Part 54 - Honesty
“Rob, buka pintumu. Ini keadaan mendesak, apa kau sudah tidur?” tanya Axel sambil menggedor pintu kamar sekretarisnya.
“Belum. Ada apa, Ax?”
“Luna diculik oleh mantan berengseknya, Valerio!” jawab Axel berteriak.
Seketika pintu kamar Roberto terbuka. “Bagaimana kau tahu?”
“Kujelaskan di jalan. Kau ingin ikut ke rumah Luna atau tidak?” tanya Axel merapikan mantel dan tak peduli dengan kursi sialan untuk menutupi identitas, karena kini Luna lebih penting dari semua itu.
“Baiklah, ada hal yang harus kujelaskan juga, sepertinya ini ada kaitannya dengan gadis kecil yang kucari.” Roberto bergegas memasukan beberapa lembaran kertas, foto ke dalam
Udah ketebak inti ceritanya?🤨 See you 💕N.J🦢
Part 55 - Fazio & Lanzo Axel menghentikan mobilnya di belakang dua sedan hitam yang berjejer rapi dan di tengahnya terdapat sebuah harley berwarna senada. Ia dan Roberto turun dari mobil langsung bergegas masuk saat yakin di sanalah titik GPS Luna terhenti di dalam bangunan tua di hadapan mereka. “Ax, lihat.” Roberto menunjukkan pesan dari pengirim misteriusnya yang menyuruhnya segera masuk. Axel mengangguk dan mulai melangkah mendekati pintu ukiran unik. Suara ‘kriet’ terdengar saat Roberto mendorongnya secara perlahan, lalu kedua pria itu masuk. Ruangan yang awalnya gelap, kini mulai menyala di beberapa sisi dan pintu itu tertutup seketika dengan suara berdebum yang cukup mengejutkan. “Selam
Part 56 - Goodbye and See you “Kau sudah tahu semuanya?” tanya Louisa setelah rekaman video berakhir. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Axel yang masih tak percaya dengan semua cerita tersebut. “Sekalipun Axel sudah tahu, kau tak memiliki bukti untuk melakukan semua ini, Lou!” sergah Roberto. Pandangan Louisa beralih pada sosok yang juga tak menyukai perlakuannya terhadap keluarga Axel. Louisa mendekati Roberto dan terkekeh sambil merapikan kerah kemeja pria itu, tetapi ditepis kasar oleh Roberto. Wanita itu terkekeh dengan senyum licik tercetak di wajahnya. “Aku tak memerlukan bukti untuk melakukan hal ini. Aku hanya perlu percaya pada ayahku dan menemukan saksi yang tersisa,” desis Lou.
Part 57 - Sorry to disappoint Roberto menghentikan mobil tepat di depan pintu utama mansion. Sepanjang perjalanan kembali dari San Marino Axel hanya diam bahkan ucapan maaf Roberto tak digubrisnya sama sekali. Tuan mudanya itu tampak memendam kemarahan yang membuat Roberto semakin resah karena mengetahui kesalahannya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat dini hari saat mereka tiba di mansion, Axel turun dari mobil dan disusul Roberto sambil kembali memanggil. “Axel, kau sungguh akan membiarkan Luna pergi dan Lou terbebas begitu saja?” tanya Roberto. Pada akhirnya langkah Axel terhenti dan berbalik menatap tajam Roberto yang mulai kesal akan diamnya Axel. “Berhenti bersikap seolah kau peduli terhadapku setelah apa yang kau lakukan.” Axel berjal
Part 58 - Let Her go “Tiga hari, Luna!” tegas sebuah suara berat yang khas tepat di belakangnya. Luna terperanjat mendengar suara pria yang hendak dihindarinya kini berada di ambang pintu. Dia baru saja selesai merapikan seluruh barangnya di rumah pemberian Axel dan hendak membawanya keluar kamar. Sepulangnya ia dini hari tadi, Luna memang tak langsung pergi, mengingat Grace masih tertidur dan pagi tadi keponakannya masih harus pergi ke sekolah barulah siang ini dirinya hendak menjemput untuk sekalian kembali ke apartemen. “Apa yang kau maksud, Ax?” Luna bertanya tanpa menatap pria di hadapannya yang bersedekap dada sambil bersandar pada pintu kamarnya. Luna melewati pria itu untuk menghindar dan langsung menuju dapur dengan berpura-pur
Part 59 - Kidnapping Luna menghentikan kendaraan beroda empat itu di depan gerbang sekolah Grace. Ia turun dari mobil sambil melihat sekitar sekolah yang sudah tampak sepi karena memang seluruh penghuni sekolah sudah pasti telah pulang mengingat matahari hampir tenggelam. Namun, karena ia sudah berjanji dengan Grace akan menjemputnya untuk kembali ke apartemen lama mereka. Seharusnya gadis kecil itu sudah tahu ia akan datang setelah ia merapikan barang-barang. Beruntung Valerio meminjamkannya mobil walau Luna menolak, pria itu tetap memaksanya jika tak ingin diantarkan dirinya. Luna menekan ulang panggilan terakhirnya, menunggu dering beberapa detik lalu panggilan itu mulai terjawab. “Halo, Grace, Aunty
Part 60 - Axel's sacrifice Axel menutup panggilan telepon Roberto untuk kesekian kalinya. Setelah melakukan perpisahan terhadap Luna. Dirinya merasa masih belum siap berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk orang kepercayaannya sekalipun. Terlebih semalam ia mendapat panggilan telepon dari Louisa yang mengatakan ingin meminta seluruh perusahaan Dante padanya. Wanita gila itu jelas membuat Axel tak habis pikir dengan mengancam akan merebut miliknya dengan paksa. Axel merasa Louisa telah terdoktrin seperti ayahnya yang memilih merampok orang daripada berusaha menerima kenyataan atau paling tidak meminta bantuan padanya. “Tuan, Roberto menghubungiku dia—” “Aku tak ingin menerima panggilannya.” “Axel, Angelica disekap. Aku h
Part 61 - Luna's sacrifice Suara baling-baling dari helikopter yang hendak mendarat pada sebuah helipad terdengar gaduh di luar gedung. Axel menghentikan mesin helikopter tersebut dan segera turun dari sana. Getaran pada saku jasnya terasa di dada, ia mengeluarkan ponsel pintarnya dan melihat nama Luna tertera memanggilnya. Alih-alih segera menjawab, jarinya malah berkhianat dan memilih menolak panggilan tersebut serta mematikan selular itu lalu melanjutkan langkahnya untuk memasuki gedung yang menjadi tempat pertemuannya. “Maaf, Luna. Kau tak harus tahu semua ini. Aku janji akan selesaikan tanpa membebanimu lagi.” Setelah bergumam demikian Axel membuka pintu besar itu hingga seketika sorot lampu menembak dirinya sampai membuat Axel harus menutupinya menggunakan tang
Part 62 - This is not the end “Axel,” lirih Luna masih sempat menatap Axel saat tubuhnya baru saja mendapat hantaman dari kursi besi lipat yang diberikan Valerio. Mata yang mulai sayu menandakan kesadarannya menipis dibarengi dengan keluarnya aliran darah dari mulut dan pelipisnya membuat Axel terbelalak dengan napas tersengal berat seakan berhenti berembus sejenak. “Luna apa yang kau lakukan?!” Erangnya merengkuh tubuh wanita yang lemas tak berdaya itu. “Sudah cukup, Ax. Kau tak perlu berkorban lagi. Bukan salahmu,” ujar Luna pelan. “Selamatkan Grace untukku.” Axel menggeleng kuat, napasnya memburu cepat merasakan sesak di dada dan dalam sekejap aliran deras dari matanya yang memerah keluar hingga rasa perih membasahi pipi lebamn
Extra Part 2 Keesokan harinya. Axel mendapat kabar bahwa keadaan perusahaan Dante yang terlalu lama ditinggalkan Axel, kini sedang membutuhkannya kembali memimpin. Hal tersebut memaksanya untuk segera pulang hari itu juga. Terlebih ada hal penting lainnya yang hendak ia persiapkan. Oleh sebab itu, pagi-pagi sekali Axel berkemas setelah beberapa hari ia menginap di kediaman Salvatore dan mendapatkan jamuan terbaik dari Nathaniel yang begitu ramah juga terbuka dengannya, berbeda dengan Damian yang selalu mencecarnya menggunakan berbagai pertanyaan untuk menyudutkannya seolah mengibarkan bendera perang pada Axel yang gencar untuk menguasai Luna. Namun, bukan karena Axel mau berlama-lama di sana. Semua itu karena ia berjuang keras meyakinkan Luna untuk kembali ke mansionnya. Akan tetapi, wanita itu sungguh keras kepala dan menahannya lebih lama di kebun anggur. Axel bahkan sempat turun tangan ikut berkebun karena dikerjai Damian y
Extra part 1 Malam pun tiba setelah Axel dan Luna menyelesaikan ronde kedua percintaan mereka yang mengakibatkan keduanya terlambat berkumpul dan tentunya tanpa membantu Sheina menyiapkan anggur. Namun, tampaknya semua tak masalah seolah mereka memahami juga memaklumi kedua sejoli yang sedang romantis itu memadu kasih hingga lupa waktu. “Luna, ajaklah Axel melihat gudang anggur dan biarkan dia memilih beberapa botol anggur buatan kita untuk dibawa pulang. Anggaplah sebagai hadiah dariku,” ujar Nathaniel. “Sungguh kau tak perlu repot-repot, Tuan.” “Tidak sama sekali, aku memaksa jadi ambillah. Hadiah itu tak seberapa dengan terungkapnya kasus kematian anak angkatku,” ungkap Nathaniel. “Ayolah, Ax. Kakek jarang sekali memberikan tamu hadiah anggur. Kau beruntung hari ini,” goda Luna hendak beranjak dari duduknya. Namun, Damian menahannya. “Biar aku saja, Luna. Sekalian aku ingin bicara dengannya,” ujar Damian. “Ayo, kawa
Kedatangan Axel ke kebun anggur milik Salvatore menjadi kehebohan tersendiri bagi Luna. Bukan hanya karena dirinya seorang yang berada di sana. Damian dan Nathaniel yakni sang kakek juga sudah menantikan pria yang berhasil membuat cucu angkatnya memuji pria angkuh itu. Setelah bercengkrama membicarakan segala hal tentang dirinya juga bisnis yang mungkin akan terjalin, Axel dipersilakan beristirahat sejenak di kamar yang sudah di siapkan untuknya sebelum makan malam tiba. Diantarkan Luna sampai di depan pintu kamar untuknya, Axel merasa tak puas dan menarik Luna masuk lalu menciumnya tak sabaran. “Axel, aku harus membantu Sheina menyiapkan anggur untuk makan malam!” peringat Luna berbisik. “Aku tak peduli. Sejak kedatanganku kakekmu dan Damian menyerangku dengan berba
Ditemukannya Lanzo dan tertangkapnya Fausto menjadikan suasana sidang tampak begitu tegang. Terlebih saat ini Lanzo tengah bersaksi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada pembunuhan lampau yang dilakukannya. “Saat itu aku memang hendak menyerahkan diri, tetapi Fausto menyuruhku pergi agar aku tidak membocorkan identitasnya yang menyuruhku melakukan perampokan.” Tatapan Lanzo tertuju pada Axel. Pria itu memalingkan tatapannya. Walau Axel tahu cerita Lanzo benar karena bukti dari rekaman sang ayah yang mengatakan Lanzo hanya pion catur dan sang ayah terseret dalam masalah yang tak diinginkan terjadi. “Semua itu terjadi karena hasutan Fausto. Dia yang menyuruhku untuk melarikan diri dan bersembunyi selama belasan tahun. Bahkan aku kehilangan momen penting dalam hidup, kelahiran putriku dan tak dapat mendidiknya de
Roberto dan Damian tengah bersiap melakukan penyergapan tanpa menunggu malam tiba. Prediksi mereka ternyata benar bahwa Fausto merencanakan pelarian sebelum gelap. Dengan anggota tim bodyguard profesional mereka membentuk dua tim. Tim satu bersama Damian memimpin penyergapan dari pintu depan. Tim dua Roberto bersama sisa anak buah Damian menunggu dari pintu belakang. Para pasukan berbaris di belakang Damian. Lalu Damian memberikan instruksi untuk bersiap di sisi pintu masuk sambil menoleh pada semua anak buahnya yang mengangguk siap. “Rob, kau sudah siaga?” tanya Damian melalui alat komunikasi yang tertempel di telinganya. “Kami sudah siap, Dam. Kapanpun kau menyergap.” “Baiklah, dalam hitungan ketiga,” balas Da
Part 69 - Discovery another secret life (Bag. I)Setelah bermalam di tempat kakek Damian, pagi-pagi sekali keduanya berangkat ke tempat yang sudah dipastikan oleh anak buah Damian bahwa terdapat tanda kehidupan pada sebuah rumah yang diyakini seorang wanita paruh baya tengah keluar dari rumah tersebut.Roberto meyakini foto yang dikirimkan anak buah Damian adalah bibinya yang selama ini tak terlihat di mana pun. Sementara itu di dalam perjalanan mereka, Roberto mendapatkan telepon dari rumah sakit, tentang kepulangan Axel dan Luna. Hal tersebut menambahkan beban pikiran Roberto yang masih harus menyusuri perjalanan jauh. Dia sengaja tak mau mengatakan apa pun tentang pencariannya itu kepada Axel karena ia yakin, pria arogan itu akan menyusulnya dan berpotensi menggagalkan penyusupan mereka.“Aku yakin ada ruang rahasia tempat Fausto bersembunyi, ia tak mungkin bisa mengurus diri tanpa istrinya.” Roberto menatap lurus jalanan di depannya.
Part 68 - OffendedSetelah melakukan kegiatan panas di pagi hari, kini Axel mengajak Luna ke ruang kerjanya. Di mana dirinya mendapatkan penglihatan bahwa ada sebuah rekaman rahasia yang disimpan sang ayah sebagai bukti peninggalannya sebelum semua rahasia pembunuhan orang tua Luna ditutupi oleh kakeknya.“Argh, sial!” ringis Axel sambil mengumpat kesal dengan kondisinya yang begitu menyiksa.“Pelan-pelan, Ax. Sejak tadi kau sudah banyak tersiksa.”“Tadi aku tersiksa untuk kenikmatan,” kekehnya masih tak percaya melakukan percintaan di tengah rasa sakit. “Namun, kali ini aku harus menahannya lagi untuk memulihkan nama orang tuaku. Aku rasa semua ini setimpal demi menuntaskan semua hal yang terjadi dan untuk kita melanjutkan kehidupan dengan tenang. Kau setuju, bukan?” tutur Axel.Setelah itu ia tersenyum melirik Luna yang menunjukkan kekhawatirannya.“Kau terlalu baik untuk mendapatkan semua kesulitan ini, Ax.” Luna bersand
Part 67 - "You wanna f*ck with me?!"Pagi harinya di rumah sakit. Axel memaksa meminta pulang, begitu juga dengan Luna yang tampak sudah sangat rapi dan siap untuk kembali. Tak ada yang berani menahan pemilik saham terbesar di rumah sakit itu jika ia ingin pulang, sekalipun dokter yang menanganinya.Awalnya Luna yang berkeras untuk kembali demi mencari bukti penglihatan mereka di alam bawah sadar itu benar adanya. Namun, seperti yang semua orang ketahui bahwa Axel adalah bos pemaksa, maka kini keduanya bertekad mencari bersama demi menuntaskan apa yang terjadi di masa lalu.“Kau yakin tak apa dengan dadamu, Ax?” tanya Luna kesekian kalinya.“Aku yakin, Luna. Lagi pula kau bersamaku. Aku tak ingin kau bertindak gegabah dan malah membawamu dalam bahaya. Sudah kubilang itu tak akan terjadi lagi, kita akan melakukannya bersama,” tutur Axel membuat Luna tersenyum mencurigakan.“Apa ada yang lucu dari ucapanku, Luna?”“Tida
“Maaf menambahkan luka di tubuhmu,” bisik Luna. Semarah apapun dia, dirinya tetaplah luluh saat Axel memelas kesakitan sekalipun hanya pura-pura, tetapi Luna tak tega jika Axel meringis. Kini dirinya menuruti pria itu yang ingin merapatkan ranjang keduanya agar bisa lebih dekat. Luna duduk menghadap Axel yang belum bisa bergerak leluasa, wanita itu memerhatikan keadaan prianya lebih lekat dan merasa sedih akan kondisi Axel yang terjadi karena kehadirannya. “Ini tak sebanding denganmu. Jangan merasa begitu saat aku memiliki kesempatan untuk berkorban.” Luna menggeleng tak menyetujui ucapan Axel. “Tak harus sampai meregang nyawa untuk menunjukkan pengorbananmu, Ax. Aku tahu seberapa besar perasaanmu.” Axel tersenyum tipis.