“Aku ingin membatalkan pertunangan ini.”
Berta terbelalak, wajahnya berubah pucat pasi. “Apa? Tidak!” jawab Berta setengah berteriak.“Aku hanya memberitahu rencanaku, bukan sedang meminta izin dari Ibu.”Berta menarik napasnya dalam-dalam merasakan sesak di dada mendengarkan jawaban penuh percaya diri Leonardo.Berta harus bersikap tenang, dia tidak ingin kembali bertengkar dengan Leonardo dan membuat Leonardo menjadi nekat.Satu tahun yang lalu, setelah Berta berhasil memisahkan Leonardo dan Rosea. Leonardo langsung pergi dari Indonesia meninggalkan seluruh pekerjaannya dan memilih menetap di Paris. Berta tidak ingin kejadian itu kembali terjadi.Berta mendekat dalam beberapa langkah, wanita itu menangkap kegelisahan di mata Leonardo.Berta sudah pernah berjanji tidak akan mengekang apalagi mengatur kehidupan Leonardo semenjak mereka kembali baikan, namun kini situasinya berbeda.Berta harus menjaga nama keluarga Abraham, dan pertunangan ini tidak bisa di batalkan begitu saja karena berbagai alasan. “Jangan gegabah Leo, kamu harus memikirkan baik dan buruk hal yang kamu perbuat. Ibu tahu kamu cinta mati kepada Rosea, tapi jangan karena cinta, kamu jadi bertindak bodoh,” nasihat Berta penuh tekanan.Leonardo tersenyum masam, Berta bisa saja berkata begitu mudah kepada Leonardo untuk tidak bertindak bodoh. Pada kenyataannya, Berta lebih sering bertindak bodoh dan tidak masuk akal bila bersangkutan dengan bisnis dan keluarganya.Berta menghela napasnya dengan berat, wanita itu mengusap tengkuknya dengan kuat. “Ibu mohon Leo, ayo kita kembali ke ruangan pesta, semua orang sudah menunggu, jangan membuat orang lain kecewa,” bujuk Berta menyentuh lengan Leonardo.“Aku tidak akan bersanding dengan wanita manapun, jika Rosea sudah berada di depan mataku,” jawab Leonardo dengan tegas tidak terbantahkan.Berta mengangguk sedih, wajahnya terangkat menatap lekat putranya.“Ibu mohon Leo, kamu tidak ingat Mikhaila sudah mendapatkan hak asuh Prince di pengadilan? Jika kamu membatalkan pertunangan malam ini, kita akan kehilangan Prince. Ibu tidak ingin kehilangan Prince.”Leonardo menggeram frustasi, dia sangat muak berkata-kata lagi.Prince adalah harta berharga untuk Leonardo dan keluarga Abraham. Mikhaila mengajukan perjanjian jika Leonardo harus kembali bertunangan secara resmi dengannya, maka Prince diperbolehkan bersama Leonardo.“Leo, ibu mohon. Ini demi Prince, ibu tidak ingin dipisahkan dengan Prince, dan ibu tidak ingin Prince terlepas dari perlindungan dan didikan keluarga kita,” bujuk Berta penuh permohonan.Leonardo menarik napasnya dalam-dalam, dengan berat pria itu mengangguk untuk mengalah karena ini demi putranya.“Baik, aku akan melanjutkan pertunangan ini, namun Ibu harus berjanji kepadaku, ibu tidak akan menghalangi rencanaku membatalkan pertungan ini begitu hak asuh Prince kembali jatuh padaku.”Berta terpaku kaget, secara tidak langsung Leonardo menganggap pertunangan yang terjadi malam ini hanya sebatas untuk menyelamatakan nama keluarga Abraham dan Prince.Apa yang harus Berta lakukan? Dia tidak memiliki pilihan lain selain menyetujuinya.“Ibu bernjanji. Sekarang bersiaplah,” jawab Berta pelan.***“Mereka terlihat cocok, aku dengar dulu mereka juga pernah bertunangan,” kata Jacob memberitahu.Rosea tersenyum tanpa beban melihat ke depan, memperhatikan Leonardo dan Mikhaila kini saling berhadapan tengah memasangkan cincin pertunangan mereka.Senyuman merekah penuh kebahagiaan terlukis jelas di wajah cantik Mikhaila, wanita itu berdiri dengan percaya diri penuh dengan kebanggan di depan semua orang.Semua orang bertepuk tangan menyambut begitu mereka berdua sudah saling memasangkan cincin.Macron yang meminpin acara mengangkat segelas anggur mengajak semua orang bersulang karena acara berdansa akan segera dimulai.“Kita harus berdansa,” pinta Mikhaila dengan tangan tangan terangkat.Tanpa berkata-kata Leonardo menerima uluran tangan Mikhaila dan membawanya pergi ke lantai dansa, Leonardo harus menyelesaikan tugasnya secepatnya, lalu pergi membawa Prince.Satu persatu pasangan ikut datang menyusul untuk menari.“Ada apa dengan kamu Leo?” tanya Mikhaila.Mikhaila megusap bahu kokoh Leonardo, wajah cantiknya terangkat memandangi Leonardo dengan lekat, Leonardo seperti orang linglung dan kehilangan fokus, dia tidak seperti biasanya.“Apa kamu bahagia kita bertunangan?” tanya Leonardo.Dengan senyuman lebarnya Mikhaila menjawab, “Apa kamu masih belum meragukan perasaanku Leo? Aku mencintai kamu, tentu saja aku bahagia karena kini kita kembali bersama,” ungkap Mikhaila.Kening Leonardo mengerut samar tampak tidak begitu setuju dengan pengakuan Mikhaila. “Kamu tahu kan jika aku tidak suka memberi harapan palsu, harus aku katakan dengan jelas kepadamu saat ini, jangan mengharapkan apapun dariku. Aku bisa memberikan kamu uang, tapi tidak dengan perasaanku.”Mikhaila mendekat selangkah, wanita itu berjinjit memeluk mesra Leonardo dan menyandarkan wajahnya di dada bidangnya. Sesungguhnya hati Mikhaila sakit, namun dia tidak bisa putus harapan, sekeras dan sekokoh apapun Leonardo, Mikhaila percaya jika suatu saat nanti dia bisa memenangkan hatinya. “Aku tidak peduli Leo, aku tidak akan menyerah untuk membuat kamu kembali jatuh cinta kepadaku.”“Itu tidak akan pernah terjadi Mikhaila,” jawab Leonardo dengan serius.Senyuman di bibir Mikhaila memudar, dia sudah cukup sering mendengar penolakan Leonardo, dan rasa sakitnya terasa sama, namun diwaktu yang bersamaan dia tertantang ingin benar-benar mendapatkan kembali pria itu.To Be Continued..Diam-diam pandangan Leonardo tertuju lurus pada Rosea yang kini tengah duduk berdua dengan Jacob, wanita itu tertawa lepas saling membisikan sesuatu dengan Jacob. Rosea yang setengah mati Leonardo rindukan, wanita yang sudah membuat dirinya terjatuh dalam jurang obsesi parah. Biru mata Leonardo berubah gelap dipenuhi oleh kilatan kemarahan.Seharusnya Leonardo yang berada di tempat itu, dan seharusnya juga, Rosea yang dia umumkan menjadi tunangannya. Tidak ada yang lain.Di antara banyak orang di dalam ruangan besar itu, pandangan Leonardo terus menerus tertuju padanya, pada sosoknya yang selalu menakjubkan dan bersinar.Rosea masih sama indahnya seperti terakhir kali mereka bertemu, tidak ada celah kekurangan, cantik mempesona, eksistensinya seperti sebuah mahakarya yang semakin lama dipandang, ada banyak kesan di dalamnya.Sangat menyenangkan hanya melihatnya, sayangnya kesenangan itu harus cacat oleh keberadaan Jacob yang merangkulnya.Apa hubungan mereka? Mengapa bajingan itu ya
Bayangan wajah Rosea terpantul di cermin, wanita itu meneliti penampilannya yang masih baik dan tidak membutuhkan perbaikan make up.Sudut bibir Rosea terangkat membentuk senyuman, mengatur ekspresi yang harus dia tunjukan di depan banyak orang asing yang tidak dia mengerti bahasanya.Suara langkah kaki seseorang terdengar masuk ke dalam toilet.Melalui cermin yang dilihatnya, Rosea melihat Mikhaila yang datang dan kini wanita itu berdiri di sisi Rosea, saling memandang melalui cermin di hadapan mereka.Atmosfir di sekitar berubah menjadi kuat dan penuh ketegangan.Mikhaila sudah tidak dapat menyembunyikan kerisauan di dalam hatinya sejak dia kembali melihat sosok Rosea, mantan kekasih Leonardo yang tiba-tiba muncul di pesta pertunangannya. Keriasauan itu kian menjadi ketika dia tersadar jika Leonardo tidak pernah berhenti memandangi Rosea dan tidak mempedulikan hal yang lainnya.Leonardo mengabaikannya, dan pria itu terang-terangan menunjukan perasaannya yang masih utuh pada Rosea.
“Parasit."Leonardo masih bisa mengingat betul seberapa kerasnya Dewa berusaha mempersatukan Leonardo dan Mikhaila semenjak Abraham meninggal. Dewa juga adalah orang yang berusaha keras untuk menuntut ke pengadilan agar hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila.Semenjak hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila, Dewa juga mengambil kesempatan dan menjadikan Prince sebagai alat hanya untuk bisa mendapatkan suntikan dana dari perusahaan keluarga Abraham.Leonardo benar-benar sangat muak, mereka mengambil keuntungan dengan menggunakan Prince dalam segala alasan, tidak ada yang benar-benar menyayangi Prince selain kekuasaan dan uang. Leonardo tidak akan pernah membiarkan hal gila ini terjadi lebih lama, sidang akan kembali berlangsung dua bulan lagi, dia ingin hakim memutuskan hak asuh Prince dinilai bersadarkan pilihan Prince sendiri.Leonardo membuang napasnya dengan kasar, kembali melihat handponenya yang sempat terabaikan, pria itu memeriksa pesan dari Adam yang memberi kabar jika kin
Musim dingin di kota Paris terasa lebih kuat menjelang pagi, matahari mulai bergerak muncul memancarkan cahaya terang.Rosea menyibakan gordeng kamarnya dan berdiri di depan jendela, wanita itu menikmati segelas juss sambil melihat pemandangan kota yang memanjakan mata. Rosea ingin jalan-jalan hari ini, karena masalah ingatannya yang hilang, Rosea harus membutuhkan seseorang yang mendampinginya.Rosea kehilangan kemampuannya dalam berbicara bahasa asing.Rosea mendengus kesal, kepalanya bergerak ke belakang, melihat pintu kamar Jacob yang terbuka sejak semalam.Jacob benar-benar belum pulang semalam, dia hanya menghubungi pihak hotel agar mengantarkan sarapan dan bunga permintaan maaf kepada Rosea.Setelah menghabiskan sarapannya, Rosea memilih meluangkan waktu awalnya dengan bersiap-siap pergi ke gym hotel yang berada di lantai dasar.Tidak membutuhkan waktu lama untuknya mengikat rambut, mengenakan jaket olahraga dan hot pan yang nyaman, beruntung saja dia juga tidak lupa membawa se
Suasana gym terlihat tidak begitu ramai dan hanya segelintir orang yang terlihat untuk berolahraga.Rosea segera melakukan pemanasan sebelum pergi ke treadmill. Rosea berencana melakukan olahraga dalam waktu yang lebih lama sambil menunggu Jacob pulang.Ada hal penting yang harus Rosea katakan kepada Jacob. Perasaan Rosea tidak tenang semenjak semalam, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan membuat Rosea takut. “Kamu sendirian?” Suara lembut seseorang yang mengajak bicara membuat Rosea memelankan laju treadmillnya.Rosea menengok ke sisi, melihat kedatangan Leonardo yang berapakaian eksekutif tengah berdiri di sebelahnya.Untuk apa pria itu memanggilnya?Rosea kian memelankan laju treadmillnya dan berganti dengan berjalan santai.“Apa kamu akan terus berpura-pura tidak kenal denganku?” tanya Leonardo lagi dengan senyuman tenangnya.Rosea tidak bersuara, dia tidak ingin terlibat apapun dengan laki-laki aneh yang membuat dirinya tidak nyaman, terlebih semalam dia terlibat perdebatan ko
“Katakan sekali lagi,” desak Leonardo tidak percaya.Tubuh Rosea menegang merasakan himpitan tubuh besar Leonardo yang kian menekannya di pintu, Leonardo membungkuk, meraih wajah Rosea agar mereka bertatapan.Wajah Rosea terangkat dalam tangkupan tangan besar Leonardo.Leonardo berusaha mencari-cari apakah ada kebohongan di mata Rosea? Jika apa yang Rosea katakan benar, lantas inikah alasan Rosea bersikap biasa saja saat mereka kembali bertemu semalam? Ataukah Rosea sengaja membuat alasan agar dia bisa menghindar darinya?Ibu jari Leonardo bergeser, menekan bibir lembut Rosea dan memisahkannya.Wajah Rosea memerah, malu dan marah dengan sentuhan fisik yang keterlaluan lancang dari orang asing yang baru kedua kalinya bertemu.“Kamu tidak berbohong kan Sea?” Leonardo masih tidak percaya.Napas Rosea tertahan, seluruh darah di nadinya memanas berdesir, merespon sentuhan Leonardo yang mengusap wajahnya dan tatapan yang tajam membuat Rosea terintimidasi.Ibu jari Leonardo yang basah, men
Di sisi lain, Prince duduk sendirian terlihat kesepian, anak itu memperhatikan Mikhaila yang tengah melakukan perawatan kuku dari seorang pegawai salon langganannya.Hari ini Mikhaila lebih banyak mengacuhkannya lagi seperti biasa.Suasana hati Mikhaila sedang buruk, sepanjang malam dia tidak tidak bisa tidur dengan nyeyak meski tadi malam adalah dia sudah melakukan pesta pertunangan yang selama ini dimimpikannya.“Ibu, aku mau pergi menemui ayah,” ucap Prince bersuara.Mikhaila melirik putranya sekilas, lalu kembali melihat handponenya. “Tunggu saja di sini, nanti kita pergi bersama-sama menemui ayah.”“Sejak tadi Ibu terus berkata seperti itu.” Prince tertunduk kecewa, sejak tadi dia menunggu, tapi Mikhaila masih belum selesai mempercantik diri. “Aku bosan di sini,” ungkap Prince lagi.“Ibu tidak suka kamu mengeluh seperti itu, kamu itu laki-laki, jangan manja,” jawab Mikhaila tanpa mengalihkan pandangannya dari handpone. “Jika kamu bosan, belajarlah, dengan begitu kamu tidak akan bo
Leonardo mengendarai mobilnya melakukan perjalanan menuju tempat pemotretan Mikhaila, meski dia tidak begitu suka untuk mengantarnya, namun ada baiknya jika Leonardo mengalah dibandingkan harus berdebat.Cuaca yang cerah hari ini membuat beberapa orang terlihat keluar untuk beraktivitas dan berjalan kaki, beberapa angkutan umum ikut dibuat penuh oleh penduduk local dan turis.Kendaraan Leonardo memelan dan berhenti, orang yang menyebrang terlihat berlalu lalang di depannya.Diantara banyak keramaian, pria itu terpaku melihat ke sebrang jalan, melihat sesuatu yang sudah berhasil menarik perhatiannya.Rosea, dia tengah berjalan di antara keramaian orang yang menyebrang.“Ibumu akan pulang hari ini?” Tanya Mikhaila memulai percakapan.“Benar,” jawab Leonardo singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari Rosea.Hari ini Rosea mengenakan pakaian yang lebih terbuka, dia melangkah percaya diri dengan heelsnya.Wanita itu terlihat menarik di antara kerumunan, segala yang ada pada dirinya sangat
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila