda menghias diri dengan skincare dan peralatan make up yang merogoh duit hingga jutaan, dirinya hanya sekedar memakai bedak cossons baby, celana kaos kebesaran serta rambut yang diikat asal menggunakan karet.Ovie sendiri adalah seorang yatim piatu, sejak lahir dia telah kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah tragedi kecelakaan saat masih berumur 8 tahun. Walaupun tak begitu mengingat bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi namun rasa sedih mendalam ke