Leonardo duduk bersandar pada kursi, suhu tubuhnya yang tinggi kini sedikit menurun setelah dikompres dan mandi air hangat. Panas yang mendera Leonardo membuat tubuhnya menggigil dan permukaan kulitnya meremang sakit, sementara Prince meringkuk disisinya bergerak gelisah kesulitan bernapas karena flu berat.Beberapa lembar tishu Leonardo tarik dari kotak, dia menyeka hidung Prince yang berair.“Ayah.. panggilkan dokter,” pinta Prince dengan suara serak.“Ayah sudah menghubungi dokter, mungkin setengah jam lagi akan sampai,” jawab Lenardo dengan lemah dan wajah pucat.Leonardo kehilangan banyak tenaga, kepalanya berdenyut sakit setiap kali berusaha untuk beranjak dari tempatnya. Sepertinya, Leonardo membutuhkan waktu penuh untuk beristirahat setelah beberapa hari terakhir ini kekurangan tidur dan jet lag.Leonardo harus menghubungi Adam agar secepatnya kembali untuk bisa menjaga Prince dan memperhatikan Rosea, Leonardo masih takut jika Rosea mengambil kesempatan untuk pergi dari sisin
Suara mobil van petugas kebersihan terdengar pergi meninggalkan halaman villa, sementara Rosea masih duduk bersembunyi dibawah meja berusaha untuk menenangkan diri dari segala ketakutan yang datang padanya.Tubuh Rosea menggigil diserang panik, todongan senjata dan cengkraman kuat dirahang masih begitu terasa dipermukaan kulitnya.Dengan lemah Rosea merangkak keluar dari bawah meja, Rosea pergi untuk mengunci setiap pintu agar tidak ada siapapun yang bisa masuk dan mengancamnya lagi.Rosea mengusap kasar wajahnya, menyingkirkan air mata yang tidak berhenti berjatuhan.Bayang-bayang suara mengancam masih terdengar jelas di telinga.Siapa sebenarnya orang itu? Mengapa dia bisa mengetahui keberadaannya disini? Jika orang itu mengetahui keberadaan Rosea, itu artinya dia orang yang cukup dekat dengan kehidupan Leonardo. “Dia tidak berhenti mengincarku, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Rosea dengan napas tersenggal.Rosea takut kejadian buruk yang pernah menimpanya kembali terul
Leonardo menarik kursi kerjanya dan membuka komputernya di meja, pria itu berkutat cukup lama untuk memeriksa setiap keadaan cctv dan melihat apa yang sebenarnya telah terjadi tadi pagi.“Kemarilah Sea.” Leonardo menarik tangan Rosea agar dia ikut melihat apa yang sebenarnya telah terjadi.Tangan Rosea terkepal kuat dilanda ketakutan, dengan ragu dia mendekati kursi dan ikut melihat apa yang telah terjadi pagi tadi. Tayangan kamera berputar, dimulai dari kedatangan tiga petugas kebersihan rumah menggunakan sebuah van putih. Ketiga orang itu terdiri dari dua wanita dan satu orang pria, mereka bekerja dengan normal dan tidak menunjukan tanda-tanda mencurigakan apapun.“Kamu mengenal pria itu?” tanya Leonardo menunjuk satu-satunya petugas laki-laki yang ikut bekerja.Rosea menggeleng, mereka sempat bertemu di ruangan tengah dan Rosea yakin bukan dia orangnya. “Suara petugas kebersihan itu sangat berbeda dengan orang yang telah mengancamku.”Tayangan cctv terus berputar, namun tidak bera
"Kamu sudah menemukan perkembangannya? Saya sangat membutuhkan informasinya dalam waktu cepat," kata Leonardo pada seseorang yang dia percayai untuk membuka kasus Rosea di winnipeg."Saya sedang mencari informasi dari CCTV di sudut-sudut jalan, kami membutuhkan waktu yang cukup lama karena kasus yang sedang Anda cari terjadi lebih dari satu tahun.""Berapa lama?" tanya Leonardo membutuhkan kepastian."Sampai besok sore.""Saya akan mengirimkan biaya tambahan. Tambahkan lagi orang untuk membantu pencarian, setidaknya coba cari wajah orang-orang dari yang saya curigai ""Baiklah, saya akan berusaha melakukan yang terbaik. "Leonardo mengangguk samar, pria itu memutuskan sambungan teleponnya dan kembali menekan beberapa nomor telepon untuk menghubungi Berta yang kini sudah berada di Indonesia.Ada sesuatu penting yang harus Leonardo beritahukan kepada ibunya.Setelah melewatkan beberapa deringan, akhirnya Berta sendiri yang menerima panggilan itu. "Leo.""Ibu," panggil Leonardo dengan pe
Rosea menutup matanya berpura-pura tidur begitu mendengar suara pintu yang terbuka. Rose sedang tidak ingin terlibat percakapan apapun dengan Leonardo, segala percakapan yang didasari dengan amarah hanya akan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik.Sulit untuk memahami isi hati leonardo, saling diam untuk menenangkan diri jauh lebih baik untuk satu sama lainnya dibanding dengan berdebat mempertahankan keegoisan masing-masing.Melihat Rosea yang membelakanginya, dengan hati-hati Leonardo naik ke ranjang dan terbaring di sisinya.Tangan Leonardo terulur mengusap bahu Rosea, pria itu terdiam mendengar suara napas kasar Rosea yang tidak beraturan. Dalam kehati-hatian Leonardo menarik tubuh Rosea dan melepaskannya dari pelukan Prince yang tengah tertidur.Dengan mudahnya tubuh Rosea berbalik menghadap Leonardo, mau tidak mau Rosea tidak bisa berpura-pura tidur lagi.Hangat dekapan Leonardo membelit tubuh, telapak tangannya yang besar mengusap punggung Rosea yang kini tertunduk berusaha unt
Suara kaki heels terdengar disetiap langkah yang diambil, Mikhaila menarik kopernya dibawah parkiran bawah tanah menuju mobilnya, hari ini dia akan segera pergi ke bandara dan menyusul Dewa.Derap langkah samar-samar terdengar ketika Mikhaila hendak memasukan kopernya ke dalam bagasi mobil, wanita itu melihat ke belakang dan memperhatikan ada tiga orang laki-laki berpakaian hitam yang berjalan cepat kearahnya.Mikhaila yang tidak memahami situasinya sempat melihat kesana-kemari tanpa menyadari bahwa ketiga orang asing itu justru memiliki kepentingan dengannya. Suara pekikan kaget Mikhaila terdengar tatkala kedua tangannya tiba-tiba ditahan dan tubuhnya diseret mundur menjauh dari mobil. Tas dan koper Mikhaila direbut paksa agar jauh dari jangkauannya.Tidak adanya orang diparkiran bawah tanah membuat ketiga orang asing itu semakin leluasa membawa Mikhaila.“Apa yang kalian lakukan? Siapa kalian?” teriak Mikhaia terkejut bercampur takut.“Nyonya Berta meminta Anda untuk tetap berada
Adam mengintruksikan rombongannya pergi bersitirahat, mereka akan kembali berjaga penuh dari sore menjelang malam sesuai dengan perintah Leonardo.Adam menarik kopernya memasuki villa, dia sendiri butuh waktu untuk tidur karena sepanjang malam terlalu larut dalam kesenangan berpesta.Samar-samar suara Leonardo terdengar, dilihatnya Leonardo yang tengah duduk di depan meja pantry sedang menerima panggilan melalui telepon rumah.Adam belum sempat banyak berbicara dengan Leonardo, namun dilihat dari cara Leonardo yang tidak setenang biasanya, Adam bisa menebak jika tengah terjadi sesuatu pada bossnya itu.Tentu saja, alasannya pasti karena Rosea.Hanya Rosea satu-satunya orang yang bisa membuat pria sedingin Leonardo Abraham menjadi kehilangan kendali hingga tidak segan berbuat jahat hanya untuk bisa membuat Rosea kembali ke sisinya.Keinginan Leonardo selama ini sangat jelas, dia hanya ingin Rosea kembali kepadanya dan mereka bersama seperti dulu.Anehnya, entah mengapa ada banyak oran
Sebuah bayangan terlihat di dinding.Leonardo mengunci pintu kamar mandi agar tidak ada siapapun yang mengganggu waktunya saat ini.Leonardo berdiri bersandar pada dinding, melihat Rosea yang kini berdiri membelakanginya, sesekali Rosea menengok ke belakang hanya untuk memastikan Leonardo tengah melihat kearah lain.Sepertinya Rosea masih belum menyadari jika seluruh perhatian Leonardo akan selalu tertuju padanya selama wanita itu berada dalam jangkauannya.Sekali lagi Rosea melihat ke belakang, lalu tertunduk berpura-pura sibuk dengan sesuatu.Leonardo bisa merasakan kegugupannya.Entah apa yang sebenarnya ada dipikiran Rosea saat ini, sesuatu yang tidak biasa dia lakukanmenimbulkan pertanyaan di dalam benak Leonardo.Leonardo tidak sebodoh itu, dia tahu, pasti ada sebuah alasan dibalik sikap manis Rosea saat ini.Meskipun begitu dan terlepas dari apa yang tengah Rosea rencanakan saat ini, Leonardo tidak dapat membohongi hatinya sendiri bahwa dia senangTidak peduli meski perhatian R
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila