Setelah mengatakan itu, puluhan wanita di sana tertawa dengan keras, Andri pun menjadi pusat perhatian selama pesta malam hari itu.
“kalian sungguh menyebalkan!” kata Rossa sambil tersenyum manja.
Andri baru duduk tidak lama, ia melihat Yuni yang mengenakan kemeja itu berjalan keluar dari toilet dan menuju ke arahnya, ia berada di sebelah Tommy, ia dengan wajah sendunyan melihat teman-teman lain yang sedang menonton hip-hop, hatinya sangat tidak enak.
Selama ini, dia adalah seseorang yang paling mengagumkan di kelas, tidak di sangka setelah 10 tahun, ia yang tidak terdengar kabarnya telah meninggalkan jati dirinya.
Ia mengangkat gelas teh lalu meminumnya, melihat Yuni berjalan ke arahnya, ia bertanya dengan lembut “Yuni, kamu dari mana saja?”
Yuni menggunakan selembar tissue untuk mengelap sisa air di tangannya, lalu ia berbohong &ldquo
Saat Andri mengikutinya ke toilet, terdengar suara “Wek…”, Yuni muntah di dalam toilet. Karena itu toilet perempuan, Andri tidak bisa masuk, ia hanya bisa berdiri di depan pintu toilet ia lalu bertanya kepada Yuni dengan perhatian “Direktur Lin, kamu tidak apa-apakan?”Baru selesai bertanya, Yuni sudah muntah lagi, sepertinya banyak sekali.Tidak berapa lama, Yuni berjalan keluar dari dalam toilet, ia mencuci mukanya, lalun menjawab dengan datar “aku tidak apa-apa.”Andri tahu Yuni tidak boleh minum bir, saat minum bir bersama Direktur Zhang waktu itu, ia mabuk dan tidak sadarkan diri.Andri bertanya dengan penuh perhatian “Direktur Lin, kalau anda tidak bisa meminum bir, lebih baik jangan meminumnya.”Yuni mengangkat kepalanya, ia memalingkan kepala untuk melihat Andri lalu berkata dengan pasrah “aku juga tidak ingin s
Andri mengangkat lutut kanannya, lalu memukulkannya dengan kencang beberapa kali ke bagian dada laki-laki yang mabuk itu, laki-laki itu merasa paru-parunya terbelah.Seorang teman dari pemabuk yang sedang duduk di atas teman Tommy dan memukulinya tiba-tiba menoleh, Andri tanpa berfikir panjang menggunakan tangan si pemabuk untuk memukulkan botol bir itu dengan keras ke atas kepala seorang laki-laki yang mengenakan kaos oblong itu.“prangg..”, seketika botol bir itu terpecah, kepala laki-laki itu mengeluarkan darah.Andri tertawa “bukan urusanku, kamu lihat, dia yang memukulmu.”Laki-laki yang mengenakan kaos oblong itu mulai geram dan berdiri melawan, Andri berlindung di balik laki-laki pemabuk itu, lalu laki-laki itu di dorongnya hingga menubruk laki-laki yang mengenakan kaos oblong itu dan mereka berdua jatuh ke lantai.Saat dua orang laki-laki lain yang
Andri bersendawa lalu tertawa “ka…kak, langkahi aku dulu sebelum merebut pacarku.” “Dia adalah pacarmu?” kata lelaki berkepala botak itu terdiam, lalu melihat mereka berdua dengan curiga. Andri menganggukkan kepalanya “iya,kak” Lelaki berkepala botak itu mengangguk-anggukkan kepalanya seolah sedang berfikir, lalu ia memutari meja kecil di sebelah sofa, kemudian berjalan ke depan Andri dan mengamati kedua orang itu, lalu menggelengkan kepalanya “wajahmu sejelek ini, bagaimana mungkin perempuan ini bisa menyukaimu?” Andri menjelaskan “ka…kak, dia adalah….pacarku.” Lelaiki botak itu melihat Andri dengan tatapan curiga, lalu melempar pandangannya kepada yuni, “Dia adalah pacarmu?” Setelah Yuni mendengar hal itu, ia menjawabnya dengan pelan “iya, betul.” Lelaki berkepala botak itu seolah mengetahui isi hati Yuni, ia menggelengkan
Andri tidak menyangka Yuni akan keluar di saat seperti ini, awalnya masalah ini akan segera terselesaikan, sekarang lelaki botak itu malah mebalikkan serangan pada Yuni, masalah ini semakin merepotkan, kelihatannya lelaki botak itu bernapsu pada Yuni yang wajahnya bak bidadari, siapapun yang melihatnya pasti menyukainya.Andri tertawa “kak, dia tidak bisa minum bir.”Lelaki botak itu bersendawa lagi, melihat Yuni lalu berkata “tidak bisa juga tidak apa-apa, aku sendiri yang akan mengajarinya minum bir.”Andri tertawa sambil mencoba menarik Yuni ke belakangnya, “kak, aku akan menemanimu minum bir, sampai kakak puas!”Mendengar pernyataannya, lelaki berkepala botak itu memegang pundak Andri, lalu menarik lehernya masuk ke dalam ruang karaoke di sebelah mereka, saat kedua orang itu sampai di depan pintu, tiba-tiba lelaki berkepala botak itu berhenti lalu berkata kepad
Lelaki botak itu duduk kembali, ia menuangkan segelas bir lagi ke dalam gelasnya, ia menyeruput sedikit bir itu lalu mengangkat kepalanya dan melihat Andri juga Yuni masih belum bergerak di tempat tadi, ia mengerutkan alisnya lalu bertanya “kenapa? Masih harus di bantu oleh anak buahku?” Andri menolehkan kepalanya melihat Yuni, baru saja ia mau membuka mulutnya, Yuni yang sedang merasa malu itu tiba-tiba mengangkat tangannya lalu menampar Andri, ia berkata dengan emosi “ternyata kamu yang mencari semua orang di sini untuk berakting, kamu benar-benar tercela!” Setelah memarahinya, Yuni segera mendorong dua orang laki-laki yang menghalangi pintu ruangan itu, lalu ia keluar dari ruangan itu. Kedua laki-laki yang menjaga ruangan itu terdiam, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lelaki botak itu juga mengerutkan alisnya dan menyimpan gelas bir yang ada di tangannya lalu berdiri, ia bertanya “ad
Lelaki botak itu berkata pada Sisca dengan wajah suram “Bu Polisi, aku tidak bersalah! Akulah korbannya! Aku di pukul dengan botol bir oleh seseorang, aku disini sebagai pembela!”Sisca juga malas mendengar penjelasan lelaki botak itu, ia lalu langsung memberi perintah pada Paul yang ada di belakangnya “Paul, bawa mereka berdua ke kantor!”“Baik,kak!” kata Paul menganggukkan kepalanya.Saat Andri dan lelaki botak ini di bawa keluar ruangan dan berjalan di lorong, Rossa melihat mereka, saat ini melihat Andri di borgol, ia bergegas bertanya pada polisi wanita itu “Bu Polisi, ada apa ini ? mengapa kalian memborgol pacarku. Dia adalah korban!”Sisca memandang Rossa sekilas lalu bertanya “tadi kamu yang melapor ke polisi?”Rossa menganggukan kepalanya “iya,bu.”“apa yang terjadi barusan?&r
Andri tahu dirinya sedang dalam masalah, ia tidak tahu harus menendang ke arah mana, tapi yang terkena malah bagian dada.Sisca dengan emosi mencoba berdiri lalu menggertak giginya dan berkata “berengsek, ternyata kamu berani menyerang polisi, aku lihat memang dirimu tidak sabaran.”Baru saja Andri ingin menjelaskan, tapi sudah tidak ada kesempatan, Sisca mengambil tongkat itu lalu bersiap memukulkannya ke kepala Andri.“Aduh! Benar-benar mau memukul!” kata Andri yang duduk di atas kursi, ia segera mengangkat kedua tangannya, saat tongkat itu mengarah memukul dirinya, ia berhasil menangkisnya dengan kedua borgol yang ada di tangannya.Tapi saat itu, tiba-tiba Sisca mengangkat kaki kanannya dan menendang bagian dada Andri dengan sekuat tenaga.Seketika, Andri beserta kursi yang didudukinya terpental sejauh kurang lebih dua meter, hingga berguling di lan
Sisca masih terus berusaha, tapi itu tidak ada gunanya, ia kelelahan sampai napasnya seperti seekor sapi, ia lalu menatap Andri, dan memerintahnya “Lepaskan aku! Kalau tidak aku ta akan memaafkanmu!”Setelah selesai mengatakan itu, Sisca membenturkan kepalanya dengan kepala Andri dengan keras, Andri pun kesakitan.Andri menghela napas lewat mulutnya, ia melihat Sisca yang ada di bawahnya lalumemperingatkannya “Kucing Liar, berani sekali lagi kamu membenturku, percaya atau tidak aku akan …”Belum selesai Andri bicara, Sisca sudah terkejut melihat muka Andri yang terus mendekati wajahnya.“apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Sisca yang merasa tidak aman.Bibir Andri perlahan mendekati pipi Sisca, ia lalu tertawa dengan nakal “Kamu tebak aku akan melakukan apa?”“kamu…kamu berani…” m