Setelah selesai makan di restoran, Bagas membawa Salsa kembali pulang ke apartemen. Tanpa sepatah kata pun, Bagas tetap diam membisu. Begitu pun dengan Salsa. Entahlah, ia harus berbicara apa. Karyawan yang di pukul oleh Bagas diberikan uang oleh Bagas untuk berobat. Namun, yahh kalian tau kan sifat Bagas yang sombong dan angkuh. Dia memberikan sebuah cek yang sudah di tanda tangan dan diisi oleh Bagas dengan nominal 20 juta. Cek itu dia berikan tepat di wajah karyawan itu.
Sesampainya di apartemen, Salsa masuk kedalam bersama Bagas. Namun, Saat masuk kedalam apartemennya, Bagas memojokan Salsa di belakang pintu dan mengurung badannya dengan kedua tangan Bagas berada di samping kanan dan kirinya.
"Siapa Rendy?" Tanya Bagas, sedaritadi. Nama itu menghantui kepalanya, membuat kepalanya pening dan berneka-neka. Siapa Rendy? Dan apa hubungannya dengan Salsa.
Tubuh Salsa menegang mendengar pertanyaan itu. Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tau tuan, maksud tuan apa?" Tanya Salsa Balik.
Bugh! Bagas meninju pintu disamping kiri Salsa dengan tangan kanannya. "Cih! Dasar jalang munafik. Kau punya suami baru bukan?" Sarkas Bagas.
"Kalau memang aku punya suami baru kenapa tuan? Bukan kah kita tidak ada ikatan sama sekali. Jadi kita tidak perlu mengurusi kehidupan mantan istri yang jalang ini." Ucap Salsa membuat hati Bagas tertohok. Benar juga apa yang dikatakan Salsa.
Bagas melepaskan kungkungannya dan berjalan kearah sofa. "Kau benar, kamu bagus menyadarkanku ini. Sekarang, bukakan sepatuku dan simpan dengan rapih. Setelah itu siapkan air hangat. Aku mau mandi." Perintah Bagas.
Salsa menghembuskan nafasnya lega. Untung saja Bagas tidak memaksa untuk ia mengatakan yang sesungguhnya. Biarkan saja pria itu tidak tau keberadaan anaknya. Jika sampai dia tau, ia takut Bagas mengambil Rendy darinya.
"Baik tuan." Ucap Salsa, ia membuka satu persatu sepatu Bagas dan kaos kakinya. Sementara Bagas memainkan hpnya, menyuruh seseorang untuk mencari tau segala sesuatu yang sudah dilewati oleh Salsa.
"Sekarang pijat kakiku." Perintah Bagas.
"Tapi tuan, aku akan menyiapkan air hangat." Ucap Salsa.
"Itu kamu kerjakan kalah sudah selesai memijat kakiku." Ucap Bagas.
***
Malam harinya, setelah semua perintah Bagas. Salsa laksanakan,
Akhirnya pria itu membolehkan Sals beristirahat di kamarnya. Ia merenggangkan badannya dengan menggeliat, menaikkan kedua tangannya keatas dan menariknya."Huffffft, Rasanya remuk tubuhku. Apa kabar Rendy ya?" Salsa mengambil hpnya dan menghubungi Renata.
"Hallo Ren." Ucap Salsa ketika panggilannya diangkat.
"Hallo bun, ini Rendy bun. Aku kangen bunda. Bunda kapan kesini jenguk Rendy? Rendy kesakitan." Ucap Rendy.
Salsa tersenyum sedih. "Bunda rindu Rendy. Tapi, bunda ga bisa nemenin Rendy disana. Baik-baik sama kak Renata. Jangan susahkan kakakmu sayang." Ucap Salsa.
"Aku ga nyusahin kak renata ko bun." Ucap Rendy.
"Sekarang kemana kak Renata?" Tanya Salsa.
"Kak Renata sama pacarnya bun." Jawab Rendy.
"Jangannn beritahu Rendy!" Teriak Renata terdengar Salsa.
"Iya sudah biarkan saja Rendy, kalau pacar kak Renata macam-macam sama Rendy pukul ya." Ucap Salsa.
"Siap bun." Ucap Rendy.
"Iya sudah, bunda harus istirahat. Besok harus udah kerja lagi. Kamu baik-baik ya sayang. Cepet sembuh, bunda cinta Rendy." Ucap Salsa.
***
Didalam kamar Bagas menggeram marah. Anak buahnya sudah mendapatkan semua kisah Salsa selama berpisah darinya. Wanita itu miskin, dan dia tidak bisa pulang kembali ke Indonesia karena tidak memiliki uang. Serta dia juga tidak memiliki siapa-siapa lagi untuk pulang ke Indonesia.
Menurut anak buahnya, Salsa memiliki anak setelah bercerai darinya. Anak itu bernama Rendy dan Salsa tidak memberitahukan dirinya. Wanita itu menyembunyikan semua informasi ini darinya.
Amarahnya memuncak, Salsa ingin bermain-main dengannya. Lihat saja, apa yang akan ia perbuat. Rendy adalah pewarisnya. Dan ia harus mendapatkan anaknya itu.
***
Pagi-pagi sekali, Bagas sudah bersiap-siap dengan setelan jasnya berwarna biru tua dan dasi berwarna merah maroon. Salsa menghampiri Bagas.
"Maaf tuan, sarapannya masih dimasak. Ini masih jam setengah tujuh, tuan mau kemana?" Tanya Salsa, tidak biasanya Bagas sudah bersiap-siap jam segini.
"Saya mau menemui anak laki-laki tampan." Jawab Bagas, "Bawakan sepatu saya dan pakaikan." titah Bagas.
Salsa mengambil sepatu itu dan memakaikannya ke Bagas. "Anak teman tuan?" Tanya Salsa, bukan karena kepo. Ia hanya merasa canggung.
"Bukan, tapi anak saya." Jawab Bagas pelan. Namun terdengar jelas oleh Salsa.
Salaa mendongkak kan kepalanya menatap Bagas yang sedang menatapnya. "Anak?"
Bagas berdiri dan Salsa pun berdiri. "Iya anakku, anak dari orang yang aku cinta."
"Siapaaa?" tanya Salsa panik.
Bagas mengangkat kedua alisnya. "Kenapa? Wajahmu telihat ketakutan seperti itu. Ada yang kau sembunyikan dariku?" Tanya Bagas balik seraya maju mendekati Salsa.
Salsa menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, aku hanya kaget tuan sudah memiliki anak." Jawab Salsa dengan cepat. Agar tidak terlihat gugup.
Bagas menarik senyumnya. Ia memegang dagu Salsa dengan satu tangan. "Dia anakku, anak yang aku tidak ketahui keberadaannya selama 10 tahun lamanya. Bundanya terlalu egois, menutupi kehadiran anak itu. Dan sekarang aku ingin bertemu dengannya dan membawanya sebagai pewaris seluruh kekayaanku." Ucap Bagas dengan wajah tegasnya.
"TIDAKK!!!" Teriak Salsa.
Bagas melepaskan tangannya. "Itu hanya cerita sinetron Salsa. Kenapa kamu harus berteriak histeris begitu? Apa ada yang kau sembunyikan." ucap Bagas.
Salsa terlihat salah tingkah. "Ohh begitu, tidak tuan. Silahkan tuan bisa pergi." Ucap Salsa.
"Sekarang kau mengusirku dari apartemenku sendiri. Sudahlah aku tidak berdebat karena hatiku sedang senang hari ini. Aku akan pulang larut malam." Ucap Bagas.
"Baik tuan."
Salsa mengusap dadanya yang baru saja berdetak lebih cepat tadi. Ia kira, Bagas sudah tau semua tentang keberadaan Rendy. Tapi... Tidak mungkin, pasti Bagas mengetahui sesuatu. Tidakk tidak, Bagas pasti sudah tau. Mudah bagi Bagas mengetahui informasi apa pun.
Salsa berlari kearah pintu dan mencoba membukanya. Nihil! Pintunya terkunci, ia melirik ke kanan mencari kunci apartemen dan ternyata tidak ada.
"BUKAA PINTUNYAA BAGASSS!" Teriak Salsa, cukup sudah. Ia tidak lagi ingin bekerja bersama pria egois macam Bagas. Ia akan keluar dan mengembalikan semua uang yang telah diberikannya di muka kemarin.
Bagas berada di depan pintu apartemennya dan tersenyum bahagia. "Tunggulah sayang, aku akan membawa anak kita kemari." Ucap Bagas lalu pergi dari apartemen menuju rumah sakit. Dimana anaknya berada.
Airmatanya mengalir, ia terjatuh di depan pintu. "Kamu keterlaluan Bagas! Kau pasti akan merebut Rendy dariku! Kau egoissss, kau menyalahkanku atas kegagalanmu dan sekarang kau akan mengambil satu-satunya orang yang bisa membuatku bertahan." Ucap Salsa.
Setelah satu jam perjalanan akhirnya Bagas sampai di rumah sakit, dimana anaknya berada. Ia masuk kedalam rumah sakit, tanpa basa basi menanyakan kepada suster. Bagas masuk saja keruangan flower Ros 1.Sesampainya Bagas di depan ruang inap Rendy. Tiba-tiba saja ada wanota yang keluar, otomatis Bagas berpura-pura tidak melihat. Wanita itu menjauh dari ruangan Rendy, saatnya Bagas masuk.Didalam ruangan ada enam orang, untung saja Bagas sudah mengetahui rupa atau wajah sang anak. Lagian ada papan nama yang tergantung jelas diatas ranjang rumah sakit. Dan ternyata Rendy kebagian yang paling ujung dekat kamar mandi.Bagas membuka tirai itu setelah tadi mengitip sedikit. Lalu tersenyum menatap Rendy yang sedang menatapnya."Haii." Sapa Bagas."Om siapa?" Tanya Rendy heran.Bagas maju dan duduk di pinggir ranjang Rendy. "Kenalkan nama om adalah Bagas. Senang bertemu kamu, kamu Rendy kan?" Rendy mengangguk, "Cepat semb
'Cinta, terkadang dia datang untuk bertahan atau datang untuk menyakiti'Keesokan harinya, sesuai yang sudah direncanakan Salsa dan Renata. Mereka datang di pagi hari pukul tujuh, dimana karyawannya pun belum pada datang. Mereka menunggu di ruang tunggu dengan air putih yang disediakan oleh satpam.Sampai jam sembilan, seorang resepsionis menghampiri Salsa dan Renata yang senantiasa menunggu."Selamat pagi nyonya, seperti pak Bagas. Tidak akan datang ke kantor hari ini." Beritahunya.Salsa berdiri, "Apakah anda bisa menghubunginya lagi? Katakan kalau saya ingin bertemu dengannya. Ini sangat penting." Ucap Salsa."Maaf sekali nyonya, tidak bisa. Karena tidak se
"Delina!"Delina menatap seseorang yang berani memanggilnya dengan sebutan nama. Dan ternyata orang itu adalah suaminya."Sayang. Ngapain kamu disini? Bukannya kamu sedang ada urusan ke luar negri?" Tanya Delina."Turunkan pisau itu!" Perintah Akas, Delina menurunkan pisaunya dan menyimpannya kembali. "Daddy kembali dan mencarimu. Orang-orangku mengatakan, kamu sedang berada disini dengan putra kita. Apa yang kamu lakukan sehingga ingin bunuh diri?! Kau ingin meninggalkan aku?" Tanya Akas.Delina menggelengkan kepalanya. "Daddy salah paham. Mom disini, karena anakmu ini ingin kembali dengan Salsa dan dia sudah memiliki anak. Bernama Rendy." Ucap Delina.Akas mengangkat alisnya. "Sudahlah Delina! Aku cape, lupakan dendammu terhadap ibunya Salsa. Dia tidak salah, kamu hanya salah paham sayang. Biarkan yang berlalu menjadi kenangan dan pelajaran buat kita. Bukannya ibunya Salsa juga sudah meninggal? Kamu tidak perlu menyi
Salsa membuka matanya, ia menatap sekeliling kamarnya, tidak ada siapa pun. Dan ia masih ada di apartemen mantan suaminya. Ia melihat tangannya yang dipasang inpus. Kenapa sampai harus di inpus?Ceklek.. Mantan suaminya itu masuk kedalam kamar dengan gelas yang dipegangnya. Bagas tersenyum lebar mendapati mantan istrinya sudah siuman. "Akhirnya kamu bangun juga sayang, aku menunggumu." Ucap Bagas."Kenapa aku di inpus?" Tanya Salsa.Bagas mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Salsa. "Kata dokter kau dehidrasi, kurang makan dan kurang istirahat. Maka dari itu aku menyuruh dokter meng inpus kamu sayang, biar kamu cepat sembuh. Kasian anak kita kalau kamu terlalu lama sakit." Jawab Bagas.Salsa jadi teringat. "Dimana Rendy? Pertemukan aku dengannya. Pliss Bagas, dia satu-satunya yang bisa membangkitkan semangatku. Aku bersedia mengembalikan uang yang pernah kau keluarkan untukku." Ucap Sals
Bagas terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di dinding. Jam itu menunjukan arah tiga. Ternyata ini masih sangat pagi untuk bangun. Salsa masih terlelap disampingnya dengan wajah yang tenang. Obat tidurnya cukup membuat Salsa tidak terbangun sampai pagi hari lagi.Bagas menyusuri setiap inci wajah Salsa dengan telunjuknya. "Aku mencintaimu." Ucap Bagas, ia berdiri dan membersihkan diri sekaligus berendam. Semoga saja pikirannya menjadi segar.Satu jam berendam Bagas keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Dilihatnya Salsa masih tertidur lelap dan damai. Andaikan wanitanya itu ingin memaafkannya mungkin, tidak akan terjadi seperti ini.Bagas berjalan keluar dari kamar dan masuk kedalam ruang kerjanya. Ia menghubungi Luis."Hallo!" Teriak Luis, tidurnya diganggu oleh dering telepon yang tidak berhenti sedari tadi."Tidak sopan kamu! Sedang apa kau?" Tanya Bagas.
Salsa sudah makan dan ia disuapi oleh Bagas, pria itu memanjakan dirinya. Dan ia sekarang baru saja beres mandi, Bagas sedang mengurus pekerjaannya dulu sebelum pergi dengannya bertemu Rendy.Ia melihat-lihat kamar Bagas, dan membuka satu persatu lemari dikamar ini. Ada satu kotak merah yang ia temukan dilemari baju Bagas. Ia membawanya ke ranjang dan membuka kotak itu.Ternyata kotak itu berisikan surat-surat penting seperti surat buku nikah dengannya dulu, surat perceraian pun ada, dan banyak foto-foto dirinya dan Bagas. Mengingat masa seperti ini, ia merindukan hari itu. Dimana cinta dan sayangnya Bagas melimpah dan dicurahkan kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu. Cinta itu memudar oleh keegoisan masing-masing. Menjalankan rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan, kita bisa gagal kalau tidak benar-benar membangun keluarga yang penuh kejujuran, saling sayang, setia, dan hilangkan
Bagas dan Salsa mengunjungi kediaman orangtua Bagas. Ada mobil daddy nya yang terparkir di depan rumah. Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Kalau ada daddynya, mommy tidak bisa menyakiti Rendy."Mom Dad!" teriak Bagas, "Kamu duduk diruang tamu sementara aku mencari Rendy." Salsa mengangguk.Bagas mencari Rendy di semua kamar yang ada di rumah orangtuanya ini. Dan ternyata Rendy ada dikamar tamu bersama Daddynya. Anaknya sedang tertidur dikamar.Akas melihat kedatangan Bagas, ia mengarahkan tangannya ke Bagas agar tidak berisik. Ia turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Ditutupnya pintu dengan hati-hati."Ada apa?" Tanya Akas."Aku dan Salsa mencari Rendy, takut terjadi apa-apa padanya dad. Dan ternyata dia baik-baik saja bersama Daddy disini. Mana mommy?" Tanyanya."Mom lagi pergi bersama seseorang, entahla sekarang Dad tidak peduli mommy mu mau pergi deng
Soraya pamit pulang, ketika berbincang sebentar bersama Salsa dan Bagas. Dimata Bagas dan Salsa, Soraya adalah wanita yang ramah, baik, dan sopan. Tidak terlihat wajah Jahatnya sama sekali. Mungkin dari awal hanya pikirannya saja yang sudah menuduh yang tidak-tidak."Salsa, malam ini kamu tidur disini ya bersamaku." Ucap Bagas.Tubuh Salsa menegang. "Satu kamar?" Tanya Salsa."Kamu memang mau satu kamar denganku?" Tanya Bagas balik.Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku akan tidur bersama Rendy." Jawab Salsa, seraya berdiri dan membawa gelas serta makanan itu kedapur."Padahal aku mau tidur sekamar denganmu." Gumam Bagas.Delina keluar dari kamar dan menghampiri Bagas yang sedang duduk diruang tamu. "Bagaimana dengan Soraya?" Tanya Delina.Bagas mengkerutkan dahinya. "Bagaimana apanya mom?" Tanya Bagas tidak mengerti."Kamu tertarik padanya? Dia wanita
"Dimana Salsa?" Tanya Bagas kepada Renata dan Luis yang sedang berada di depan rumah, lebih tepatnya di teras."Dia ada di kamarnya, katanya sedikit lelah dan pusing." Jawab Luis.Rendy menatap Bagas. "Ayah, aku mau disini saja sama kak Renata. Aku mau main mobil-mobilan." Ucap Rendy.Luis berdiri dan menghalangi Rendy yang ingin memegang tangan Renata. "Lebih baik sama Kak Luis, kak Renata tidak bisa main mobil-mobilan." Ucap Luis."Apaan sih om?! Aku maunya sama kak Renata." Ucap Rendy seraya menatap Luis tajam dan garang."Ayolah, ayo ayo." Luis menggandeng bahu Rendy dan membuka kardus mainan. Bagas berlari masuk kedalam dan masuk kedalam kamar yang ada Salsa didalamnya. Ia melihat Salsa sedang tertidur nyenyak di ranjang besar. Ia berjalan dan duduk di sisi ranjang."Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Ternyata selama 10 tahun kebencian yang tidak berarti ini, tid
Keesokan harinya, Delina seperti mendapatkan tamparan keras beberapa kali. Keadaan rumah hening tanpa ada siapa pun. Walau pun memang dari dulu anak-anaknya sudah tidak tinggal disini semenjak memiliki usaha sendiri-sendiri. Namun, kali ini berbeda. Suasananya berbanding terbalik sekali. Atmosfer nya berbeda."Ini semua salahmu! Sudah aku katakan, biarkan mereka memilih jalannya masing-masing. Dan kamu hanya mementingkan ego dan dendammu. Anak-anak bagiku berharga sekali. Cintaku padamu saja akan terkikis jika anak-anak pergi meninggalkanku." Marah Akas.Delina terduduk lemas di sofa. Dihadapannya ada beberapa kartu kredit, debit, dan kunci mobil. Semuanya pemberian darinya untuk anak-anaknya dulu."Maafkan aku." Ucap Delina."Sudah sadar kamu?!" Tanya Akas.Delina mengangguk. "Maafkan aku, tetapi aku sulit untuk menghilangkan rasa sakit ini dan dendam." Jawab Delina sedi
Kini Salsa berada dikamar bersama anaknya, Rendy. Anak itu sedang mamainkan gadget yang baru saja dibelikan oleh Bagas. Pria itu tidak tanggung-tanggung, langsung membelikan iPhone 11 Pro Max 64GB. Ia ngiler, anaknya diberi hp yang begitu mahal. Sedangkan ia hanya memakai hp biasa aja. Ah apaan sih!Ceklek.. Bagas masuk kedalam kamar, dan duduk disebelah Rendy. Salsa berpura-pura tidak memperhatikan Bagas yang baru saja masuk."Anak ayah main hp terus." Ucap Bagas seraya mengusap kepala Rendy.Rendy menjauh dan memeluk Salsa, ia menyusupkan kepalanya dalam pelukan mamahnya."Om itu jahat." Bisik Rendy, ia melemparkan hp iPhonenya ke lantai.Salsa menatap Bagas. "Kenapa? Apa yang dia lakukan?" Tanya Salsa.Rendy menggelengkan kepalanya tidak ingin berbicara. "Dia jahat." Jawab Rendy.Salsa menatap Bagas tidak suka. "Apa yang kamu lakukan kepada Rendy? Dia membencimu." Tanya Salsa.
Soraya pamit pulang, ketika berbincang sebentar bersama Salsa dan Bagas. Dimata Bagas dan Salsa, Soraya adalah wanita yang ramah, baik, dan sopan. Tidak terlihat wajah Jahatnya sama sekali. Mungkin dari awal hanya pikirannya saja yang sudah menuduh yang tidak-tidak."Salsa, malam ini kamu tidur disini ya bersamaku." Ucap Bagas.Tubuh Salsa menegang. "Satu kamar?" Tanya Salsa."Kamu memang mau satu kamar denganku?" Tanya Bagas balik.Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku akan tidur bersama Rendy." Jawab Salsa, seraya berdiri dan membawa gelas serta makanan itu kedapur."Padahal aku mau tidur sekamar denganmu." Gumam Bagas.Delina keluar dari kamar dan menghampiri Bagas yang sedang duduk diruang tamu. "Bagaimana dengan Soraya?" Tanya Delina.Bagas mengkerutkan dahinya. "Bagaimana apanya mom?" Tanya Bagas tidak mengerti."Kamu tertarik padanya? Dia wanita
Bagas dan Salsa mengunjungi kediaman orangtua Bagas. Ada mobil daddy nya yang terparkir di depan rumah. Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Kalau ada daddynya, mommy tidak bisa menyakiti Rendy."Mom Dad!" teriak Bagas, "Kamu duduk diruang tamu sementara aku mencari Rendy." Salsa mengangguk.Bagas mencari Rendy di semua kamar yang ada di rumah orangtuanya ini. Dan ternyata Rendy ada dikamar tamu bersama Daddynya. Anaknya sedang tertidur dikamar.Akas melihat kedatangan Bagas, ia mengarahkan tangannya ke Bagas agar tidak berisik. Ia turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Ditutupnya pintu dengan hati-hati."Ada apa?" Tanya Akas."Aku dan Salsa mencari Rendy, takut terjadi apa-apa padanya dad. Dan ternyata dia baik-baik saja bersama Daddy disini. Mana mommy?" Tanyanya."Mom lagi pergi bersama seseorang, entahla sekarang Dad tidak peduli mommy mu mau pergi deng
Salsa sudah makan dan ia disuapi oleh Bagas, pria itu memanjakan dirinya. Dan ia sekarang baru saja beres mandi, Bagas sedang mengurus pekerjaannya dulu sebelum pergi dengannya bertemu Rendy.Ia melihat-lihat kamar Bagas, dan membuka satu persatu lemari dikamar ini. Ada satu kotak merah yang ia temukan dilemari baju Bagas. Ia membawanya ke ranjang dan membuka kotak itu.Ternyata kotak itu berisikan surat-surat penting seperti surat buku nikah dengannya dulu, surat perceraian pun ada, dan banyak foto-foto dirinya dan Bagas. Mengingat masa seperti ini, ia merindukan hari itu. Dimana cinta dan sayangnya Bagas melimpah dan dicurahkan kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu. Cinta itu memudar oleh keegoisan masing-masing. Menjalankan rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan, kita bisa gagal kalau tidak benar-benar membangun keluarga yang penuh kejujuran, saling sayang, setia, dan hilangkan
Bagas terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di dinding. Jam itu menunjukan arah tiga. Ternyata ini masih sangat pagi untuk bangun. Salsa masih terlelap disampingnya dengan wajah yang tenang. Obat tidurnya cukup membuat Salsa tidak terbangun sampai pagi hari lagi.Bagas menyusuri setiap inci wajah Salsa dengan telunjuknya. "Aku mencintaimu." Ucap Bagas, ia berdiri dan membersihkan diri sekaligus berendam. Semoga saja pikirannya menjadi segar.Satu jam berendam Bagas keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Dilihatnya Salsa masih tertidur lelap dan damai. Andaikan wanitanya itu ingin memaafkannya mungkin, tidak akan terjadi seperti ini.Bagas berjalan keluar dari kamar dan masuk kedalam ruang kerjanya. Ia menghubungi Luis."Hallo!" Teriak Luis, tidurnya diganggu oleh dering telepon yang tidak berhenti sedari tadi."Tidak sopan kamu! Sedang apa kau?" Tanya Bagas.
Salsa membuka matanya, ia menatap sekeliling kamarnya, tidak ada siapa pun. Dan ia masih ada di apartemen mantan suaminya. Ia melihat tangannya yang dipasang inpus. Kenapa sampai harus di inpus?Ceklek.. Mantan suaminya itu masuk kedalam kamar dengan gelas yang dipegangnya. Bagas tersenyum lebar mendapati mantan istrinya sudah siuman. "Akhirnya kamu bangun juga sayang, aku menunggumu." Ucap Bagas."Kenapa aku di inpus?" Tanya Salsa.Bagas mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Salsa. "Kata dokter kau dehidrasi, kurang makan dan kurang istirahat. Maka dari itu aku menyuruh dokter meng inpus kamu sayang, biar kamu cepat sembuh. Kasian anak kita kalau kamu terlalu lama sakit." Jawab Bagas.Salsa jadi teringat. "Dimana Rendy? Pertemukan aku dengannya. Pliss Bagas, dia satu-satunya yang bisa membangkitkan semangatku. Aku bersedia mengembalikan uang yang pernah kau keluarkan untukku." Ucap Sals
"Delina!"Delina menatap seseorang yang berani memanggilnya dengan sebutan nama. Dan ternyata orang itu adalah suaminya."Sayang. Ngapain kamu disini? Bukannya kamu sedang ada urusan ke luar negri?" Tanya Delina."Turunkan pisau itu!" Perintah Akas, Delina menurunkan pisaunya dan menyimpannya kembali. "Daddy kembali dan mencarimu. Orang-orangku mengatakan, kamu sedang berada disini dengan putra kita. Apa yang kamu lakukan sehingga ingin bunuh diri?! Kau ingin meninggalkan aku?" Tanya Akas.Delina menggelengkan kepalanya. "Daddy salah paham. Mom disini, karena anakmu ini ingin kembali dengan Salsa dan dia sudah memiliki anak. Bernama Rendy." Ucap Delina.Akas mengangkat alisnya. "Sudahlah Delina! Aku cape, lupakan dendammu terhadap ibunya Salsa. Dia tidak salah, kamu hanya salah paham sayang. Biarkan yang berlalu menjadi kenangan dan pelajaran buat kita. Bukannya ibunya Salsa juga sudah meninggal? Kamu tidak perlu menyi