Rosea kembali menuangkan tabir surya ke telapak tangannya dan mulai mengoleskannya di dada Leonardo. Pria itu memiliki tubuh yang besar sampai kedua tangan Rosea tidak bisa saling menjangkau.Keterdiaman Rosea yang tidak merespon membuat Leonardo gelisah, harus dengan cara apa sebenarnya Leonardo meluluhkan hatinya? Sidang hak asuh Prince akan digelar dalam waktu dekat, Leonardo akan memutuskan pertunangannya dengan Mikhaila jika hak asuh Prince sudah jatuh ke tangannya.Leonardo berencana akan mengubah kewarga negaraannya dengan Prince agar dia bisa bersama Rosea dan mempersulit semua rencana Mikhaila kedepannya.Harus dengan cara apa Leonardo meyakinkan Rosea bahwa dia hanya mencintainya, bukan sebuah kesalahan jika mereka berdua bersama, tidak ada yang perlu Rosea takutkan karena Leonardo akan membungkam siapapun orang yang berani berbicara buruk padanya.Sentuhan tangan Rosea bergerak turun menuju perut Leonardo.Leonardo membuang napasnya dengan berat, otaknya mengatakan bahwa di
Dewa menarik kopernya meninggalkan bandara setelah melakukan perjalanan jauh menuju Athena. Begitu tahu Leonardo pergi kota ini, Dewa tidak membuang waktu untuk datang menyusul.Sulit untuk Dewa mengabaikan masalah yang mengganggu hubungan Mikhaila dan Leonardo.Prince adalah sumber keuangannya, sumber kekayaannya, Prince adalah salah satu calon pewaris di masa depan yang akan menjamin kehidupannya dan memberikan kekuasaan, semakin baik jika Mikhaila berhasil menikah dengan Leonardo.Dewa tidak bisa mengabaikan semua perjuangan yang dia lakukan selama ini untuk bisa sampai dititik ini, dia tidak boleh membiarkan semuanya hancur begitu saja hanya karena kedatangan wanita lain didalam hidup Leonardo.Masa persidangan semakin dekat, Dewa ragu jika kali ini dia bisa tetap mempertahankan hak asuh Prince. Dewa takut, Leonardo memutuskan pertunangannya dengan Mikhail sebelum persidangan berlangsung.Akan sangat menguntungkan jika persidangan berjalan saat Mikhaila dan Leonardo masih bertunan
Langit sore terlihat kemerahan diatas kota yang penuh dengan sejarah, awan-awan menggumpal menghalangi cahaya. Kendaraan memenuhi jalan, para pejalan kaki terlihat berkeliaran menikmati sisa sore mereka yang akan berakhir dalam beberapa menit lagi. Rosea tertidur bersama Prince di kursi belakang, sementara Leonardo menyetir menuju villa tempat mereka menginap.Hari ini menyenangkan untuk Leonardo, sangat jarang dia memiliki waktu untuk bisa bersenang-senang seperti hari ini. Semua kesenangan yang dia dapatkan melebihi apa yang diharapkan.Tampaknya Prince juga merasakan hal yang sama, Leonardo menjadi lebih sering mendengarkan suara tawanya yang kencang, anak itu tidak lagi ragu-ragu dan meminta izin hanya untuk mendapatkan pelukan Rosea.Andai saja, selamanya Leonardo bisa merasakan kebahagiaan seperti ini, mungkin jiwanya yang buruk akan tersingkirkan dan dia hidup dalam kebaikan.Leonardo melirik spion tengah, melihat keberadaan Prince yang meringkuk tertidur dengan kepala dipangk
Leonardo menutup laptopnya, dia melihat kearah pintu kamar mandi yang masih tertutup. Sudah hampir sepuluh menit Rosea berada didalam, namun tidak ada tanda-tanda dia akan keluar.Apa telah terjadi sesuatu dengannya? Perasaan Leonardo menjadi tidak begitu baik. Belum sempat Leonardo beranjak dan menyusul, Rosea akhirnya keluar dengan wajah yang sembab.“Sea,” panggil Leonardo berhati-hati, Rosea melangkah gontai berjalan ke arahnya dan mengambil botol anggur yang tinggal setengah, Rosea meneguknya langsung tanpa gelas.Leonardo menyingkirkan tumpukan document dan laptopnya, meninggalkan pekerjaan yang baru setengah dia kerjakan. “Ada apa? Apa ada masalah?”“Aku baik-baik saja.”“Jangan berbohong Sea.”Rosea mendorong gordeng dan membuka jendela, dia duduk di sudut kusen membiarkan gaun tipis tidurnya berkibar tidak beraturan. Perasaan Rosea sedang kacau, sulit untuknya menggambarkan diri apakah kini tengah galau, kecewa, atau marah.Rosea membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, dia
Suara Leonardo yang bergetar terdengar tidak lagi terkontrol seperti biasanya, ketakutan pria itu begitu nyata dirasakan hanya dengan mendengar suara dan pelukannya di kaki Rosea.Keangkuhannya menghilang entah kemana, dominasinya hancur tanpa alasan, kini dia bersimpuh dilantai memeluk kaki Rosea layaknya anak kecil yang takut untuk ditinggalkan.Rosea termenung memandangi bahu kokoh Leonardo yang kini membungkuk, sulit untuk memaafkan pria itu, dia jahat dan manifulatif, disisi lain jika Rosea terus bertindak egois, itu sama sekali tidak dapat mengubah kepribadian Leonardo.Leonardo akan menjadi tetap sama, pria yang bebas bertindak sesuka hatinya tanpa mempedulikan derita yang akan diterima orang lain.Apapun kepribadian Leonardo, itu bukanlah urusan Rosea. Namun, bagaimana jika selamanya Rosea terlibat dalam kehidupannya?Lantas siapa yang dapat mengubah kepribadiannya?Sangat membingungkan, ada banyak kejahatan yang sudah terbuka didepan mata Rosea, anehnya masih ada rasa simpati
“Diamlah ditempatmu, aku harus mengompresmu.”Leonardo bergeser, kepalanya yang sakit dan pandangan matanya yang berkunang-kunang membuat Leonardo kesulitan melihat keberadaan Rosea.“Jangan pergi Sea,” panggil Leonardo sekali lagi dengan tangan bergerak menggapai udara, mencari-cari tangan Rosea untuk menahan kepergiannya.Leonardo takut, Roseanya akan berlari pergi mengambil kesempatan untuk kabur karena kini Leonardo sedang sakit dan tidak berdaya untuk bangun.“Seaa..” Leonardo menangkap tangan Rosea, dengan kesulitan dia duduk, suara napasnya yang kasar terdengar tidak beraturan, wajah Leonardo terangkat memelas dipenuhi oleh ketakutan. “Jangan pergi, aku mohon.”Melihat seberapa putus asanya Leonardo hanya dengan beberapa langkah saja Rosea menjauh darinya menciptakan perasaan bersalah yang begitu dalam dihati.“Leonardo”“Jangan pergi,” pinta Leonardo tidak mengubah ucapannya.Rosea kembali mendekat, dia mengusap belakang tengkuk Leonardo dengan sedikit pijatan agar pria itu bi
Leonardo duduk bersandar pada kursi, suhu tubuhnya yang tinggi kini sedikit menurun setelah dikompres dan mandi air hangat. Panas yang mendera Leonardo membuat tubuhnya menggigil dan permukaan kulitnya meremang sakit, sementara Prince meringkuk disisinya bergerak gelisah kesulitan bernapas karena flu berat.Beberapa lembar tishu Leonardo tarik dari kotak, dia menyeka hidung Prince yang berair.“Ayah.. panggilkan dokter,” pinta Prince dengan suara serak.“Ayah sudah menghubungi dokter, mungkin setengah jam lagi akan sampai,” jawab Lenardo dengan lemah dan wajah pucat.Leonardo kehilangan banyak tenaga, kepalanya berdenyut sakit setiap kali berusaha untuk beranjak dari tempatnya. Sepertinya, Leonardo membutuhkan waktu penuh untuk beristirahat setelah beberapa hari terakhir ini kekurangan tidur dan jet lag.Leonardo harus menghubungi Adam agar secepatnya kembali untuk bisa menjaga Prince dan memperhatikan Rosea, Leonardo masih takut jika Rosea mengambil kesempatan untuk pergi dari sisin
Suara mobil van petugas kebersihan terdengar pergi meninggalkan halaman villa, sementara Rosea masih duduk bersembunyi dibawah meja berusaha untuk menenangkan diri dari segala ketakutan yang datang padanya.Tubuh Rosea menggigil diserang panik, todongan senjata dan cengkraman kuat dirahang masih begitu terasa dipermukaan kulitnya.Dengan lemah Rosea merangkak keluar dari bawah meja, Rosea pergi untuk mengunci setiap pintu agar tidak ada siapapun yang bisa masuk dan mengancamnya lagi.Rosea mengusap kasar wajahnya, menyingkirkan air mata yang tidak berhenti berjatuhan.Bayang-bayang suara mengancam masih terdengar jelas di telinga.Siapa sebenarnya orang itu? Mengapa dia bisa mengetahui keberadaannya disini? Jika orang itu mengetahui keberadaan Rosea, itu artinya dia orang yang cukup dekat dengan kehidupan Leonardo. “Dia tidak berhenti mengincarku, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Rosea dengan napas tersenggal.Rosea takut kejadian buruk yang pernah menimpanya kembali terul
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila