Diam-diam pandangan Leonardo tertuju lurus pada Rosea yang kini tengah duduk berdua dengan Jacob, wanita itu tertawa lepas saling membisikan sesuatu dengan Jacob.
Rosea yang setengah mati Leonardo rindukan, wanita yang sudah membuat dirinya terjatuh dalam jurang obsesi parah.Biru mata Leonardo berubah gelap dipenuhi oleh kilatan kemarahan.Seharusnya Leonardo yang berada di tempat itu, dan seharusnya juga, Rosea yang dia umumkan menjadi tunangannya. Tidak ada yang lain.Di antara banyak orang di dalam ruangan besar itu, pandangan Leonardo terus menerus tertuju padanya, pada sosoknya yang selalu menakjubkan dan bersinar.Rosea masih sama indahnya seperti terakhir kali mereka bertemu, tidak ada celah kekurangan, cantik mempesona, eksistensinya seperti sebuah mahakarya yang semakin lama dipandang, ada banyak kesan di dalamnya.Sangat menyenangkan hanya melihatnya, sayangnya kesenangan itu harus cacat oleh keberadaan Jacob yang merangkulnya.Apa hubungan mereka? Mengapa bajingan itu yang harus berada di sisi Rosea?Darah Leonardo mendidih dalam kemarahan.Apa yang kini harus Leonardo lakukan pada mahluk indah itu? Langkah pertama yang harus Leonardo lakukan atas kemunculannya yang setelah sekian lama dapat bersembunyi dengan baik dari pencariannya.Leonardo ingin mengikatnya pada simpul yang kuat, menahan dia untuk tidak melangkah jauh dari sisinya. Jika perlu, dia akan mengurungnya dalam sangkar emas. Memilikinya lagi, bukan hanya sekadar bayangan dan kenangan.Leonardo tidak ingin kehilangannya lagi.“Kenapa? Apa sebenarnya kekuranganku?” Suara Mikhaila yang bertanya menyentak keterdiaman Leonardo.“Aku tidak bisa menilai kekuranganmu, namun semua yang ada padamu tidak aku inginkan.”“Kamu keterlaluan.”Leonardo terdiam tidak menjawab, tidak ada yang harus dia katakan untuk menanggapi rajukan Mikhaila yang tidak penting untuknya.Mikhaila melepaskan pelukannya dan mundur satu langkah kecil, tidak ada lagi kata yang terucap di antara mereka berdua karena musik dansa sudah berganti lagi.Leonardo memutuskan mundur dan kembali duduk dibangkunya meski beberapa pasangan lain masih menari, termasuk Jacob dan Rosea yang kini mulai berdiri dan menari di lantai dansa.***Wajah Mikhaila terlihat merah karena menahan amarah, malamnya yang sempurna harus dinodai oleh kedatangan tidak terduga Rosea. Wanita tidak berkelas yang berhasil membuat Leonardo tergila-gila padanya.Sepanjang di ruangan pesta, Mikhaila sudah berusaha untuk menjaga sikapnya dan mempertahankan kehormatannya, tidak menunjukan kegelisahan yang begitu kuat dan kecemburuan yang meledak-ledak.Ada banyak pasang mata yang melihat. Mikhaila berusaha untuk bertindak setenang mungkin, menunjukan senyuman bahagianya didepan banyak orang.Tapi ternyata ini sangat sulit. Mikhaila sudah kehilangan mukanya, terabaikan sepenuhnya oleh Leonardo juga putranya sendiri.“Untuk apa jalang itu kembali?” bisik Mikhaila dalam amarah. Tangan rampingnya merenggut bunga dalam pot dan melemparkannya ke lantai, menginjaknnya sampai hancur. “Kenapa kamu tidak mati saja,” geram Mikhaila terus menginjak bunga itu.***“Sea, jangan mempermalukan aku, jika kamu lupa gerakan dansa, beritahu aku,” kata Jacob begitu Rosea sudah berada di pelukannya.“Kamu pikir ingatanku yang hilang separah itu?” protes Rosea.Jacob memutar bola matanya seketika. “Apa kamu lupa, kamu juga sempat lupa bagaimana caranya berjalan dan menggunakan handpone?”Sontak Rosea tertawa malu mendengarya. Orang-orang mengatakan jika saat Rosea kecelakaan, dia mendapatkan benturan keras papan seluncur dan terjebak beberapa jam di bawah tumpukan salju.Sampai saat ini, Rosea masih belum mengetahui alasan jelas mengapa dia bisa sampai terluka dan berada di tempat dingin sendirian.***Pesta pertunangan di antara Leonardo dan Mikhaila berlangsung dengan sempurna, Rosea menikmati setiap sesi pesta yang elegant dan juga romantis, menikmati pemandangan orang-orang kelas atas yang membicarakan bisnis.Ada beberapa moment ketika melihat keberadaan orang-orang kelas atas yang berkumpul, Rosea berdebar seperti merasakan déjà vu. Rosea familiar dengan keadaan itu.Jacob sempat memberitahu Rosea bahwa dulu Rosea sering kali datang ke pesta dan banyak membangun komunikasi dengan beberapa pengusaha dan pejabat, sayangnya kini Rosea melupakan hal itu.Kini, dalam beberapa kesempatan Jacob memperkenalkan Rosea pada beberapa orang asing kenalannya untuk membangun kembali rasa percaya diri Rosea yang sempat hilang.Rosea menikmati semuanya, terkecuali sikap tuan rumah yang tidak berhenti memperhatikannya tanpa alasan, terutama wanita yang diumumkan sebagai tunangan Leonardo.Rosea bisa merasakan tatapan tajam penuh permusuhan Mikhaila, beberapa kali wanita itu kedapatan merangkul lengan Leonardo dan sedikit mengangkat wajahnya dengan angkuh.Rosea tidak nyaman dan bergelut dalam rasa penasaran.Ada apa dengan mereka berdua? Mengapa mereka terus memperhatikanku? Apa dulu aku pernah membuat kesalahan?Beberapa pertanyaan muncul di benak Rosea.“Sea, aku mau memperkenalkan kamu kepada seseorang,” ucap Jacob terdengar serius seraya menarik Rosea pergi menjauh dari kerumunan.“Pada siapa?”Jacob tersenyum lebar. “Aku ingin mengajak seseorang untuk berpesta lagi di luar, tapi dia terlihat ragu karena aku bersamamu. Jadi Sea, kamu harus mengaku sebagai saudara agar urusanku lancar,” ucap Jacob terdengar seperti memohon kerjasama Rosea.“Ini untuk urusan bisnis atau pribadi?”Jacob tertsenyum malu. “Sea sayang, jika ini urusan bisnis, aku tidak ragu untuk mengaku pacar kamu agar kamu aman, tentu saja ini untuk urusan pribadi.”Rosea memutar bola matanya terlihat malas, dia tidak suka terlibat dengan petualangan cinta Jacob yang liar tidak terkendali. Namun di sisi lain Rosea tidak bisa menolak karena dia juga sering membutuhkan Jacob.Sedikit aneh bila memikirkan kejadian delapan bulan yang lalu, ketika Rosea terbangun setelah kecelakaan, orang pertama yang dia ingat adalah Jacob, teman masa sekolahnya, tetapi Rosea sampai membutuhkan waktu beberapa hari untuk Rosea kembali teringat kedua orang tuanya.“Sea, kenapa melamun?”“Aku tidak apa-apa.”“Ayo.” Jacob menarik Rosea pergi.To Be continued...Bayangan wajah Rosea terpantul di cermin, wanita itu meneliti penampilannya yang masih baik dan tidak membutuhkan perbaikan make up.Sudut bibir Rosea terangkat membentuk senyuman, mengatur ekspresi yang harus dia tunjukan di depan banyak orang asing yang tidak dia mengerti bahasanya.Suara langkah kaki seseorang terdengar masuk ke dalam toilet.Melalui cermin yang dilihatnya, Rosea melihat Mikhaila yang datang dan kini wanita itu berdiri di sisi Rosea, saling memandang melalui cermin di hadapan mereka.Atmosfir di sekitar berubah menjadi kuat dan penuh ketegangan.Mikhaila sudah tidak dapat menyembunyikan kerisauan di dalam hatinya sejak dia kembali melihat sosok Rosea, mantan kekasih Leonardo yang tiba-tiba muncul di pesta pertunangannya. Keriasauan itu kian menjadi ketika dia tersadar jika Leonardo tidak pernah berhenti memandangi Rosea dan tidak mempedulikan hal yang lainnya.Leonardo mengabaikannya, dan pria itu terang-terangan menunjukan perasaannya yang masih utuh pada Rosea.
