Adam mengintruksikan rombongannya pergi bersitirahat, mereka akan kembali berjaga penuh dari sore menjelang malam sesuai dengan perintah Leonardo.Adam menarik kopernya memasuki villa, dia sendiri butuh waktu untuk tidur karena sepanjang malam terlalu larut dalam kesenangan berpesta.Samar-samar suara Leonardo terdengar, dilihatnya Leonardo yang tengah duduk di depan meja pantry sedang menerima panggilan melalui telepon rumah.Adam belum sempat banyak berbicara dengan Leonardo, namun dilihat dari cara Leonardo yang tidak setenang biasanya, Adam bisa menebak jika tengah terjadi sesuatu pada bossnya itu.Tentu saja, alasannya pasti karena Rosea.Hanya Rosea satu-satunya orang yang bisa membuat pria sedingin Leonardo Abraham menjadi kehilangan kendali hingga tidak segan berbuat jahat hanya untuk bisa membuat Rosea kembali ke sisinya.Keinginan Leonardo selama ini sangat jelas, dia hanya ingin Rosea kembali kepadanya dan mereka bersama seperti dulu.Anehnya, entah mengapa ada banyak oran
Sebuah bayangan terlihat di dinding.Leonardo mengunci pintu kamar mandi agar tidak ada siapapun yang mengganggu waktunya saat ini.Leonardo berdiri bersandar pada dinding, melihat Rosea yang kini berdiri membelakanginya, sesekali Rosea menengok ke belakang hanya untuk memastikan Leonardo tengah melihat kearah lain.Sepertinya Rosea masih belum menyadari jika seluruh perhatian Leonardo akan selalu tertuju padanya selama wanita itu berada dalam jangkauannya.Sekali lagi Rosea melihat ke belakang, lalu tertunduk berpura-pura sibuk dengan sesuatu.Leonardo bisa merasakan kegugupannya.Entah apa yang sebenarnya ada dipikiran Rosea saat ini, sesuatu yang tidak biasa dia lakukanmenimbulkan pertanyaan di dalam benak Leonardo.Leonardo tidak sebodoh itu, dia tahu, pasti ada sebuah alasan dibalik sikap manis Rosea saat ini.Meskipun begitu dan terlepas dari apa yang tengah Rosea rencanakan saat ini, Leonardo tidak dapat membohongi hatinya sendiri bahwa dia senangTidak peduli meski perhatian R
Gemercik suara air terdengar diantara suara napas Rosea yang kasar tidak beraturan. Sepertinya Rosea sudah salah mengambil keputusan, kini dia terjebak dalam kubangan gairah yang tidak seperti biasanya. Begitu intens dan panas.Rosea bersandar pada dinding dengan wajah menegadah setengah terpejam, bibir mungilnya yang basah dan membengkak merintihkan sesuatu yang sulit diartikan, dia tenggelam terlalu jauh dalam cumbuan tanpa cela.Satu kaki Rosea bernjinjit, sementara satu kakinya lagi menjuntai di bahu Leonardo yang kini tengah membungkuk dibawah kakinya, mencumbui miliknya dengan mulut.Dingin air yang membasahi tubuh berlawanan dengan suhu panas gairah yang kini terbakar perlahan.Bohong jika Rosea tidak menikmatinya, justru kini dia kesulitan untuk berpikir rasional karena cumbuan Leonardo.“Ahh..” suara desahan lolos dari mulut Rosea.Rosea membenamkan jemarinya di antara helaian rambut Leonardo, dia memberanikan diri melihat ke bawah dan pandangan mereka saling mengunci.Leonar
Tangan Leonardo bergerak cepat diatas keyboard, kerisauan Rosea membawa kegelisahan didalam hatinya. Tanpa membuang waktu dia langsung memeriksa seluruh CCTV untuk mencari keberadaan Prince yang menghilang beberapa menit lalu.Satu persatu ruangan Leonardo periksa, untuk mencari Prince, dan tidak membutuhkan waktu lama untuknya menemukan keberadaan putranya sekarang.Prince tengah berada di dalam garasi bawah tanah.Namun, ada sesuatu yang aneh dari rekaman CCTV itu. Leonardo melihat Prince tengah berbicara dengan seseorang yang berapakain hitam dan mengenakan topi“Siapa dia?” tanya Leonardo kebingungan bercampur waspada. Jika orang itu berbahaya, Prince tidak mungkin berdiri setenang itu dan menghabiskan waktu untuk berbicara dengannya, namun jika dia bagian dari pengawal, tidak mungkin memakan sepotong roti di garasi.Perhatian Leonardo tertuju pada sebuah sedan hitam, Leonardo ingat betul terakhir kali mamasukan kendaraan ke garasi, dia tidak memiliki mobil jenis sedan seperti i
Karina duduk dalam kegelisan melihat lautan kota Athena yang terlihat lebih jelas seiring dengan perjalanan taksi yang membawanya.Karina sudah berbicara dengan Leonardo, butuh banyak negosiasi hanya untuk meyakinkan laki-laki itu bahwa kedatangan Karian ke Athena degan tujuan baik. Beruntung saja, Leonardo memberi izin Karina datang dan melihat keadaan Rosea.Karina tidak dapat berharap terlalu banyak untuk bisa membawa Rosea kembali ke Indonesia. Selama keadaan tubuh dan mental Rosea baik-baik saja, Karina merasa lega.Rosea adalah sahabat terdekatnya, sulit untuk mengabaikan apalagi berpura-pura tidak peduli. Selama ini Rosea yang selalu mendampinginya kemanapun mereka pergi, Rosea tidak pernah ragu untuk datang setiap kali Karina meminta, Rosea tidak pernah meminta imbalan disetiap pertolongan yang dia lakukan kepada Karina.Terbang ke Athena tidak sebanding dengan segala kebaikan yang pernah Rosea kepadanya.Tangan Karina terkepal, wanita itu terlihat gelisah merasakan sesuatu y
Rosea mengalami cukup banyak pendarahan, dokter mengatakan bahwa dia mengalami gegar otak dan satu kakinya mengalami retakan tulang yang mengharuskannya menggunakan gips.Kini Rosea sudah dipindahkan setelah melewati masa kritisnya.Empat jam telah berlalu, namun Rosea tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia akan segera sadar.Langit sudah gelap, didepan ruangannya terdapat penjagaan yang ketat.Kekhawatiran Leonardo tidak berkurang sedikitpun, semakin lama dia menantikan Rosea bangun, ketakutan demi ketakutan mencekiknya.Leonardo menggenggam tangan Rosea dan mengusap sisi wajahnya dengan hati-hati, pria itu duduk disisi ranjang tidak mampu untuk beranjak meninggalkannya. Sesak dan sakit kian menyiksa disetiap hembusan napas dia ambil, melihat seberapa parahnya keadaan Rosea saat ini, ada banyak memar yang timbul dipermukaan kulitnya menandakan seberapa keras tubuhnya terbanting.Bayang-bayang tubuh Rosea yang tergeletak besimbah darah tidak sadarkan diri kembali menghantui pikiranny
Leonardo menarik napasnya dalam-dalam, dia sadar sepenuhnya jika apa yang telah Karina tanyakan bukanlah sebuah tantangan, namun sebuah pertanyaan yang akan muncul jika kemungkinan-kemungkinan buruk kembali terjadi.Keluarga Abraham sangat penting untuk Leonardo, begitupun Rosea. Leonardo masih bisa hidup diatas kata layak dan berkecukupan meski dia meninggalkan kedudukan pentingnya dari kursi jabatannya dan tidak terlibat bisnis apapun dengan keluarga Abraham. Sementara, jika dia kehilangan Rosea, dia akan semakin kehilangan akal dan kehilangan minatnya dalam hidup.Leonardo harus mengakui diri bahwa dia telah kalah telak dengan kutukan obsesi keluarga Abraham. Dari hari kehari, Leonardo semakin menikmati obsesinya, Rosea sudah mulai menjadi candunya yang akan membuat dia sekarat bila kehilangannya sebentar saja.Siapapun tidak ada yang bisa memahami seberapa rumitnya perasaan Leonardo, termasuk dirinya sendiri.Satu-satunya yang bisa Leonardo pahami tentang dirinya hanya satu, dia
Satu jam telah berlalu, Rosea yang sudah ditangani oleh dokter mulai bisa duduk bersandar. Rosea terlihat masih terguncang oleh kejadian yang dilaluinya, dia masih tidak berbicara sepatah katapun, matanya terlihat kosong tenggelam dengan pikirannya sendiri Hangat dan lembut genggaman tangan Leonardo menyentuh telapak tangan Rosea yang berkeringat dingin.“Maafkan aku Sea,” ucap Leonardo dalam bisikan, sepanjang waktu dia tidak berhenti untuk meminta maaf meski Rosea tidak meresponnya. “aku sangat menyesali apa yang telah terjadi, maafkan aku,” ucap Leonardo lagi.Rosea menarik napasnya dalam-dalam, merasakan tenggorokannya yang kering terasa cukup sakit saat menelan saliva. Dia tahu seberapa khawatirnya Leonardo melihatnya terluka, Rosea juga bisa merasakan perasaan bersalah bercampur amarah yang tidak dapat Leonardo sembunyikan dimatanya.Meskipun begitu, Rosea tidak tersentuh.Sulit untuk bisa kenyataan bahwa kini dia kembali terluka untuk yang kedua kalinya, seluruh tubuh begitu s
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila