"Iya sayang tapi udah gak papa kok, nih kaki aku udah bisa dibuat jalan hehe." Jawab Celine, ia tersenyum dengan cerah.
Raffa tersenyum lega, ia asik menemani Celine berbelanja sampai lupa jika ia tadi datang bersama dengan Kaila.
Kaila yang tadinya sibuk memilih buah, kini sibuk mencari Raffa kesana kemari, tadi Raffa hanya mengatakan jika ia akan mengambil beberapa kotak susu namun saat Kaila ingin menghampirinya Raffa tidak ada disana.
"Raffa kemana?" Gumamnya.
Langkah kaki Kaila terhenti saat ia melihat dua insan di depan matanya tengah bersama dengan seorang wanita tua.
"Raffa? Jadi dia sama Celine?" Gumam Kaila, matanya mulai berkaca-kaca melihatnya apalagi saat Raffa sibuk bercengkrama dengan wanita yang Kaila duga adalah mama Celine.
Buru-buru Kaila pergi dari sana, ia membayar makanan yang dibelinya di kasir dengan menggunakan kartu atm miliknya.
Dan begitu selesai Kaila langsung memesan taksi online dan pergi dari supermarket tersebut kembali ke apartement yang kini mulai ia tinggali.
Sepanjang perjalanan Kaila hanya diam, ia sadar jika mereka baru menikah kemarin dan cinta Raffa sepenuhnya pasti masih menjadi milik Celine.
"Lo lupa La, kalo pernikahan lo dengan Raffa karna perjodohan bukan karena cinta." Gumamnya di dalam taksi.
Begitu sampai di apartement, Kaila langsung menaruh belanjaannya diatas meja makan, ia langsung masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya diatas ranjang.
"Hemm.. empuk." Gumamnya.
Kaila menatap langit-langit kamar, matanya berkeliling menatap dinding kamar mereka, ada foto-foto pernikahan mereka yang dipajang disana.
"Ah kenapa sudah ada fotonya? Cepat sekali." Ucap Kaila, padahal baru kemarin ia menikah namun foto pernikahannya sekarang sudah terpajang di dinding kamar mereka.
Ya, difoto tersebut mereka berdua terlihat romantis walau sedikit kaku saat berpose mesra.
"Tau ah, mending gue tidur aja! Kesel tau gak!" Kaila menutup seluruh tubuhnya dengan selimut begitu pula dengan wajahnya.
Tak lama Kaila masuk ke alam mimpinya, menikmati ketenangan sementara yang ia rasakan dan melupakan kesedihannya karena melihat Raffa bersama dengan Celine dan melupakan dirinya!
Raffa yang tengah berbincang dengan mama Celine mendadak diam, 'Astaga Kaila!' batinnya.
Ia baru teringat dengan Kaila begitu melihat seorang gadis yang mirip dengan Kaila tengah berbelanja. Lantas Raffa langsung celingukan mencari keberadaan Kaila.
"Kenapa Raf?" Tanya Celine.
Raffa tersadar bahwa dirinya masih bersama dengan Celine, "Ah gak papa kok."
"Tante, Raffa pulang duluan ya soalnya tadi mama nyuruh Raffa buat cepet balik." Bohongnya.
Mama Celine tersenyum dan menganggukkan kepalanya, ia sangat menyukai Raffa dan hubungan anaknya dengannya, Raffa orang baik begitulah pikirnya.
"Sayang, aku balik duluan ya." Pamitnya pada Celine.
Celine menganggukkan kepalanya, "Iya kamu pulang gih, hati-hati ya! Sampai jumpa besok, dahh!!"
Raffa langsung berkeliling mencari Kaila kesana kemari, ia bahkan sampai berkeliling 3 kali untuk memastikan ulang dimana Kaila berada namun sepertinya gadis itu tidak ada disini pikirnya.
Akhirnya Raffa pulang setelah membayar susu yang ingin dibelinya tadi, tidak bersama dengan Kaila. Sepanjang jalan Raffa terus memikirkan dimana Kaila berada, jika Kaila sudah pulang ke apartement maka ia akan merasa lega namun jika Kaila belum berada di apartement maka habislah Raffa!
Begitu sampai di basement, buru-buru Raffa keluar dan masuk ke dalam lift, ia terus bergerak gelisah karena merasa lift bergerak sangat lambat untuk sampai di lantai unitnya.
"Ck, sial! Kenapa juga gue beli unit dilantai 25 jadi lama." Rutuknya pada dirinya sendiri.
Begitu lift terbuka dengan tidak sabaran Raffa langsung berlari menuju ke pintu apartementnya, mendekatkan kartu aksesnya dan masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa.
Raffa berjalan ke dapur untuk menaruh belanjaan ditangannya dan matanya menangkap beberapa bungkus plastik yang ada diatas meja makan.
"Fyuhh.. dia udah pulang ternyata!" Ucap Raffa lega.
Raffa berjalan ke arah kamar, dan matanya melihat Kaila tengah tertidur dengan pulasnya diatas ranjang. Raffa yang merasa kelelahan ikut merebahkan dirinya diatas ranjang empuk miliknya itu dengan perlahan agar tak mengusik Kaila yang tengah tertidur.
Raffa membaringkan tubuhnya menghadap ke arah Kaila, menyentuh anak rambutnya dengan lembut sambil menatap matanya.
Tak lama Raffa ikut mengantuk, ia tertidur di sebelah Kaila dengan memeluk istrinya itu. Nyaman sekali begitulah yang dirasakan oleh kedua pengantin baru tersebut.
Raffa selama ini tidur hanya berpeluk dengan guling diranjangnya namun hari ini ia bisa memeluk guling yang lebih nyaman daripada yang biasa ia peluk, istrinya! Sepertinya Raffa akan kecanduan untuk memeluk Kaila nanti.
Begitu pula dengan Kaila, ia merasa sangat nyaman saat merasakan ada yang memeluknya. Ia bahkan membalas pelukan tersebut karena Kaila berpikir bahwa ini adalah bagian dari mimpi indahnya.
Anin dan juga Riki kini tengah berdiri di depan pintu apartement anaknya, mereka saling melempar pandangan sebelum akhirnya memencet bel.
Namun baik Raffa dan juga Kaila tak kunjung membukakan pintu untuk mereka berdua.
"Anak sama menantu kita kemana ya pah?" Tanya Anin.
Riki menghedikkan bahunya tak tahu, "Coba mama pencet lagi belnya mungkin mereka tadi gak denger."
Anin memencet kembali bel unit mereka namun tak kunjung ada yang membukakan pintu untuk keduanya.
"Apa mereka lagi pergi ya pah?" Tanya Anin.
Mereka berdua datang untuk mengantarkan makanan untuk anak dan menantunya karena khawatir Kaila dan Raffa kecapekan dan tak sempat menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
"Papa ambil kartu akses di bawah ya ma, mama tunggu disini!" Ucap Riki.
Anin menganggukkan kepalanya, karena tujuan mereka hanya memberikan makanan dan pulang, mereka tidak ingin mengganggu waktu indah anak dan menantunya itu.
10 menit kemudian Riki sudah kembali, ia langsung membuka pintu apartement anaknya itu dan masuk bersama istrinya.
Anin menaruh makanannya di atas meja, ia melihat ada banyak plastik berisi bahan-bahan masakan dan makanan didalamnya.
"Kayanya mereka abis belanja pah." Kata Anin.
Riki mengangguk, ia dan Anin tersenyum senang karena sepertinya anak dan menantunya itu sudah akur.
Anin dan Riki berjalan hendak keluar namun mata Anin melihat pintu kamar anaknya yang sedikit terbuka.
Karena kepo, akhirnya Anin mengajak Riki untuk melihat ke kamar anaknya itu dan betapa senangnya mereka berdua saat melihat anak dan menantunya tengah tertidur dengan saling berpelukan.
"Pah, kayanya sebentar lagi kita bakalan punya cucu." Ucap Anin girang.
Riki tersenyum menanggapinya, "Kita pulang aja sekarang mah, gak enak ganggu mereka berdua nanti." Ucap Riki.
Anin mengangguk, mereka berdua keluar dari kamar anaknya dan meninggalkan keheningan di unit apartement tersebut.
Hanya ada kehangatan dan kenyamanan yang menyelimuti kedua pasangan yang tengah tertidur dengan nyaman di atas ranjang.
Sampai sore menjelang baik Raffa maupun Kaila masih sibuk dengan alam mimpinya masing-masing.
Kaila menggeliatkan badannya, ia membuka matanya saat menyadari ada tangan kekar yang melingkar di pinggang rampingnya.
Kaila mengerjapkan matanya lalu membukanya perlahan, dilihatnya ruang kamar mereka gelap, tanda matahari sudah tenggelam tergantikan oleh rembulan.
"Engghh..." Kaila berusaha melepaskan tangan yang ada dipinggangnya perlahan.
Saat berhasil lepas, ia langsung turun dari atas ranjang dan menyalakan lampu kamar serta menutup gorden.
Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Raffa yang kini tengah terduduk di atas ranjang sambil mengucek-ngucek kedua matanya.
"Udah malem ya?" Tanya Raffa dengan tenang.
Sedangkan Kaila masih bengong dan terpaku di tempatnya, apa gue baru aja tidur sambil pelukan sama Raffa? Batinnya.
Kaila masuk kedalam walk in closet begitu ia selesai mandi, ia melihat lemari di sekelilingnya lalu membukanya satu per satu untuk melihat-lihat."Wahh..." Ucapnya tak sadar.Kaila melihat ada banyak kaos dan kemeja milik Raffa di lemari sebelah kiri, saat ia membuka lemari disebelah kanan disana berjejer banyak sekali pakaian tidur dari berbagai model untuk dirinya, ada juga baju-baju casual dan gaun-gaun cantik disana.Kaila berjalan ke lemari yang ada diujung, disana ada banyak peralatan make up, perhiasan, tas, sepatu dan aksesoris lainnya untuk dirinya dan juga Raffa.Kaila mengambil salah satu anting emas berbentuk bulan dengan taburan berlian diatasnya."Wahh indah.." gumamnya.Kaila mencoba memakainya, dan benar-benar cantik! Kaila sangat cocok memakai anting tersebut, ia tersenyum senang melihatnya.Kemudian Kaila berjalan mengambil salah satu baju tidur untuk dipakainya.Kaila berjalan keluar dari walk in closet begit
Pagi harinya Kaila bangun sebelum subuh, ia menatap Raffa yang masih terlelap tidur, sebenarnya ia ingin membangunkan Raffa dan mengajaknya untuk melaksanakan sholat berjamaah namun ia ragu untuk membangunkannya."Kalo gue bangunin dia bakalan marah gak ya?" Gumam Kaila."Tapi kalo gak gue bangunin ntar dosa karna gak sholat." Pikirnya lagi.Akhirnya Kaila memutuskan untuk membangunkan Raffa, ia menggoyangkan tubuh Raffa perlahan sembari memanggil namanya."Raff.. bangun Raff..." Kaila menepuk-nepuk pipi Raffa."Raffa bangun udah subuh.."Raffa menggeliatkan tubuhnya pelan, disaat itulah Kaila langsung berdiri dipinggir ranjang sambil memperhatikannya."Kenapa La?" Tanya Raffa dengan suara serak khas bangun tidur."Astaga suara Raffa jadi makin ehemm.. kalo baru bangun gini." Gumam Kaila pelan."Udah mau subuh Raf, ayo sholat berjamaah." Ajak Kaila.Raffa mengeryitkan dahinya, ia sedikit terenyuh karena Kaila memb
Begitu sampai di sekolah Kaila berjalan menuju ke kelasnya tak lama Raffa juga sampai di sekolah dan mengendarai motornya melintas di depan Kaila. Kaila dan Raffa sempat saling berpandangan namun Kaila langsung memalingkan wajahnya yang bersemu merah dan berjalan dengan cepat ke ruang kelasnya.Selama di sekolah keduanya saling tak bertegur sapa, mereka seperti tidak saling mengenal satu sama lain. Raffa terus bersama dengan ketiga temannya atau terkadang ia bersama dengan kekasih tercintanya Celine. Sedangkan Kaila ia hanya bersama dengan Elisa teman baiknya itu.Seperti sekarang Kaila dan Elisa tengah makan berdua di kantin sekolah, mereka duduk tepat bersebrangan dengan Raffa dkk dan juga Celine yang ada disamping kanannya. Elisa terus melirik kearah Kaila berulang kali, terpantri rasa kesal di wajah cantik Kaila walaupun ia berusaha menyembunyikannya dengan baik.Hell, ayolah mana ada teman baik yang tidak mengetahui h
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Kaila langsung turun ke bawah bersama dengan Elisa."Jadi gimana La? Udah ehem ehem belum?" Tanya Elisa berbisik di telinga Kaila.Kaila menundukkan wajahnya malu sambil memukul lengan Elisa yang tertawa karena berhasil menjahili temannya itu."Apaan sih Sa, masih sekolah gak ada begituan." Ucapnya."Oh my! Jadi lo masih suci La?" Tanya Elisa pura-pura kaget.Kaila menganggukkan kepalanya, "Ya iyalah emang gue kaya elo, nih otak lo perlu dicuci deh kebanyakan baca cerita begitu."Elisa terkekeh, "Lo tau aja.."Elisa memang sering membaca cerita bertema dewasa di ponselnya yang seharusnya tidak dibaca oleh anak dibawah 18 tahun, jika Kaila memperingatinya maka Elisa akan berkata, "Tahun depan kita udah legal jadi gak masalah La, sama aja.""Oh iya lo pulang sama siapa La? Naik angkot?" Tanya Elisa."Enggak Sa, Raffa ngajakin pulang bareng dia nunggu di halte bis deket sini sih katanya."
"Mama mau ajak menantu mama buat belanja sayang, bolehkan?" tanya Anin sekali lagi."Ya udah mama ajak aja." ucap Raffa, ia juga bingung kenapa pula mamanya harus izin ke dirinya kenapa tidak langsung mengajak Kailanya saja."Yes! Raffa udah kasih izin. Ayo sayang." Kata Anin dengan semangat."Sebentar ma, Kaila ganti baju dulu." ucapnya, Kaila bangkit dan beranjak ke kamarnya meninggalkan bunda dan mama mertuanya di ruang tengah.Kaila mengganti bajunya sekedarnya saja, ia menggunakan celana jeans ketat berwarna abu rokok dengan atasan crop top dan rambut yang diikat ponytail. Kaila memoleskan sedikit liptint dibibir pink miliknya, memakai maskara dan memakai bedak tabur, selesai dengan tampilan khas seorang anak remaja.Langsung saja Kaila keluar dari kamarnya dengan membawa sling bag berwarna putih, Anin tersenyum melihat menantunya dan Devi hanya bisa tersenyum bangga dengan putrinya yang terlihat semakin cantik berseri."Menantu mama ca
Lampu ruangan secara otomatis menyala saat sensornya mendeteksi Kaila yang berada disana, Kaila masuk ke dalam kamar meletakkan barang belanjaannya di walk in closet dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Kaila mengambil mukenahnya, jam sudah menunjukkan waktu untuk melaksanakan sholat isya jadi ia harus segera menunaikannya, saat magrib tadi ia melaksanakan sholat bersama dengan bunda Devi dan mama Anin di mushola mall.Begitu selesai Kaila merebahkan dirinya sejenak diatas ranjang, memijat ringan di betisnya yang terasa sakit dan pegal. Tak lama terdengar pintu apartement terbuka dan muncul Raffa dari balik pintu, ia baru kembali pukul 7 malam."Baru pulang Raff?" tanya Kaila, ia menyalimi tangan suaminya."Iya tadi ada beberapa hal yang harus gue fix kan di cafe." jawabnya."Lo balik jam berapa?" tanya Raffa, dengan santainya ia membuka kaosnya di depan Kaila."AAAAA! RAFFA!" Jeritnya sambil menutup kedua mata
Raffa masuk ke dalam kamar setelah selesai bermain ps, bermain sendiri sangat tidak asyik bagi Raffa karena selama ini jika dirinya ingin bermain ia tinggal menelpon salah satu temannya tapi sekarang Raffa tidak bisa melakukannya lagi, ada Kaila dan statusnya yang harus ia sembunyikan dari semua teman-temannya.Begitu masuk ke dalam kamar, ia mendapati Kaila sudah tertidur dan yang membuat Raffa mendengus adalah karena Kaila tidur di sofa bukan di ranjang mereka."Ngapain sih dia tidur disitu, kan ga enak sakit."Raffa berjalan mendekati Kaila, saat dirinya hendak membopong Kaila untuk tidur diatas ranjang tiba-tiba saja Kaila terbangun."AAAAAAAAA!!! Mau ngapain?" tanya Kaila saat melihat wajah Raffa yang begitu dekat dengannya."Kenapa kaget begitu?" tanya Raffa."Lo ke-kenapa disini? juga ja-jangan deket-deket begitu sama gue." ucap Kaila, ia memundurkan tubuhnya."Kenapa lo gugup begitu La?" tanya Raffa sambil te
Pagi ini Kaila bangun lebih pagi seperti biasanya, bedanya pagi ini ia sudah mandi walaupun jam baru menunjukkan pukul 4 pagi. Kaila menatap Raffa yang masih tertidur diatas ranjang, semalaman bahkan sampai pagi tadi Raffa masih memeluknya saat tertidur.Ahh pipi Kaila jadi merona saat mengingatnya, apalagi perkataan Raffa kemarin malam sebelum tidur."Semoga aja Raffa bisa tepatin janjinya buat mutusin hubungannya dengan Celine." ucap Kaila lirih.Kaila beringsut duduk dipinggiran ranjang, menggoyangkan tubuh Raffa perlahan. "Raffa bangun, kita sholat subuh." ajak Kaila.Raffa menggeliatkan tubuhnya, matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu kamar yang menerpa retinanya. "Peluk?" pinta Raffa."Hah? ada-ada aja deh Raf, udah bangun cepetan." tolak Kaila.Tapi Raffa tidak mau tahu, ia langsung menarik tangan Kaila dan memeluk tubuhnya, menyeruakkan wajahnya ke ceru
"Hai? boleh gue duduk disini?" tanya seseorang dihadapan Kaila.Kaila mendongakkan kepalanya menatap siapa laki-laki yang menghalangi pandangannya itu dan ia melihat seorang laki-laki tampan dengan senyum manis didepannya.Lupakan, Kaila tidak tergoda. Senyum Raffa lebih indah dari senyum siapapun baginya."Kenapa lo mau duduk disini?" tanya Kaila balik.Laki-laki itu tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan dari Kaila, "Karena gue pengen kenalan sama lo?" ucapnya.Kaila mengernyitkan dahinya hingga berkerut, "Gue gak berminat kenalan sama siapapun." jawabnya ketus.Bukannya marah, laki-laki itu malah memilih duduk di depan Kaila dan meletakkan segelas frappe miliknya."Siapa yang nyuruh lo buat duduk?" tanya Kaila."Gue sendiri!" jawabnya.Kaila berdecak sebal, ia tipe orang yang tidak suka diusik dan senang menyendiri karena itu Kaila merasa sebal jika ada orang yang tidak ia kenal dengan gampangnya mengajaknya bicara seperti yang dilakukan oleh laki-laki didepannya sekarang."Ke
"Sorry, gue takut ada yang liat." jawab Kaila pelan.Raffa menghela nafasnya kasar, setelah itu ia langsung menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah.Saat diperjalanan Raffa fokus menyetir dan Kaila sibuk dengan ponsel miliknya sendiri, membaca novel dengan tenang. Namun tiba-tiba saja, ada telepon masuk dari mamanya.Buru-buru Kaila menjawabnya, "Halo bun...""Assalamualaikum...." salam Devi.Kaila menepuk jidatnya pelan, saking tak sabarnya ia sampai lupa untuk mengucapkan salam kepada bundanya."Waalaikumsalam, bun.." jawab Kaila.Raffa yang tadinya sibuk dengan jalanan yang ada didepannya ikut melirik ke arah Kaila yang tengah menerima telepon dari bundanya.Kaila menatap kearah Raffa saat tahu Raffa seakan bertanya kepadanya."Bunda Devi." jawab Kaila dan Raffa menganggukkan kepalanya."Kalian dimana sayang?" tanya bundanya."Lagi dijalan mah, baru pulang dari sekolah." jawab Kaila.Devi menganggukkan kepalanya mengerti, ia tengah membuat sebuah kue di dapur miliknya karena
Kaila menatap punggung lebar Raffa yang berlalu di depannya, ketiga teman Raffa yang lain ikut berlalu. Kaila hanya menghedikkan bahunya bingung, ia masuk ke dalan kantin juga dan menghampiri Elisa yang tengah menyantap somay dan juga minuman dingin miliknya."Lo gak nungguin gue sih!" protes Kaila, ia duduk di depan Elisa dengan wajah kesal."Eh gue lupa La! hehe.. sorry ya, lo mau makan apa? biar gue aja yang pesenin." ucap Elisa."Serius lo?" tanya Kaila.Elisa menganggukkan kepalanya, "Serius! tapi pake duit lo ya!" katanya sambil tersenyum lebar.Kaila mencebikkan bibirnya namun ia tetap mengeluarkan uang dari dalan dompet miliknya dan memberikannya kepada Elisa."Somay aja kek elo." ucap Kaila.Saat Elisa pergi, Kaila menunggunya sambil bermain ponsel miliknya, saat ia membuka ponselnya ada satu pesan dari Raffa untuknya langsung saja Kaila membacanya."Pulang tunggu diparkiran, jangan kemana-mana "Kaila mengedarkan pandangannya mencari Raffa dan ia menemukan Raffa yang tengah
Kaila masuk ke dalam kelas dengan langkah tertatih, Elisa yang tadinya sibuk dengan liptint miliknya langsung berlari menghampiri Kaila dan tersirat kekhawatiran di wajah cantiknya."Astaga La, elo kenapa?" tanya Elisa khawatir.Elisa membantu Kaila duduk dengan perlahan, padahal Kaila sendiri merasa tidak apa-apa dan tidak merasa sakit."Jawab La, ini dengkul lo trus siku elo dan ini-astaga... bibir lo ini kenapa La?" tanya Elisa, ia memegang sudut bibir Kaila perlahan, masih terlihat bekas luka diujung bibirnya."Gue gak papa Sa, gak papa kok.." jawab Kaila sambil tersenyum manis."La... segini doang kadar persahabatan kita? lo ngerahasiain ini dari gue..." Elisa menatap sendu ke arah Kaila.Kaila menelan salivanya dengan susah payah, ah ayolah Elisa pandai sekali membuat Kaila diam tak berkutik dan akhirnya akan mengatakan segalanya."Elisa..." lirihnya."Kasih tau gue La, kenapa elo bisa kaya gini?" tanya Elisa sekali lagi, rasa khawatirnya tidak surut walau Kaila mengatakan ia ti
Selesai makan, Raffa langsung meminta Kaila untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu sedangkan Raffa mencuci piring dan gelas yang mereka pakai untuk makan tadi.Begitu selesai Raffa langsung menyusul Kaila masuk ke dalam kamarnya, begitu ia membuka pintu kamar terlihat Kaila yang tengah memainkan ponselnya di atas ranjang sambil bersandar di kepala ranjang."Kenapa belum tidur?" tanya Raffa.Kaila mendongakkan kepalanya dan langsung meletakkan ponsel miliknya diatas nakas, Raffa melihat Kaila cukup terkejut dengam suaranya yang tiba-tiba bertanya kepadanya."Belum ngantuk." jawab Kaila."Gak ada tugas?" tanya Raffa lagi, karena setaunya Kaila adalah murid yang pintar dan rajin.Kaila menggelengkan kepalanya, "Enggak, tugas gue udah selesai semua. Lo sendiri emangnya gak ada tugas?" tanya Kaila balik.Raffa mengangkat bahuny acuh, lalu menjatuhkan tubuhnya ke
Raffa berjalan keluar dari kamar, ia mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tengah sembari bermain game di ponselnya.Saat Raffa asik bermain tiba-tiba saja Celine mengirimkannya pesan yang mengatakan jika is merindukan Raffa dan itu membuat Raffa senang bukan main.Langsung saja Raffa membalas pesan yang dikirimkan oleh kekasih tercintanya itu, menyunggingkan senyuman bahagia di wajah tampannya.Saat Raffa tengah asik berbalas pesan dengan Celine, bel apartementnya berbunyi beberapa kali."Ah itu pasti makanannya udah dateng." gumamnya.Raffa membuka pintu apartementnya, terlihat seorang pria berjaket hijau tengah menenteng plastik berisi makanan di tangannya.Raffa mengambil pesanannya dan memberikan beberapa lembar uang kepada bapak yang membawakan makanan yang ia order.Bapak itu itu langsung terkejut dengan uang yang diberikan oleh Raffa, "Maaf mas uangnya berlebih." ucapnya, ia hendak mengembalikan sisa uang Raffa namun Raffa langsu
Kaila masuk ke dalam apartementnya, melepaskan dan meletakkan sepatunya di rak dengan hati-hati. Saat Kaila masuk ke ruang tengah, ia merasakan kesunyian dari apartement itu."Raffa belum pulang?" gumamnya.Kaila berjalan agak tertatih menahan rasa nyeri di lututnya, ia masuk ke dalam kamar dan meletakkan tas sekolahnya lalu duduk di sofa kamar."Udah jam segini, Raffa kemana sih sebenernya?" gumam Kaila lagi, ia merasa agak khawatir karena tidak ada kabar apapun dari Raffa, saat pulang juga Raffa sama sekali tidak menemuinya menemuinya untuk mengatakan sesuatu."Apa Raffa pergi ke cafe lagi?" tebaknya."Oh iya ponsel aku!" Kaila baru teringat jika ponsel miliknya mati kehabisan baterai.Kaila bangkit, mengeluarkan ponselnya dari dalam roknya dan mengisi daya ponselnya. Dan disaat yang bersamaan pintu kamar terbuka, Raffa masuk dengan wajah agak kelelahan."Raffa!" pekiknya.Raffa mendongakkan kepalanya menatap Kail
Raffa dan Celine menghabiskan waktu mereka berdua, mereka pergi ke mall untuk bermain di timezone dan setelahnya mereka pergi untuk menonton bioskop berdua.Sungguh Celine terlihat sangat bahagia, senyuman terus terpantri diwajah cantiknya membuat Raffa lupa akan Kaila dan hanya fokus dengan Celine yang tengah berada disampingnya.Saat pintu teather dibuka, Raffa dan Celine langsung masuk ke dalam dengan Raffa yang memegang secup minuman dingin dan juga popcorn ukuran jumbo sedangkan Celine mencari tempat duduk mereka sesuai dengan yang tertulis di tiket yang mereka beli.Celine dan Raffa terlihat sangat romantis, mereka seperti dua pasangan baru yang masih dimabuk cinta, menonton film dengan senyum merekah dan perlakuan-perlakuan mesra seperti sekarang, Raffa tengah merangkulkan tangannya dibahu Celine, sedangkan Celine menyandarkan kepalanya dibahu Raffa.Sesekali Celine menyuapi Raffa dengan popcorn milik mereka, menonton film dengan wajah serius dan s
Sampai satu jam lamanya Kaila menunggu, berulang kali ia melirik kearah arloji miliknya bergantian menatap ke arah sekolah, menunggu Raffa yang tak kunjung terlihat.Kaila duduk sendirian, tidak ada lagi siswa yang terlihat disana bahkan sangat jarang ada warga ataupun masyarakat yang hanya sekesar melintas di depannya, hanya ada dirinya dan hembusan semilir angin yang menerpa tubuhnya."Raff, lo dimana sih." gumam Kaila.Menghentak-hentakkan kakinya, menunggu sambil menghitung menit hingga menit namun nihil, penantiannya tak kunjung membuahkan hasil hingga Kaila jenuh dengan sendirinya."Raffa lo kemana sih kenapa belum muncul juga?" tanyanya."Apa jangan-jangan Raffa lagi sama Celine?" tebaknya dalam hati.Terlihat wajah Kaila yang langsung terlihat murung, mungkin benar jika Raffa tengah bersama dengan Celine dan melupakan dirinya yang hanya berstatus sebagai istrinya diatas kertas bukan istri yang dicintainya."Eh ada