Hari ini Raffa dan Kaila akan mengikat janji suci pernikahan, semua persiapan pernikahan dilakukan oleh orang tua mereka.
Kaila mengenakan gaun berwarna putih sederhana yang dipadupadankan dengan mahkota kecil diatas kepalanya dan juga makeup natural yang membuatnya semakin menawan bak seorang putri.
Begitu pula dengan Raffa, ia mengenakan tuxedo berwarna putih, dan duduk bersampingan dengan Kaila serta berhadapan langsung dengan ayah Kaila, Bram.
Pernikahan mereka diadakan di sebuah ballroom hotel dan sangat private. Bahkan yang hadir diacara ini hanya keluarga inti dari pihak Kaila dan juga Raffa, tidak ada tamu undangan lain seperti kolega bisnis ayah ataupun teman-teman mereka, kecuali Elisa yang mendapatkan undangan khusus dari Kaila.
Awalnya pernikahan ini diusulkan untuk diadakan saja di rumah keluarga Bram, namun mengingat mereka tinggal di perumahan dan mempunyai beberapa tetangga membuat Bram menolak usulan tersebut. Tahu sendirikan bagaimana tingkat kekepoan tetangga, apalagi hal seperti ini. Bisa-bisa Kaila akan mendapatkan banyak cacian dan rumor tidak pantas dari orang sekitarnya.
Kaila hanya bisa tersenyum sepanjang acara, menyembunyikan rasa sedih dihatinya karena ia tahu pernikahan ini sendiri tidak dilandasi rasa cinta dari dua pihak, hanya Kaila yang mencintai disini dalam diamnya, sedangkan Raffa hanya memasang wajah santai dan sesekali tersenyum saat mengobrol dengan keluarga mereka.
Elisa juga tidak bisa berlama-lama menghadiri acara pernikahan teman karibnya itu, akan sangat canggung baginya karena berada di tengah-tengah keluarga Raffa dan juga Kaila yang tidak ia kenal sama sekali.
"Selamat atas pernikahan lo ya La, gue berharap lo bisa bahagia dan Raffa bisa mencintai lo dengan tulus nantinya. Gue berharap yang terbaik buat elo dan juga Raffa, lo juga harus belajar dewasa mulai sekarang Ra, apapun masalah rumah tangga yang akan hadir nantinya lo harus bisa hadapi dengan baik ya La, lo harus sekuat baja supaya bisa bertahan dengan semuanya, oke?" wejangan dari Elisa yang sama sekali belum pernah merasakan pernikahan.
Namun Kaila tetap menganggukkan kepalanya dan menangis terharu karena Elisa selalu mendukungnya dan membantunya dalam menghadapi setiap permasalahan yang hadir dihidupnya.
"Gue bakal selalu inget nasihat lo Sa, makasih ya udah jadi teman terbaik gue."
"Gue yang seharusnya berterima kasih karena diberikan temen sebaik elo La." balas Elisa, ia memeluk erat tubuh Kaila menyalurkan rasa sayangnya.
Raffa datang menghampiri setelah dirinya selesai bicara dengan pamannya, Raffa yang ada disamping Kaila hanya menatap datar kedua perempuan yang tengah berpelukan itu, sampai akhirnya Elisa menyadari jika Raffa tengah menatap kearah mereka berdua.
"Ehh.."
Kaila mengikuti arah tatap Elisa, sama terkejutnya ketika mendapati Raffa tengah menatap ke arahnya, "Udah selesai?" tanya Raffa dan dibalas anggukan oleh Kaila dan juga Elisa.
"Udah dicariin sama suami lo nih, gue pulang dulu ya La, jangan lupa nanti malem siap-siap, bye!" Elisa melambaikan tangannya dan dibalas oleh Kaila.
Elisa pergi, kini Kaila hanya berdiri disamping Raffa tanpa tahu harus berbuat apa. Begitu pula dengan Raffa, ia bingung harus mengatakan dan melakukan apa untuk mencairkan suasana diantara mereka berdua.
"Ehmm... Capek?"
Kaila mendongak menatap Raffa dengan dahi mengkerut. Namun ragu-ragu ia menganggukkan kepalanya.
"Kalau capek istirahat aja."
Kaila menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa ia istirahat di dalam kamar dan meninggalkan keluarga mereka yang masih berkumpul disini? Pikirnya.
"Kenapa? Kan capek, istirahat aja La."
"Enggak Raf, kan masih banyak keluarga disini." Ucap Kaila.
Raffa mengerti, "Ya udah sini duduk sama gue aja, kasian kaki lo kalau berdiri terus."
Raffa menarik tangan Kaila dan mendudukkannya di salah satu kursi dan Raffa ikut duduk disampingnya.
Paman Raffa datang menghampiri keduanya, refleks Raffa memeluk Kaila dari samping dan melingkarkan tangannya di pinggang gadis yang berstatus sebagai istrinya itu.
"Wah.. wah.. udah lengket aja nih, om ucapin selamat ya Raf atas pernikahannya." Ucap om Gunawan.
Kaila menundukkan wajahnya malu sedangkan Raffa hanya tersenyum simpul menanggapi candaan pamannya itu.
"Makasih ya om."
"Om gak nyangka kamu bakalan ngelangkahin om dengan menikah duluan, doain om cepet nyusul ya!" Ucap om Gunawan, ya Gunawan sudah berkepala tiga dengan profesi dokter spesialis namun saking sibuknya Gunawan belum juga mendapatkan jodohnya.
"Iya om, Raffa doain om cepet ketemu sama pujaan hatinya ya om, biar bisa ehem.. ehemm.." canda Raffa dan dibalas kekehan oleh Gunawan.
"Kamu ya Raf, mentang-mentang udah bisa ehem.. ehem.. liat aja nanti om bakalan segera nyusul kamu."
"Iya om."
"Ya udah om mau pamit balik ke rs, ada operasi yang harus om tanganin dua jam lagi, sekali lagi happy wedding buat kalian berdua. Kaila hati-hati ya nanti malam."
"Om...."
Gunawan terkekeh, Kaila hanya tersenyum saja menanggapi ucapan dari pamannya Raffa itu, menurutnya mereka berdua cukup dekat.
Saat tidak ada yang memperhatikan mereka, Raffa melepaskan tangannya yang tadi merangkul Kaila di pinggangnya. Entahlah, Kaila merasa sedih saat Raffa melepaskan tangannya.
"Sayang, bunda cariin ternyata kalian berdua disini." Ucap Devi.
"Ada apa bun?" Tanya Kaila.
"Kalian berdua berfoto dulu yuk." Ajak Anin, ia menggenggam tangan Kaila dan mengajak putra serta menantunya itu naik ke atas pelaminan untuk mengambil foto bersama.
Ternyata ayah Bram dan juga papa Riki sudah berada disana dan tengah berbincang dengan fotographer nya.
"Ayo mari kita abadikan moment bersejarah ini." Ucap Riki.
Raffa dan Kaila berdiri ditengah pelaminan diapit oleh kedua orang tua mereka di kanan dan kiri. Raffa memberikan kode kepada Kaila untuk menggenggam lengannya dan tersenyum lebar.
Ragu-ragu Kaila melingkarkan tangannya di lengan Raffa, mereka mengambil beberapa foto bersama. Bahkan Raffa dan juga Kaila mengambil banyak foto mereka berdua dan itu juga atas permintaan dari mama Anin dan juga bunda Devi yang terlihat sangat antusias.
Di pose terakhir, Raffa dan Kaila diminta untuk saling merangkul satu sama lain, tentu saja Kaila dan Raffa terlihat ragu untuk melakukannya.
Namun Raffa tetap berusaha bersikap biasa saja, ia menarik Kaila hingga membentur dada bidangnya dan melingkarkan tangannya di pinggang Kaila mengikis jarak diantara keduanya.
"Letakin tangan kamu di leher aku La." Ucap Raffa, sedikit bimbang namun Kaila tetap merangkulkan tangannya di leher Raffa.
"Aduh sayang, deketan lagi dong.. gak mesra kalau jauhan gitu." Protes Anin.
Raffa mendekatkan wajahnya dengan wajah Kaila, hidung mancung keduanya pun bersentuhan bahkan Kaila bisa merasakan helaan nafas dari suaminya itu.
Jantung Kaila berdetak dua kali lebih cepat, ia merasa sangat gugup karena bisa melihat Raffa dari jarak sedekat ini apalagi kini tangan Raffa benar-benar mendekapnya dengan erat.
Cekrek.
Foto terakhir selesai diambil dengan baik oleh fotographer tersebut, ia tersenyum puas melihatnya.
Raffa buru-buru menjauhkan wajahnya dan melepaskan tangannya di pinggang Kaila, mereka semakin terlihat canggung satu sama lain karena hal itu.
Kedua orang tua mereka hanya bisa cekikian melihat interaksi diantara keduanya, sangat terlihat dengan jelas jika mereka menikah karena perjodohan namun bukankah itu yang membuatnya menjadi semakin menggemaskan?
Dua insan yang tak saling dekat kini harus saling belajar mencintai satu sama lain karena adanya ikatan pernikahan diantara keduanya.
Dan disaat itulah, interaksi apapun diantara mereka berdua akan terasa sangat menggemaskan
Setelah selesai melaksanakan resepsinya, kini Raffa dan juga Kaila tengah beristirahat di dalam kamar hotel milik mereka.Rencananya besok pagi baik Kaila maupun Raffa akan mulai menempati apartement milik Raffa untuk kedepannya karena Raffa tidak ingin orang tuanya ataupun orang tua Kaila mengawasi mereka terus-menerus.Kaila berdiri tak bergeming, apa yang akan terjadi setelah ini pikirnya. Apa mereka akan melakukan malam pertamanya? Ah Kaila tidak siap untuk itu.Raffa yang lebih dulu merebahkan dirinya di atas ranjang menatap Kaila keheranan."Kenapa masih berdiri?" Tanyanya.Kaila tersentak, "Ah gak ada, em.. gue mau bersihin badan duluan ya."Kaila masuk ke dalam kamar mandi, Raffa kembali merebahkan dirinya. Didalam kamar mandi, Kaila memegang dadanya yang terasa bergemuruh, jantungnya berdetak sangat cepat."Aduh kenapa gue gugup begini?" Gumamnya."Apa Raffa bakalan ngelakuin itu ke gue?" Gumamnya lagi, kini tersirat r
Tak mau pusing, Kaila keluar dari kamar mandi masih memakai pakaiannya tadi malam. Dilihatnya Raffa masih tertidur ddengan pulas, selimut menutupi sampai ke lehernya sepertinya Raffa kedinginan pikirnya.Kaila menatap Raffa yang tertidur dengan tenang, ia tak menyangka akan bisa melihat wajah Raffa dari sedekat ini bahkan sekarang dirinya bisa berstatus sebagai istri dari orang yang selama ini ia kagumi itu.Kaila selalu merasa bahwa dirinya tidak akan mungkin bisa mendapatkan Raffa ataupun cintanya, karena sebesar apapun usaha Kaila selama ini cinta Raffa kepada Celine tidak goyah sedikitpun.Apa mungkin Kaila juga akan mendapatkan cinta Raffa nantinya dengan pernikahan ini? tidak Raffa sudah memperingatinya waktu itu agar tidak jatuh cinta kepada dirinya nanti sebelum semuanya jelas.Kaila tersentak saat bel kamar hotelnya berbunyi, ia berjalan ke arah pintu namun baru beberapa langkah ia kembali membalikkan tubuhnya dan mengambi
"Iya sayang tapi udah gak papa kok, nih kaki aku udah bisa dibuat jalan hehe." Jawab Celine, ia tersenyum dengan cerah.Raffa tersenyum lega, ia asik menemani Celine berbelanja sampai lupa jika ia tadi datang bersama dengan Kaila.Kaila yang tadinya sibuk memilih buah, kini sibuk mencari Raffa kesana kemari, tadi Raffa hanya mengatakan jika ia akan mengambil beberapa kotak susu namun saat Kaila ingin menghampirinya Raffa tidak ada disana."Raffa kemana?" Gumamnya.Langkah kaki Kaila terhenti saat ia melihat dua insan di depan matanya tengah bersama dengan seorang wanita tua."Raffa? Jadi dia sama Celine?" Gumam Kaila, matanya mulai berkaca-kaca melihatnya apalagi saat Raffa sibuk bercengkrama dengan wanita yang Kaila duga adalah mama Celine.Buru-buru Kaila pergi dari sana, ia membayar makanan yang dibelinya di kasir dengan menggunakan kartu atm miliknya.Dan begitu selesai Kaila langsung memesan taksi online dan pergi dari supe
Kaila masuk kedalam walk in closet begitu ia selesai mandi, ia melihat lemari di sekelilingnya lalu membukanya satu per satu untuk melihat-lihat."Wahh..." Ucapnya tak sadar.Kaila melihat ada banyak kaos dan kemeja milik Raffa di lemari sebelah kiri, saat ia membuka lemari disebelah kanan disana berjejer banyak sekali pakaian tidur dari berbagai model untuk dirinya, ada juga baju-baju casual dan gaun-gaun cantik disana.Kaila berjalan ke lemari yang ada diujung, disana ada banyak peralatan make up, perhiasan, tas, sepatu dan aksesoris lainnya untuk dirinya dan juga Raffa.Kaila mengambil salah satu anting emas berbentuk bulan dengan taburan berlian diatasnya."Wahh indah.." gumamnya.Kaila mencoba memakainya, dan benar-benar cantik! Kaila sangat cocok memakai anting tersebut, ia tersenyum senang melihatnya.Kemudian Kaila berjalan mengambil salah satu baju tidur untuk dipakainya.Kaila berjalan keluar dari walk in closet begit
Pagi harinya Kaila bangun sebelum subuh, ia menatap Raffa yang masih terlelap tidur, sebenarnya ia ingin membangunkan Raffa dan mengajaknya untuk melaksanakan sholat berjamaah namun ia ragu untuk membangunkannya."Kalo gue bangunin dia bakalan marah gak ya?" Gumam Kaila."Tapi kalo gak gue bangunin ntar dosa karna gak sholat." Pikirnya lagi.Akhirnya Kaila memutuskan untuk membangunkan Raffa, ia menggoyangkan tubuh Raffa perlahan sembari memanggil namanya."Raff.. bangun Raff..." Kaila menepuk-nepuk pipi Raffa."Raffa bangun udah subuh.."Raffa menggeliatkan tubuhnya pelan, disaat itulah Kaila langsung berdiri dipinggir ranjang sambil memperhatikannya."Kenapa La?" Tanya Raffa dengan suara serak khas bangun tidur."Astaga suara Raffa jadi makin ehemm.. kalo baru bangun gini." Gumam Kaila pelan."Udah mau subuh Raf, ayo sholat berjamaah." Ajak Kaila.Raffa mengeryitkan dahinya, ia sedikit terenyuh karena Kaila memb
Begitu sampai di sekolah Kaila berjalan menuju ke kelasnya tak lama Raffa juga sampai di sekolah dan mengendarai motornya melintas di depan Kaila. Kaila dan Raffa sempat saling berpandangan namun Kaila langsung memalingkan wajahnya yang bersemu merah dan berjalan dengan cepat ke ruang kelasnya.Selama di sekolah keduanya saling tak bertegur sapa, mereka seperti tidak saling mengenal satu sama lain. Raffa terus bersama dengan ketiga temannya atau terkadang ia bersama dengan kekasih tercintanya Celine. Sedangkan Kaila ia hanya bersama dengan Elisa teman baiknya itu.Seperti sekarang Kaila dan Elisa tengah makan berdua di kantin sekolah, mereka duduk tepat bersebrangan dengan Raffa dkk dan juga Celine yang ada disamping kanannya. Elisa terus melirik kearah Kaila berulang kali, terpantri rasa kesal di wajah cantik Kaila walaupun ia berusaha menyembunyikannya dengan baik.Hell, ayolah mana ada teman baik yang tidak mengetahui h
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Kaila langsung turun ke bawah bersama dengan Elisa."Jadi gimana La? Udah ehem ehem belum?" Tanya Elisa berbisik di telinga Kaila.Kaila menundukkan wajahnya malu sambil memukul lengan Elisa yang tertawa karena berhasil menjahili temannya itu."Apaan sih Sa, masih sekolah gak ada begituan." Ucapnya."Oh my! Jadi lo masih suci La?" Tanya Elisa pura-pura kaget.Kaila menganggukkan kepalanya, "Ya iyalah emang gue kaya elo, nih otak lo perlu dicuci deh kebanyakan baca cerita begitu."Elisa terkekeh, "Lo tau aja.."Elisa memang sering membaca cerita bertema dewasa di ponselnya yang seharusnya tidak dibaca oleh anak dibawah 18 tahun, jika Kaila memperingatinya maka Elisa akan berkata, "Tahun depan kita udah legal jadi gak masalah La, sama aja.""Oh iya lo pulang sama siapa La? Naik angkot?" Tanya Elisa."Enggak Sa, Raffa ngajakin pulang bareng dia nunggu di halte bis deket sini sih katanya."
"Mama mau ajak menantu mama buat belanja sayang, bolehkan?" tanya Anin sekali lagi."Ya udah mama ajak aja." ucap Raffa, ia juga bingung kenapa pula mamanya harus izin ke dirinya kenapa tidak langsung mengajak Kailanya saja."Yes! Raffa udah kasih izin. Ayo sayang." Kata Anin dengan semangat."Sebentar ma, Kaila ganti baju dulu." ucapnya, Kaila bangkit dan beranjak ke kamarnya meninggalkan bunda dan mama mertuanya di ruang tengah.Kaila mengganti bajunya sekedarnya saja, ia menggunakan celana jeans ketat berwarna abu rokok dengan atasan crop top dan rambut yang diikat ponytail. Kaila memoleskan sedikit liptint dibibir pink miliknya, memakai maskara dan memakai bedak tabur, selesai dengan tampilan khas seorang anak remaja.Langsung saja Kaila keluar dari kamarnya dengan membawa sling bag berwarna putih, Anin tersenyum melihat menantunya dan Devi hanya bisa tersenyum bangga dengan putrinya yang terlihat semakin cantik berseri."Menantu mama ca
"Hai? boleh gue duduk disini?" tanya seseorang dihadapan Kaila.Kaila mendongakkan kepalanya menatap siapa laki-laki yang menghalangi pandangannya itu dan ia melihat seorang laki-laki tampan dengan senyum manis didepannya.Lupakan, Kaila tidak tergoda. Senyum Raffa lebih indah dari senyum siapapun baginya."Kenapa lo mau duduk disini?" tanya Kaila balik.Laki-laki itu tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan dari Kaila, "Karena gue pengen kenalan sama lo?" ucapnya.Kaila mengernyitkan dahinya hingga berkerut, "Gue gak berminat kenalan sama siapapun." jawabnya ketus.Bukannya marah, laki-laki itu malah memilih duduk di depan Kaila dan meletakkan segelas frappe miliknya."Siapa yang nyuruh lo buat duduk?" tanya Kaila."Gue sendiri!" jawabnya.Kaila berdecak sebal, ia tipe orang yang tidak suka diusik dan senang menyendiri karena itu Kaila merasa sebal jika ada orang yang tidak ia kenal dengan gampangnya mengajaknya bicara seperti yang dilakukan oleh laki-laki didepannya sekarang."Ke
"Sorry, gue takut ada yang liat." jawab Kaila pelan.Raffa menghela nafasnya kasar, setelah itu ia langsung menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah.Saat diperjalanan Raffa fokus menyetir dan Kaila sibuk dengan ponsel miliknya sendiri, membaca novel dengan tenang. Namun tiba-tiba saja, ada telepon masuk dari mamanya.Buru-buru Kaila menjawabnya, "Halo bun...""Assalamualaikum...." salam Devi.Kaila menepuk jidatnya pelan, saking tak sabarnya ia sampai lupa untuk mengucapkan salam kepada bundanya."Waalaikumsalam, bun.." jawab Kaila.Raffa yang tadinya sibuk dengan jalanan yang ada didepannya ikut melirik ke arah Kaila yang tengah menerima telepon dari bundanya.Kaila menatap kearah Raffa saat tahu Raffa seakan bertanya kepadanya."Bunda Devi." jawab Kaila dan Raffa menganggukkan kepalanya."Kalian dimana sayang?" tanya bundanya."Lagi dijalan mah, baru pulang dari sekolah." jawab Kaila.Devi menganggukkan kepalanya mengerti, ia tengah membuat sebuah kue di dapur miliknya karena
Kaila menatap punggung lebar Raffa yang berlalu di depannya, ketiga teman Raffa yang lain ikut berlalu. Kaila hanya menghedikkan bahunya bingung, ia masuk ke dalan kantin juga dan menghampiri Elisa yang tengah menyantap somay dan juga minuman dingin miliknya."Lo gak nungguin gue sih!" protes Kaila, ia duduk di depan Elisa dengan wajah kesal."Eh gue lupa La! hehe.. sorry ya, lo mau makan apa? biar gue aja yang pesenin." ucap Elisa."Serius lo?" tanya Kaila.Elisa menganggukkan kepalanya, "Serius! tapi pake duit lo ya!" katanya sambil tersenyum lebar.Kaila mencebikkan bibirnya namun ia tetap mengeluarkan uang dari dalan dompet miliknya dan memberikannya kepada Elisa."Somay aja kek elo." ucap Kaila.Saat Elisa pergi, Kaila menunggunya sambil bermain ponsel miliknya, saat ia membuka ponselnya ada satu pesan dari Raffa untuknya langsung saja Kaila membacanya."Pulang tunggu diparkiran, jangan kemana-mana "Kaila mengedarkan pandangannya mencari Raffa dan ia menemukan Raffa yang tengah
Kaila masuk ke dalam kelas dengan langkah tertatih, Elisa yang tadinya sibuk dengan liptint miliknya langsung berlari menghampiri Kaila dan tersirat kekhawatiran di wajah cantiknya."Astaga La, elo kenapa?" tanya Elisa khawatir.Elisa membantu Kaila duduk dengan perlahan, padahal Kaila sendiri merasa tidak apa-apa dan tidak merasa sakit."Jawab La, ini dengkul lo trus siku elo dan ini-astaga... bibir lo ini kenapa La?" tanya Elisa, ia memegang sudut bibir Kaila perlahan, masih terlihat bekas luka diujung bibirnya."Gue gak papa Sa, gak papa kok.." jawab Kaila sambil tersenyum manis."La... segini doang kadar persahabatan kita? lo ngerahasiain ini dari gue..." Elisa menatap sendu ke arah Kaila.Kaila menelan salivanya dengan susah payah, ah ayolah Elisa pandai sekali membuat Kaila diam tak berkutik dan akhirnya akan mengatakan segalanya."Elisa..." lirihnya."Kasih tau gue La, kenapa elo bisa kaya gini?" tanya Elisa sekali lagi, rasa khawatirnya tidak surut walau Kaila mengatakan ia ti
Selesai makan, Raffa langsung meminta Kaila untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu sedangkan Raffa mencuci piring dan gelas yang mereka pakai untuk makan tadi.Begitu selesai Raffa langsung menyusul Kaila masuk ke dalam kamarnya, begitu ia membuka pintu kamar terlihat Kaila yang tengah memainkan ponselnya di atas ranjang sambil bersandar di kepala ranjang."Kenapa belum tidur?" tanya Raffa.Kaila mendongakkan kepalanya dan langsung meletakkan ponsel miliknya diatas nakas, Raffa melihat Kaila cukup terkejut dengam suaranya yang tiba-tiba bertanya kepadanya."Belum ngantuk." jawab Kaila."Gak ada tugas?" tanya Raffa lagi, karena setaunya Kaila adalah murid yang pintar dan rajin.Kaila menggelengkan kepalanya, "Enggak, tugas gue udah selesai semua. Lo sendiri emangnya gak ada tugas?" tanya Kaila balik.Raffa mengangkat bahuny acuh, lalu menjatuhkan tubuhnya ke
Raffa berjalan keluar dari kamar, ia mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tengah sembari bermain game di ponselnya.Saat Raffa asik bermain tiba-tiba saja Celine mengirimkannya pesan yang mengatakan jika is merindukan Raffa dan itu membuat Raffa senang bukan main.Langsung saja Raffa membalas pesan yang dikirimkan oleh kekasih tercintanya itu, menyunggingkan senyuman bahagia di wajah tampannya.Saat Raffa tengah asik berbalas pesan dengan Celine, bel apartementnya berbunyi beberapa kali."Ah itu pasti makanannya udah dateng." gumamnya.Raffa membuka pintu apartementnya, terlihat seorang pria berjaket hijau tengah menenteng plastik berisi makanan di tangannya.Raffa mengambil pesanannya dan memberikan beberapa lembar uang kepada bapak yang membawakan makanan yang ia order.Bapak itu itu langsung terkejut dengan uang yang diberikan oleh Raffa, "Maaf mas uangnya berlebih." ucapnya, ia hendak mengembalikan sisa uang Raffa namun Raffa langsu
Kaila masuk ke dalam apartementnya, melepaskan dan meletakkan sepatunya di rak dengan hati-hati. Saat Kaila masuk ke ruang tengah, ia merasakan kesunyian dari apartement itu."Raffa belum pulang?" gumamnya.Kaila berjalan agak tertatih menahan rasa nyeri di lututnya, ia masuk ke dalam kamar dan meletakkan tas sekolahnya lalu duduk di sofa kamar."Udah jam segini, Raffa kemana sih sebenernya?" gumam Kaila lagi, ia merasa agak khawatir karena tidak ada kabar apapun dari Raffa, saat pulang juga Raffa sama sekali tidak menemuinya menemuinya untuk mengatakan sesuatu."Apa Raffa pergi ke cafe lagi?" tebaknya."Oh iya ponsel aku!" Kaila baru teringat jika ponsel miliknya mati kehabisan baterai.Kaila bangkit, mengeluarkan ponselnya dari dalam roknya dan mengisi daya ponselnya. Dan disaat yang bersamaan pintu kamar terbuka, Raffa masuk dengan wajah agak kelelahan."Raffa!" pekiknya.Raffa mendongakkan kepalanya menatap Kail
Raffa dan Celine menghabiskan waktu mereka berdua, mereka pergi ke mall untuk bermain di timezone dan setelahnya mereka pergi untuk menonton bioskop berdua.Sungguh Celine terlihat sangat bahagia, senyuman terus terpantri diwajah cantiknya membuat Raffa lupa akan Kaila dan hanya fokus dengan Celine yang tengah berada disampingnya.Saat pintu teather dibuka, Raffa dan Celine langsung masuk ke dalam dengan Raffa yang memegang secup minuman dingin dan juga popcorn ukuran jumbo sedangkan Celine mencari tempat duduk mereka sesuai dengan yang tertulis di tiket yang mereka beli.Celine dan Raffa terlihat sangat romantis, mereka seperti dua pasangan baru yang masih dimabuk cinta, menonton film dengan senyum merekah dan perlakuan-perlakuan mesra seperti sekarang, Raffa tengah merangkulkan tangannya dibahu Celine, sedangkan Celine menyandarkan kepalanya dibahu Raffa.Sesekali Celine menyuapi Raffa dengan popcorn milik mereka, menonton film dengan wajah serius dan s
Sampai satu jam lamanya Kaila menunggu, berulang kali ia melirik kearah arloji miliknya bergantian menatap ke arah sekolah, menunggu Raffa yang tak kunjung terlihat.Kaila duduk sendirian, tidak ada lagi siswa yang terlihat disana bahkan sangat jarang ada warga ataupun masyarakat yang hanya sekesar melintas di depannya, hanya ada dirinya dan hembusan semilir angin yang menerpa tubuhnya."Raff, lo dimana sih." gumam Kaila.Menghentak-hentakkan kakinya, menunggu sambil menghitung menit hingga menit namun nihil, penantiannya tak kunjung membuahkan hasil hingga Kaila jenuh dengan sendirinya."Raffa lo kemana sih kenapa belum muncul juga?" tanyanya."Apa jangan-jangan Raffa lagi sama Celine?" tebaknya dalam hati.Terlihat wajah Kaila yang langsung terlihat murung, mungkin benar jika Raffa tengah bersama dengan Celine dan melupakan dirinya yang hanya berstatus sebagai istrinya diatas kertas bukan istri yang dicintainya."Eh ada