Bagas membuka bagasi ketika sudah sampai di bassment kantor. Ia mengajak mantan istrinya itu untuk masuk keruangannya.
"Selamat datang pak." Ucap Sazkia melihat Bagas datang melewati mejanya.
Bagas hanya tersenyum dan berjalan lurus masuk kedalam ruangannya. Salsa tersenyum kaku saat berhadapan dengan Sazkia.
Bagas duduk di kursi kebesarannya dan Salsa hanya diam mematung. Pria itu mengabaikan dirinya. Salsa berinisiatif duduk disalah satu sofa.
"Siapa suruh kamu duduk." Ucap Bagas melihat Salsa duduk di sofa.
Salsa berdiri lagi. "Aku lelah tuan." Ucap Salsa.
"Aku heran, kenapa dulu aku bisa jatuh cinta padamu dan memilih menikah denganmu. Padahal sekarang, kalau diliat-liat. Kamu sama sekali tidak menarik dan tidak cantik. Kamu melakukan ilmu hitam ya?" Tanya Bagas curiga.
Salsa menggelengkan kepalanya. "Tidak tuan. Sama sekali tidak, lupakan semua masa lalu itu tuan." Ucap Salsa.
Bagas menaikkan alisnya satu. "Lagipula siapa yang akan mengingat itu semua. Dasar jalang! Terlalu percaya diri sekali dirimu. Sekarang kemarilah." Perintah Bagas.
Salsa menghampiri Bagas hingga sampai di depan meja besar Bagas. "Aku bilang kemari." Ucap Bagas.
Salsa berjalan memutari meja dan diam di sebelah kiri Bagas. "Ada apa tuan."
Bagas menarik Salsa, kursinya ia mundurkan dan Ia menyuruh Salsa diam di hadapannya. "Sekarang duduk dan bukakan celana serta ikat pinggangku." Perintah Bagas.
Salsa membuka ikat pinggang Bagas dengan tangan gemetar. Dengan keadaan sadar 100% baru kali ini Bagas memerintahkannya melakukan hal diluar kerjaan.
"su.. Sudah." Ucap Salsa.
"Jangan berdiri. Sekarang keluarkan penisnya." Ucap Bagas.
Salsa membuka celana dalam Bagas dan mengeluarkan Penis besarnya itu dengan tangan yang terasa dingin, ia menahan nafasnya ketika mengeluarkan penis itu.
"Suusuudah tuan." Ucap Salsa.
"Bagus." Bagas menyilangkan kakinya dan diangkat keatas meja, kakinya seolah melingkari leher Salsa. Kini wanita itu terkurung diantara kedua kakinya. "Sekarang oral." Perintah Bagas.
"Ak... Ak"
"LAKUKAN!" teriak Bagas.
Salsa meraih penis itu dan melahapnya dengan ragu. Desahan demi desahan di lontarkan oleh Bagas, ia terus melakukan itu. Bagas tidak juga mendapatkan puncaknya.
Tok.. Tok..
"Masuk!" Teriak Bagas seraya menahan kepala Salsa agar terus melakukan tugasnya disana. Ia memperdalam kuluman wanita itu.
Sazkia masuk dengan beberapa dokumen penting ditangannya. "Selamat siang boss, saya ada berkas yang harus diperiksa oleh boss." Ucap Sazkia.
"kemarilah." Ucap Bagas.
Sazkia berjalan kearah Bagas, ia melihat sesuatu disana. "Apakah itu Salsa?" Tanya Sazkia.
"Jangan terlalu mengurusi kehidupan saya Sazkia. Karena itu akan membunuhmu. Saya mau kamu keluar setelah mendapatkan tanda tangan saya." Ancam Bagas secara halus.
Sazkia mengangguk. "Maafkan saya pak, hanya saja. Kenapa bapak tidak menggunakan layanan saya?" Tanya Sazkia lagi.
Brak!
"SAYA BILANG JANGAN TERLALU MENGURUSI HIDUP SAYA!" Teriak Bagas. Salsa terlihat kaget dan tanpa sengaja mengingit kecil penis Bagas.
Plak!! Bagas memukul pipi Salsa sampai merah.
"Jangan digigit jalang!" Teriak Bagas, "Kamu keluar sebelum saya murka." Perintah Bagas pada Sazkia.
Sazkia berlalu pergi meninggalkan ruangan Bagas, hatinya terasa sakit dan tidak ingin lagi di rendahkan oleh Bagas terlalu dalam.
"Kau jangan menggigit lagi!" Ucap Bagas.
Salsa mengangguk dan terus melakukan kulumannya sampai sepuluh menit, Bagas mendapatkan puncaknya dan mengeluarkannya didalam mulut Salsa.
"Telan!" Perintah Bagas. Salsa menggelengkan kepalanya. "Telan!!!" Teriak Bagas.
Mau tidak mau Salsa menelan sperma itu. Baru kali ini, Bagas menyuruhnya menelan sperma yang rasanya sangat aneh.
Bagas menurunkan kakinya dan menyuruh Salsa untuk membersihkan mulutnya dikamar mandi.
"Bersihkan mulutmu." Ucap Bagas.
"Tuan, apakah aku boleh meminta permen?" Tanya Salsa.
Bagas tersenyum. "Tidak boleh! Kau harus merasakan sperma itu sampai nanti kita pulang ke apartemen. Jangan makan apa pun. Dan jangan minum. Biarkan bau sperma itu ada didalam mulutmu." Ucap Bagas.
"Kau berubah." Ucap Salsa.
"Manusia memang selalu berubah setiap waktunya. Bahkan ini sudah sepuluh tahun kita tidak bertemu dan pasti akan ada perubahan yang sangat signifikan." Ucap Bagas.
Drt.. Drt.. Dering telepon Salsa berbunyi. "Maafkan saya tuan, saya menerima telepon dulu." Ucap Salsa, lalu masuk kedalam kamar mandi.
"Ada apa?" Tanya Salsa.
"Rendy kak, dia masuk kerumah sakit." Jawab Renata.
"Rendy sakit apa?" Tanya Salsa panik.
"Keracunan makanan kak." Jawab Renata.
"Baiklah, kakak akan kesana besok atau lusa. Kakak akan minta boss kakak untuk izin pulang sebentar." Ucap salsa.
"Baik kak." Ucap Renata.
"Tolong jaga baik-baik Rendy. Jangan biarkan dia sendirian." Ucap Salsa.
"Baik kak."
Dari luar, Bagas mendegar semua percakapan Salsa. Siapa Rendy? Kekasihnya Salsa kah? Atau suaminya? Bisa-bisanya wanita itu memiliki suami baru setelah bercerai dengannya. Dan siapa lagi yang menghubungi Salsa? Setaunya Salsa tidak memiliki saudara di negara ini. Ia tidak akan membiarkan Salsa bertemu dengan suaminya itu. Tidak akan pernah!
Bagas kembali mengerjakan beberapa lembar berkasnya saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Ia menahan sekuat tenaga agar tidak menoleh kepada Salsa. Dan tidak menanyakan apa pun yang menyangkut wanita itu."Tuan." Ucap Salsa."Hemm." Sahut Bagas."A.. Aku mau izin pulang kampung Sebentar saja hanya tiga hari. Ada sesuatu yang harus aku urus disana. Apakah tuan mengizinkan?" Tanya Salsa.Bagas menyimpan pulpennya dan menatap Salsa. "Ada urusan apa kamu disana?""Keluarga.""Tidak Boleh!" Tolak Bagas dengan tegas."Tapi tuan.. Aku mohon sekali ini saja. Ini sangat mendesak." Mohon Salsa.Bagas menggelengkan kepalanya. "Tetap jawabannya tidak, kalau kamu tetap memaksa. Maka kamu aku pecat dan kamu harus mengembalikan semua uang yang telah diberikan Sazkia padamu dua kali lipat!" Ancam Bagas.Salsa menggelengkan k
Setelah selesai makan di restoran, Bagas membawa Salsa kembali pulang ke apartemen. Tanpa sepatah kata pun, Bagas tetap diam membisu. Begitu pun dengan Salsa. Entahlah, ia harus berbicara apa. Karyawan yang di pukul oleh Bagas diberikan uang oleh Bagas untuk berobat. Namun, yahh kalian tau kan sifat Bagas yang sombong dan angkuh. Dia memberikan sebuah cek yang sudah di tanda tangan dan diisi oleh Bagas dengan nominal 20 juta. Cek itu dia berikan tepat di wajah karyawan itu.Sesampainya di apartemen, Salsa masuk kedalam bersama Bagas. Namun, Saat masuk kedalam apartemennya, Bagas memojokan Salsa di belakang pintu dan mengurung badannya dengan kedua tangan Bagas berada di samping kanan dan kirinya."Siapa Rendy?" Tanya Bagas, sedaritadi. Nama itu menghantui kepalanya, membuat kepalanya pening dan berneka-neka. Siapa Rendy? Dan apa hubungannya dengan Salsa.&nb
Setelah satu jam perjalanan akhirnya Bagas sampai di rumah sakit, dimana anaknya berada. Ia masuk kedalam rumah sakit, tanpa basa basi menanyakan kepada suster. Bagas masuk saja keruangan flower Ros 1.Sesampainya Bagas di depan ruang inap Rendy. Tiba-tiba saja ada wanota yang keluar, otomatis Bagas berpura-pura tidak melihat. Wanita itu menjauh dari ruangan Rendy, saatnya Bagas masuk.Didalam ruangan ada enam orang, untung saja Bagas sudah mengetahui rupa atau wajah sang anak. Lagian ada papan nama yang tergantung jelas diatas ranjang rumah sakit. Dan ternyata Rendy kebagian yang paling ujung dekat kamar mandi.Bagas membuka tirai itu setelah tadi mengitip sedikit. Lalu tersenyum menatap Rendy yang sedang menatapnya."Haii." Sapa Bagas."Om siapa?" Tanya Rendy heran.Bagas maju dan duduk di pinggir ranjang Rendy. "Kenalkan nama om adalah Bagas. Senang bertemu kamu, kamu Rendy kan?" Rendy mengangguk, "Cepat semb
'Cinta, terkadang dia datang untuk bertahan atau datang untuk menyakiti'Keesokan harinya, sesuai yang sudah direncanakan Salsa dan Renata. Mereka datang di pagi hari pukul tujuh, dimana karyawannya pun belum pada datang. Mereka menunggu di ruang tunggu dengan air putih yang disediakan oleh satpam.Sampai jam sembilan, seorang resepsionis menghampiri Salsa dan Renata yang senantiasa menunggu."Selamat pagi nyonya, seperti pak Bagas. Tidak akan datang ke kantor hari ini." Beritahunya.Salsa berdiri, "Apakah anda bisa menghubunginya lagi? Katakan kalau saya ingin bertemu dengannya. Ini sangat penting." Ucap Salsa."Maaf sekali nyonya, tidak bisa. Karena tidak se
"Delina!"Delina menatap seseorang yang berani memanggilnya dengan sebutan nama. Dan ternyata orang itu adalah suaminya."Sayang. Ngapain kamu disini? Bukannya kamu sedang ada urusan ke luar negri?" Tanya Delina."Turunkan pisau itu!" Perintah Akas, Delina menurunkan pisaunya dan menyimpannya kembali. "Daddy kembali dan mencarimu. Orang-orangku mengatakan, kamu sedang berada disini dengan putra kita. Apa yang kamu lakukan sehingga ingin bunuh diri?! Kau ingin meninggalkan aku?" Tanya Akas.Delina menggelengkan kepalanya. "Daddy salah paham. Mom disini, karena anakmu ini ingin kembali dengan Salsa dan dia sudah memiliki anak. Bernama Rendy." Ucap Delina.Akas mengangkat alisnya. "Sudahlah Delina! Aku cape, lupakan dendammu terhadap ibunya Salsa. Dia tidak salah, kamu hanya salah paham sayang. Biarkan yang berlalu menjadi kenangan dan pelajaran buat kita. Bukannya ibunya Salsa juga sudah meninggal? Kamu tidak perlu menyi
Salsa membuka matanya, ia menatap sekeliling kamarnya, tidak ada siapa pun. Dan ia masih ada di apartemen mantan suaminya. Ia melihat tangannya yang dipasang inpus. Kenapa sampai harus di inpus?Ceklek.. Mantan suaminya itu masuk kedalam kamar dengan gelas yang dipegangnya. Bagas tersenyum lebar mendapati mantan istrinya sudah siuman. "Akhirnya kamu bangun juga sayang, aku menunggumu." Ucap Bagas."Kenapa aku di inpus?" Tanya Salsa.Bagas mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Salsa. "Kata dokter kau dehidrasi, kurang makan dan kurang istirahat. Maka dari itu aku menyuruh dokter meng inpus kamu sayang, biar kamu cepat sembuh. Kasian anak kita kalau kamu terlalu lama sakit." Jawab Bagas.Salsa jadi teringat. "Dimana Rendy? Pertemukan aku dengannya. Pliss Bagas, dia satu-satunya yang bisa membangkitkan semangatku. Aku bersedia mengembalikan uang yang pernah kau keluarkan untukku." Ucap Sals
Bagas terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di dinding. Jam itu menunjukan arah tiga. Ternyata ini masih sangat pagi untuk bangun. Salsa masih terlelap disampingnya dengan wajah yang tenang. Obat tidurnya cukup membuat Salsa tidak terbangun sampai pagi hari lagi.Bagas menyusuri setiap inci wajah Salsa dengan telunjuknya. "Aku mencintaimu." Ucap Bagas, ia berdiri dan membersihkan diri sekaligus berendam. Semoga saja pikirannya menjadi segar.Satu jam berendam Bagas keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Dilihatnya Salsa masih tertidur lelap dan damai. Andaikan wanitanya itu ingin memaafkannya mungkin, tidak akan terjadi seperti ini.Bagas berjalan keluar dari kamar dan masuk kedalam ruang kerjanya. Ia menghubungi Luis."Hallo!" Teriak Luis, tidurnya diganggu oleh dering telepon yang tidak berhenti sedari tadi."Tidak sopan kamu! Sedang apa kau?" Tanya Bagas.
Salsa sudah makan dan ia disuapi oleh Bagas, pria itu memanjakan dirinya. Dan ia sekarang baru saja beres mandi, Bagas sedang mengurus pekerjaannya dulu sebelum pergi dengannya bertemu Rendy.Ia melihat-lihat kamar Bagas, dan membuka satu persatu lemari dikamar ini. Ada satu kotak merah yang ia temukan dilemari baju Bagas. Ia membawanya ke ranjang dan membuka kotak itu.Ternyata kotak itu berisikan surat-surat penting seperti surat buku nikah dengannya dulu, surat perceraian pun ada, dan banyak foto-foto dirinya dan Bagas. Mengingat masa seperti ini, ia merindukan hari itu. Dimana cinta dan sayangnya Bagas melimpah dan dicurahkan kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu. Cinta itu memudar oleh keegoisan masing-masing. Menjalankan rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan, kita bisa gagal kalau tidak benar-benar membangun keluarga yang penuh kejujuran, saling sayang, setia, dan hilangkan
"Dimana Salsa?" Tanya Bagas kepada Renata dan Luis yang sedang berada di depan rumah, lebih tepatnya di teras."Dia ada di kamarnya, katanya sedikit lelah dan pusing." Jawab Luis.Rendy menatap Bagas. "Ayah, aku mau disini saja sama kak Renata. Aku mau main mobil-mobilan." Ucap Rendy.Luis berdiri dan menghalangi Rendy yang ingin memegang tangan Renata. "Lebih baik sama Kak Luis, kak Renata tidak bisa main mobil-mobilan." Ucap Luis."Apaan sih om?! Aku maunya sama kak Renata." Ucap Rendy seraya menatap Luis tajam dan garang."Ayolah, ayo ayo." Luis menggandeng bahu Rendy dan membuka kardus mainan. Bagas berlari masuk kedalam dan masuk kedalam kamar yang ada Salsa didalamnya. Ia melihat Salsa sedang tertidur nyenyak di ranjang besar. Ia berjalan dan duduk di sisi ranjang."Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Ternyata selama 10 tahun kebencian yang tidak berarti ini, tid
Keesokan harinya, Delina seperti mendapatkan tamparan keras beberapa kali. Keadaan rumah hening tanpa ada siapa pun. Walau pun memang dari dulu anak-anaknya sudah tidak tinggal disini semenjak memiliki usaha sendiri-sendiri. Namun, kali ini berbeda. Suasananya berbanding terbalik sekali. Atmosfer nya berbeda."Ini semua salahmu! Sudah aku katakan, biarkan mereka memilih jalannya masing-masing. Dan kamu hanya mementingkan ego dan dendammu. Anak-anak bagiku berharga sekali. Cintaku padamu saja akan terkikis jika anak-anak pergi meninggalkanku." Marah Akas.Delina terduduk lemas di sofa. Dihadapannya ada beberapa kartu kredit, debit, dan kunci mobil. Semuanya pemberian darinya untuk anak-anaknya dulu."Maafkan aku." Ucap Delina."Sudah sadar kamu?!" Tanya Akas.Delina mengangguk. "Maafkan aku, tetapi aku sulit untuk menghilangkan rasa sakit ini dan dendam." Jawab Delina sedi
Kini Salsa berada dikamar bersama anaknya, Rendy. Anak itu sedang mamainkan gadget yang baru saja dibelikan oleh Bagas. Pria itu tidak tanggung-tanggung, langsung membelikan iPhone 11 Pro Max 64GB. Ia ngiler, anaknya diberi hp yang begitu mahal. Sedangkan ia hanya memakai hp biasa aja. Ah apaan sih!Ceklek.. Bagas masuk kedalam kamar, dan duduk disebelah Rendy. Salsa berpura-pura tidak memperhatikan Bagas yang baru saja masuk."Anak ayah main hp terus." Ucap Bagas seraya mengusap kepala Rendy.Rendy menjauh dan memeluk Salsa, ia menyusupkan kepalanya dalam pelukan mamahnya."Om itu jahat." Bisik Rendy, ia melemparkan hp iPhonenya ke lantai.Salsa menatap Bagas. "Kenapa? Apa yang dia lakukan?" Tanya Salsa.Rendy menggelengkan kepalanya tidak ingin berbicara. "Dia jahat." Jawab Rendy.Salsa menatap Bagas tidak suka. "Apa yang kamu lakukan kepada Rendy? Dia membencimu." Tanya Salsa.
Soraya pamit pulang, ketika berbincang sebentar bersama Salsa dan Bagas. Dimata Bagas dan Salsa, Soraya adalah wanita yang ramah, baik, dan sopan. Tidak terlihat wajah Jahatnya sama sekali. Mungkin dari awal hanya pikirannya saja yang sudah menuduh yang tidak-tidak."Salsa, malam ini kamu tidur disini ya bersamaku." Ucap Bagas.Tubuh Salsa menegang. "Satu kamar?" Tanya Salsa."Kamu memang mau satu kamar denganku?" Tanya Bagas balik.Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku akan tidur bersama Rendy." Jawab Salsa, seraya berdiri dan membawa gelas serta makanan itu kedapur."Padahal aku mau tidur sekamar denganmu." Gumam Bagas.Delina keluar dari kamar dan menghampiri Bagas yang sedang duduk diruang tamu. "Bagaimana dengan Soraya?" Tanya Delina.Bagas mengkerutkan dahinya. "Bagaimana apanya mom?" Tanya Bagas tidak mengerti."Kamu tertarik padanya? Dia wanita
Bagas dan Salsa mengunjungi kediaman orangtua Bagas. Ada mobil daddy nya yang terparkir di depan rumah. Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Kalau ada daddynya, mommy tidak bisa menyakiti Rendy."Mom Dad!" teriak Bagas, "Kamu duduk diruang tamu sementara aku mencari Rendy." Salsa mengangguk.Bagas mencari Rendy di semua kamar yang ada di rumah orangtuanya ini. Dan ternyata Rendy ada dikamar tamu bersama Daddynya. Anaknya sedang tertidur dikamar.Akas melihat kedatangan Bagas, ia mengarahkan tangannya ke Bagas agar tidak berisik. Ia turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Ditutupnya pintu dengan hati-hati."Ada apa?" Tanya Akas."Aku dan Salsa mencari Rendy, takut terjadi apa-apa padanya dad. Dan ternyata dia baik-baik saja bersama Daddy disini. Mana mommy?" Tanyanya."Mom lagi pergi bersama seseorang, entahla sekarang Dad tidak peduli mommy mu mau pergi deng
Salsa sudah makan dan ia disuapi oleh Bagas, pria itu memanjakan dirinya. Dan ia sekarang baru saja beres mandi, Bagas sedang mengurus pekerjaannya dulu sebelum pergi dengannya bertemu Rendy.Ia melihat-lihat kamar Bagas, dan membuka satu persatu lemari dikamar ini. Ada satu kotak merah yang ia temukan dilemari baju Bagas. Ia membawanya ke ranjang dan membuka kotak itu.Ternyata kotak itu berisikan surat-surat penting seperti surat buku nikah dengannya dulu, surat perceraian pun ada, dan banyak foto-foto dirinya dan Bagas. Mengingat masa seperti ini, ia merindukan hari itu. Dimana cinta dan sayangnya Bagas melimpah dan dicurahkan kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu. Cinta itu memudar oleh keegoisan masing-masing. Menjalankan rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan, kita bisa gagal kalau tidak benar-benar membangun keluarga yang penuh kejujuran, saling sayang, setia, dan hilangkan
Bagas terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di dinding. Jam itu menunjukan arah tiga. Ternyata ini masih sangat pagi untuk bangun. Salsa masih terlelap disampingnya dengan wajah yang tenang. Obat tidurnya cukup membuat Salsa tidak terbangun sampai pagi hari lagi.Bagas menyusuri setiap inci wajah Salsa dengan telunjuknya. "Aku mencintaimu." Ucap Bagas, ia berdiri dan membersihkan diri sekaligus berendam. Semoga saja pikirannya menjadi segar.Satu jam berendam Bagas keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Dilihatnya Salsa masih tertidur lelap dan damai. Andaikan wanitanya itu ingin memaafkannya mungkin, tidak akan terjadi seperti ini.Bagas berjalan keluar dari kamar dan masuk kedalam ruang kerjanya. Ia menghubungi Luis."Hallo!" Teriak Luis, tidurnya diganggu oleh dering telepon yang tidak berhenti sedari tadi."Tidak sopan kamu! Sedang apa kau?" Tanya Bagas.
Salsa membuka matanya, ia menatap sekeliling kamarnya, tidak ada siapa pun. Dan ia masih ada di apartemen mantan suaminya. Ia melihat tangannya yang dipasang inpus. Kenapa sampai harus di inpus?Ceklek.. Mantan suaminya itu masuk kedalam kamar dengan gelas yang dipegangnya. Bagas tersenyum lebar mendapati mantan istrinya sudah siuman. "Akhirnya kamu bangun juga sayang, aku menunggumu." Ucap Bagas."Kenapa aku di inpus?" Tanya Salsa.Bagas mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Salsa. "Kata dokter kau dehidrasi, kurang makan dan kurang istirahat. Maka dari itu aku menyuruh dokter meng inpus kamu sayang, biar kamu cepat sembuh. Kasian anak kita kalau kamu terlalu lama sakit." Jawab Bagas.Salsa jadi teringat. "Dimana Rendy? Pertemukan aku dengannya. Pliss Bagas, dia satu-satunya yang bisa membangkitkan semangatku. Aku bersedia mengembalikan uang yang pernah kau keluarkan untukku." Ucap Sals
"Delina!"Delina menatap seseorang yang berani memanggilnya dengan sebutan nama. Dan ternyata orang itu adalah suaminya."Sayang. Ngapain kamu disini? Bukannya kamu sedang ada urusan ke luar negri?" Tanya Delina."Turunkan pisau itu!" Perintah Akas, Delina menurunkan pisaunya dan menyimpannya kembali. "Daddy kembali dan mencarimu. Orang-orangku mengatakan, kamu sedang berada disini dengan putra kita. Apa yang kamu lakukan sehingga ingin bunuh diri?! Kau ingin meninggalkan aku?" Tanya Akas.Delina menggelengkan kepalanya. "Daddy salah paham. Mom disini, karena anakmu ini ingin kembali dengan Salsa dan dia sudah memiliki anak. Bernama Rendy." Ucap Delina.Akas mengangkat alisnya. "Sudahlah Delina! Aku cape, lupakan dendammu terhadap ibunya Salsa. Dia tidak salah, kamu hanya salah paham sayang. Biarkan yang berlalu menjadi kenangan dan pelajaran buat kita. Bukannya ibunya Salsa juga sudah meninggal? Kamu tidak perlu menyi