“Parasit."Leonardo masih bisa mengingat betul seberapa kerasnya Dewa berusaha mempersatukan Leonardo dan Mikhaila semenjak Abraham meninggal. Dewa juga adalah orang yang berusaha keras untuk menuntut ke pengadilan agar hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila.Semenjak hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila, Dewa juga mengambil kesempatan dan menjadikan Prince sebagai alat hanya untuk bisa mendapatkan suntikan dana dari perusahaan keluarga Abraham.Leonardo benar-benar sangat muak, mereka mengambil keuntungan dengan menggunakan Prince dalam segala alasan, tidak ada yang benar-benar menyayangi Prince selain kekuasaan dan uang. Leonardo tidak akan pernah membiarkan hal gila ini terjadi lebih lama, sidang akan kembali berlangsung dua bulan lagi, dia ingin hakim memutuskan hak asuh Prince dinilai bersadarkan pilihan Prince sendiri.Leonardo membuang napasnya dengan kasar, kembali melihat handponenya yang sempat terabaikan, pria itu memeriksa pesan dari Adam yang memberi kabar jika kin
Musim dingin di kota Paris terasa lebih kuat menjelang pagi, matahari mulai bergerak muncul memancarkan cahaya terang.Rosea menyibakan gordeng kamarnya dan berdiri di depan jendela, wanita itu menikmati segelas juss sambil melihat pemandangan kota yang memanjakan mata. Rosea ingin jalan-jalan hari ini, karena masalah ingatannya yang hilang, Rosea harus membutuhkan seseorang yang mendampinginya.Rosea kehilangan kemampuannya dalam berbicara bahasa asing.Rosea mendengus kesal, kepalanya bergerak ke belakang, melihat pintu kamar Jacob yang terbuka sejak semalam.Jacob benar-benar belum pulang semalam, dia hanya menghubungi pihak hotel agar mengantarkan sarapan dan bunga permintaan maaf kepada Rosea.Setelah menghabiskan sarapannya, Rosea memilih meluangkan waktu awalnya dengan bersiap-siap pergi ke gym hotel yang berada di lantai dasar.Tidak membutuhkan waktu lama untuknya mengikat rambut, mengenakan jaket olahraga dan hot pan yang nyaman, beruntung saja dia juga tidak lupa membawa se
Suasana gym terlihat tidak begitu ramai dan hanya segelintir orang yang terlihat untuk berolahraga.Rosea segera melakukan pemanasan sebelum pergi ke treadmill. Rosea berencana melakukan olahraga dalam waktu yang lebih lama sambil menunggu Jacob pulang.Ada hal penting yang harus Rosea katakan kepada Jacob. Perasaan Rosea tidak tenang semenjak semalam, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan membuat Rosea takut. “Kamu sendirian?” Suara lembut seseorang yang mengajak bicara membuat Rosea memelankan laju treadmillnya.Rosea menengok ke sisi, melihat kedatangan Leonardo yang berapakaian eksekutif tengah berdiri di sebelahnya.Untuk apa pria itu memanggilnya?Rosea kian memelankan laju treadmillnya dan berganti dengan berjalan santai.“Apa kamu akan terus berpura-pura tidak kenal denganku?” tanya Leonardo lagi dengan senyuman tenangnya.Rosea tidak bersuara, dia tidak ingin terlibat apapun dengan laki-laki aneh yang membuat dirinya tidak nyaman, terlebih semalam dia terlibat perdebatan ko
“Katakan sekali lagi,” desak Leonardo tidak percaya.Tubuh Rosea menegang merasakan himpitan tubuh besar Leonardo yang kian menekannya di pintu, Leonardo membungkuk, meraih wajah Rosea agar mereka bertatapan.Wajah Rosea terangkat dalam tangkupan tangan besar Leonardo.Leonardo berusaha mencari-cari apakah ada kebohongan di mata Rosea? Jika apa yang Rosea katakan benar, lantas inikah alasan Rosea bersikap biasa saja saat mereka kembali bertemu semalam? Ataukah Rosea sengaja membuat alasan agar dia bisa menghindar darinya?Ibu jari Leonardo bergeser, menekan bibir lembut Rosea dan memisahkannya.Wajah Rosea memerah, malu dan marah dengan sentuhan fisik yang keterlaluan lancang dari orang asing yang baru kedua kalinya bertemu.“Kamu tidak berbohong kan Sea?” Leonardo masih tidak percaya.Napas Rosea tertahan, seluruh darah di nadinya memanas berdesir, merespon sentuhan Leonardo yang mengusap wajahnya dan tatapan yang tajam membuat Rosea terintimidasi.Ibu jari Leonardo yang basah, men
Di sisi lain, Prince duduk sendirian terlihat kesepian, anak itu memperhatikan Mikhaila yang tengah melakukan perawatan kuku dari seorang pegawai salon langganannya.Hari ini Mikhaila lebih banyak mengacuhkannya lagi seperti biasa.Suasana hati Mikhaila sedang buruk, sepanjang malam dia tidak tidak bisa tidur dengan nyeyak meski tadi malam adalah dia sudah melakukan pesta pertunangan yang selama ini dimimpikannya.“Ibu, aku mau pergi menemui ayah,” ucap Prince bersuara.Mikhaila melirik putranya sekilas, lalu kembali melihat handponenya. “Tunggu saja di sini, nanti kita pergi bersama-sama menemui ayah.”“Sejak tadi Ibu terus berkata seperti itu.” Prince tertunduk kecewa, sejak tadi dia menunggu, tapi Mikhaila masih belum selesai mempercantik diri. “Aku bosan di sini,” ungkap Prince lagi.“Ibu tidak suka kamu mengeluh seperti itu, kamu itu laki-laki, jangan manja,” jawab Mikhaila tanpa mengalihkan pandangannya dari handpone. “Jika kamu bosan, belajarlah, dengan begitu kamu tidak akan bo
Leonardo mengendarai mobilnya melakukan perjalanan menuju tempat pemotretan Mikhaila, meski dia tidak begitu suka untuk mengantarnya, namun ada baiknya jika Leonardo mengalah dibandingkan harus berdebat.Cuaca yang cerah hari ini membuat beberapa orang terlihat keluar untuk beraktivitas dan berjalan kaki, beberapa angkutan umum ikut dibuat penuh oleh penduduk local dan turis.Kendaraan Leonardo memelan dan berhenti, orang yang menyebrang terlihat berlalu lalang di depannya.Diantara banyak keramaian, pria itu terpaku melihat ke sebrang jalan, melihat sesuatu yang sudah berhasil menarik perhatiannya.Rosea, dia tengah berjalan di antara keramaian orang yang menyebrang.“Ibumu akan pulang hari ini?” Tanya Mikhaila memulai percakapan.“Benar,” jawab Leonardo singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari Rosea.Hari ini Rosea mengenakan pakaian yang lebih terbuka, dia melangkah percaya diri dengan heelsnya.Wanita itu terlihat menarik di antara kerumunan, segala yang ada pada dirinya sangat
Setibanya di tempat tujuan, Mikhaila keluar lebih dulu dari mobil, wanita itu melihat ke sekitar dan tersadar jika hampir semua orang yang bekerja hari ini sudah datang.Mikhaila berdiri di sisi pintu Leonardo berada, dia membungkuk dan melihat Leonardo yang terlihat akan kembali pergi.“Turun dan masuklah sebentar, teman-temanku ingin berkenalan denganmu, saat di pesta semalam, ada banyak yang tidak bisa datang,” ajak Mikhaila.“Aku akan melakukannya lain waktu. Untuk sekarang kamu masuk saja sendirian, aku sudah terlambat karena temanku menunggu,” jawab Leonardo terdengar tenang.“Leonardo, aku mohon, ayo turun,” pinta Mikhaila sekali lagi sambil memasang ekspresi memelas.Mikhaila tidak ingin melewatkan kesempatan agar terlihat sebagai pasangan yang sempurna di depan semua orang. Mikhaila ingin semua orang yang ada di sekitarnya tahu bahwa dia dan Leonardo saling mencintai meski Leonardo tidak pernah sekalipun mengajaknya pergi ke acara resmi.“Apa kamu tidak mengerti ucapanku Mikh
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila