El kembali ke apartemen diletakan sepatu yang dipakainya di rak sepatu, lalu ia menyalakan lampu sebagai penerangan. Saat El ingin beristirahat ia pun mengurungkan niatnya, karena ingin menjalankan rencananya untuk mendekati Marko.
Dengan tubuh yang letih dia memasuki dapur, berniat ingin membuat masakan yang nantinya akan diberikan pada Marko. "Ah, aku mau masak apa ya untuk dia?" tanya El pada diri sendiri. Dia membuka lemari pendingin yang katanya sudah diisi makanan oleh Reta. Namun, dia hanya melihat telor, sayuran dan banyak makanan instan." katanya punya restoran, tapi ngisi kulkasku cuma begini doang!" El langsung memakai celemek dan menyalakan kompor, lalu menaruh penggorengan di atas kompor dan diberikan minyak yang cukup banyak. Dengan gaya seperti chef dia memecahkan telor, tak selang waktu lama dia berteriak, "Hai ... telor aku perintahkan kau berhenti jangan melukaiku. Aku bisa membawamu ke pengadilan."Saat dia berperang dengan telor di atas penggorengan, ponselnya berbunyi dilihat telepon dari Reta. "Hallo Reta, ini telur jenis apa yang kau bawa? dia mengajakku berperang?" tanya El. "Telor ayam, maksud kau ngajak perang?" tanya Reta. Terdengar bunyi letupan-letupan."Hai ... Apa yang sedang kau lakukan? apa kau sedang menggoreng telor? buruan matikan kompornya." perintah Reta El langsung mematikan kompornya dan dilihat telor sudah gosong. "Ah ... tadi ngajak perang dan sekarang kau memakai coklat!" ucap El yang terlihat sangat kesal. "Gadis bodoh, pantas saja kau gak bisa dapat suami masak aja gak bisa. Gak salah aku isi kulkas kau dengan makanan instan," ucap Reta "Hai, jangan sombong Anda. Anda saja bisa masak dan punya restoran masih diselingkuhi!" hardik El."Apa Anda sekarang sedang mengajak saya berantem?""Tidak. Lebih baik kau menolongku, kasih tahu bagaimana cara memasak mie instan?" tanya El."Hallo ... Felysia Ines Lateshia, kau tidak bisa masak mie instan? apa kata dunia mafia?""Hai ... tidak ada hubungannya dengan dunia itu, cepat kasih tahu." pinta El "Sekarang kau ambil mie instan dan kau lihat baik-baik di sana. Di kemasan mie itu sudah ada cara untuk membuatnya." ucap Reta yang mulai geram dengan sahabatnya."Ow ya ... Kenapa aku bodoh sekali ya!" gerutu El pada diri sendiri yang mendapatkan sambutan tawa dari Reta. "Untung kau sahabatku kalau tidak ...." Telepon dimatikan El secara sepihak, "Dasar gadis bodoh aku belum selesai bicara." teriak Reta yang kini dilihat para pengunjung restoran. Reta pun membungkukkan tubuhnya meminta maaf karena sudah mengganggu.****Di apartemen, El sudah siap dengan semangkuk mie instan lalu dengan bangganya membawa mie instan itu keluar untuk diberikan pada Marko. El memencet bel apartemen Marko. Namun, tidak ada sahutan dari dalam. El melirik jam yang melingkar di tanggannya yang menunjukan pukul 21.00 waktu London. "Apa dia belum pulang ya?" tanya El. El pun menunggu Marko hingga sekarang pukul 23.00 waktu London. Mie yang tadi dia masak kini sudah dingin dan mulai mengembang dengan sempurna. El mulai memutar otaknya bagaimana cara agar bisa dekat dengan Marko. El baru ingat jika Marko adalah ketua dari dokter bedah di rumah sakit Victoria dan wakilnya adalah Alberto."Kenapa aku tidak minta nomornya pada kakak, El... Otakmu yang pintarnya maksimal mulai tidak bekerja gara-gara laki-laki kayak beruang kutub itu." ****Di dalam bangunan tua nampak beberapa orang dengan berpakaian serba hitam dengan berlambang tengkorak putih kini sedang menjalankan pelatihan. Marko dan Rain terus mengawasi anak buahnya malam ini pelatihan menembak dan cara mengobati luka. Jumlah anak buah yang sekarang ikut pelatihan tidak terlalu banyak karena pelatihan ini untuk anggota baru. Meskipun anggota baru Marko dan Rain tidak segan-segan untuk bertindak keras. "Baik aturan main dalam pelatihan ini, tiga orang pertama yeng menyelesaikan menembak dan mengobati luka akan terbebas dari penalti. Dan penalti-nya adalah di kurangi hari libur untuk libur tahun baru. Jadi kalau peringkat empat, di kurangi sehari. Peringkat lima, di kurangi 2 hari dan seterusnya." jelas Rain Semua langsung lanjut mempersiapkan diri masing-masing karena ingin mendapatkan libur setelah 2 bulan mereka menjalani pelatihan. Saat Marko kesal karena melihat anak buahnya yang tidak pecus menembak setelah tiga kali mencoba. Marko mendapatnya pesan lewat wechat"Hallo dokter Al, ini saya El apa malam ini Anda tidak pulang?" Isi pesan WeChat Marko yang membaca pesan itu tidak terlalu memberi respon, tapi lama kelamaan pesan yang masuk semakin banyak ada sekitar 40 pesan. Yang salah satu bunyi pesen itu. "Woy, beruang kutub dasar bajingan. Balas pesanku." "Sial gadis ini mulai berani mengumpat." ucap Marko, yang mendapatkan perhatian dari Rain dan yang lainnya."Bos apa Anda tidak papa?" tanya Rain. "Sepertinya bos sudah punya pasangan." celetuk salah satu anak buah Marko "Apa kalian suka bergosip, sekarang kalian lari 10x putaran." perintah Marko yang mendapatkan penolakan."Baiklah jika kalian tidak mau, saya akan menambah 10x lagi." ancam Marko, anak buah Marko langsung berlari memutari gedung tua."Dan kau Rain, ambil kartu ini tarik uang tunai bagikan pada mereka dan beli makan malam." perintah Marko"Siap bos," teriak Rain sambil mengangkat tangannya seperti orang sedang berhormat."Satu lagi apa kau tahu caranya memblokir wechat seseorang," tanya Marko dengan malu-malu. "Bos pintar tapi gaptek dalam teknologi." gumam Rain yang samar-sama terdengar oleh Marko."Apa kau bilang?" "Tidak bos," jawab Rain lalu mengajari Marko cara membloki WeChat Sementara di apartemen kini El mengutuki dirinya sendiri yang dengan kasar mengirim pesan pada Marko dan mie instan yang tadi sudah dingin kini tinggal mangkoknya saja. Lalu dia melihat pesan WeChat dan ingin mengirim pesan kembali tetapi pesannya kini menjadi tanda silang."Sial ... dia memblokir wechat ku. Dasar beruang kutup." teriak El.Hampir menjelang pagi Marko baru pulang dari markas dengan mengendarai motor sport miliknya. Namun, diperjalanan dia dihadang beberapa kelompok gangster. Marko mengamati kelompok itu dari mana asal usulnya namun sepertinya kelompok baru yang dia temui. "Hallo anak kecil, bagaimana keadaanmu?" tanya ketua kelompok yang tak mendapat jawaban dari Marko. "Wow ... anak tuan Salamo kini sudah dewasa dan begitu berani," ucapnya lagi, kini mereka mendapat tatapan tajam dari Marko.Tanpa basa basi Marko langsung mengeluarkan senjatanya dibidiknya senjata itu ke arah salah satu orang yang menghadangnya. "Ini baru namanya berani tidak hanya dengan omong kosong," ucap Marko langsung menyerang. 15 menit baku hantam di jalanan itu terjadi meski 10 lawan 1, Marko tidak gentar menghadapinya. Pada akhirnya, mereka kabur semua karena mendengar suara sirene polisi ."Sial aku tidak bisa mengenali mereka, apa jangan-jangan mereka gangster 20 tahun lalu," gumam Marko lalu menyalakan motor dan pergi karena tidak ingin berurusan dengan polisi.Marko telah sampai di apartemennya. Setelah kejadian tadi dia merasa lelah dan langsung istirahat. Beberapa saat dia ingin memejamkan matanya, tapi dia tidak dapat tidur. Marko mendengar ada suara ketukan pintu dilihatnya jam di dinding pukul 04.45 waktu London. "Siapa lagi yang datang dijam segini!" kesal Marko, dengan langkah gontai sambil menahan emosinya Marko turun dari ranjang. Sedangkan diluar pintu. Tok... tok... tok...tok. El terus mengetuk ngetuk pintu Marko, tanpa jeda selain ketukan pintu dia juga terus memencet bel apartemen Marko. Beruntung apartemen dilantai itu hanya ada 2 pintu sehingga tidak mengganggu yang lain. "Hai ... beruang kutub buka pintu." teriak El "Saya masih belum menyerah untuk minta kerjasama dengan Anda jadi tolong buka," sambung El masih dengan mengetuk pintu. Marko pun mengabaikan suara El yang sedang berteriak. Namun, semakin dia mengabaikan suara itu, makin membuat gendang te
Disebuah kamar kini terlihat wanita dan laki-laki itu sedang tidur dalam satu ranjang, tubuh laki-laki itu tidak memakai sehelai benang sedangkan sang wanita hanya memakai teng top. Tangan kekar sang laki-laki dengan tato ular kini mulai memasukan tangannya ke baju wanita yang tanpa pelindung. "Sayang bagaimana tidurmu nyenyak?" Laki-laki itu terus menelusuri bagian payudara sang wanita. Perlahan meremasnya, lalu menaikan teng top wanita itu, setelah terpampang dua gunung milik wanita itu yang indah dia mulai mengulum dan menyesap hingga wanita itu mengeluarkan suara Aah ... emm ... ah ... Membuat sang laki-laki lebih buas. Dengan suara terbata-bata wanita itu menjawab, "Karenamu aku bisa tidur nyenyak sayang ah ... Em ...." Kini sang laki-laki memindahkan kepalanya ke bagian atas wanita itu, mata mereka saling bertemu. Laki-laki itu kini bermain di bibir mungil sang wanita. Setelah berciuman sampai tidak bisa bernafas kini ciuma
Apa kau ingin membunuhku? kau mengobati lukaku seperti sedang bertemu dengan musuh mu saja. Teriakan Marko menggema di dalam ruangan itu. El bukannya kasian dengan Marko dia terus menekan-nekan luka itu dengan kuat hingga nanah didalam keluar. "Bukannya pengobatan seperti ini akan lebih cepat sembuhnya?" tanya El Marko hanya diam, memang dari kemarin saat lukanya kembali terbuka dia hanya membersihkan dan memberi salep saja tanpa melihatnya lagi. Apa lagi dia disibukan dengan gangster yang kini ada anggota baru. "Yah ... Malah bengong." El mengagetkan Marko. "Kalau kamu haus ambil saja sendiri minuman di kulkas itu. Aku tidak ada tenaga lagi. Satu lagi, jika sudah tidak ada kepentingan keluar dari sini aku ingin istirahat." El mendengar ucapan Marko kini mendengus dengan kesal, "Dasar beruang kutub tidak punya rasa terimakasih. Aku di sini ada gunanya kan? kalau cuma merawat luka seperti ini aku juga bisa,
Keputusan El untuk mengejar cita-citanya sebagai pengacara semakin membulat. Saat Ibu menyuruhnya untuk meraih sarjana ekonomi, ditambah ia mendapatkan tawaran untuk magang di kantor Best Lawyer London. Hari ini ia akan mengikuti beruang kutub itu bekerja sebagai dokter. Entahlah apa yang akan terjadi nantinya, El hanya bisa berdoa semua akan baik-baik saja. Saat El keluar dari apartemennya dia bermaksud ingin berangkat bersama dengan Marko. Tok,tok,tok ... "Beruang kutub apa kau sudah berangkat?" tanya El, tapi tidak mendapat jawaban dari Marko. Tiba-tiba El merasa hawa dingin menyergapnya sambil menghadapkan tubuhnya depan pintu dan bersender. Di sana El terus mengetuk pintu. Akhirnya pintu terbuka begitu saja dan brukk ... Tubuh El terjatuh dengan sigap Marko menghindarinya. "Apa kau bodoh?" "Aku tidak bodoh. Kau saja yang tiba-tiba membuka pintu." Marko hanya menggel
El melihat laki-laki itu memang tidak punya hati dan perasaan ditambah hawanya yang dingin seperti beruang kutub. El mengikuti apa kata Marko agar tidak ikut campur dalam masalah pak Jhon. Prioritasnya sekarang untuk segera menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi rumah sakit karena dokter beruang kutub itu yang tak mau mengabulkan permintaan pasien hingga akhirnya rumah sakit dituntut oleh pasien. Malam ini sebelum pulang El diajak Marko untuk melihat bapak Jhon dari kejauhan. Hal mengejutkan yang tak pernah El sangka, alasan kenapa Marko tidak mau menyetujui permintaan pak Jhon. "Itu istri dan anak pak Jhon, mereka begitu mengharapkan pak Jhon bisa sembuh seperti sedia kala dan jalan satu-satunya hanyalah operasi." jelas Marko "Terus apa sebenarnya penyakit pak Jhon? dilihat dari keadaannya benar kata dia jika, dia sehat-sehat saja?" "Dia menderita tumor di saraf otaknya yang bisa saja menjadi bom untu
El melihatnya memegang senjata api, apa itu hanya mimpi? seorang dokter, yang biasa memegang pisau bedah kini memegang senjata api. El terbangun dari tidurnya. Dilihat sekelilingnya nampak ruangan itu sangat dia kenal. Iya, sekarang El sudah berada di kamar tidurnya. El mengingat ingat kembali apa yang sudah terjadi padanya. Dia ingat waktu berada di gedung milik PT Drug ingin menyelamatkan pak Jhon dan yang lainnya. Lalu dokter beruang kutub itu menarik tangannya. Membawanya pergi menuju gedung tua yang tak berpenghuni karena dikejar orang dengan membawa senjata api. "Kamu pingsan, apa tidur sih? Jam segini baru bangun." Marko memandang El dengan tatapan intimidasi. Agar El tidak bertanya masalah dia memegang senjata api, karena sedari tadi El sudah banyak mengigau. "Apa yang terjadi? bapak Jhon dan yang lain bagaimana?" El tidak menjawab pertanyaan Marko. Dia malah panik saat kesadarannya sudah mulai kembali seutuhnya.
Marko naik ke atas ranjang bapak Jhon, memposisikan tubuhnya setengah duduk dan tegap lurus, lalu meletakkan satu telapak tangannya di atas dada bagian tengah, tepatnya di antara puting, dan telapak tangan keduanya di atas tangan pertama. Setelah itu, Marko mulai menekan dada bapak Jhon. Sambil melirik monitor melihat saturasi oksigen, namun belum ada perubahan dan grafik detak jantung kian melambat hingga menunjukan garis lurus. Dokter magang, yang tadi mengambil Defibrilator, kini sudah mulai mempersiapkan alat itu, dituangkan gel elektrolit pada alat lalu diberikan pada Marko. Sambil memegang alat defibillator, " i'm clear, you're clear, everybody's clear, shock," ucap Marko dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya. Belum menunjukkan tanda-tanda grafik jantung bapak Jhon kembali, Marko menambahkan kekuatan pada alat kejut jantung, yang tadinya 100 Joules kini menjadi 200 joules lalu berteriak "shock." Kea
Mendengar ucapan Alberto, emosi Reta memuncak namun demi restoran dan uang. Dia mengalah dan menemani Alberto untuk makan. Reta hanya duduk manis di depan Alberto menyaksikan dia memotong-motong bistik. Reta bukan tipe wanita yang suka dengan keheningan akhirnya dia membuka suara, "Aku lihat kau baru pertama kali makan di sini. Apa kau tahu bahwa restoran ini tuh viral banget, antriannya bisa sampai mengular?" Pikir Reta, Alberto pasti tidak tahu tentang ini karena setiap hari hanya berhubungan dengan para pasien saja. "Iya aku tahu tadi aku cari di internet, sayangnya sempai disini bertemu denganmu jadi makanan ini tidak terlalu enak," cibir Alberto. "Apa kau bilang!" Reta emosi lalu berdiri dan menggebrak meja, akhirnya dia jadi pusat perhatian oleh pelanggan yang lain. "Hai ... duduklah apa kau tidak malu dilihat orang." perintah Alberto. Reta mengalah dan dia kembali duduk, tapi denga
Marko mengepalkan tangannya sebagai tumpukan rasa kecewa. Sepertinya benar. jika orang berkata, wanita akan melemahkan mu, karena ia diciptakan untuk menjadi salah satu rusukmu."Beruang kutub, tidakkah kau kasihan padaku? Kau tahu aku sudah tidak mempunyai ayah untukku sebagai tepat berlindung?" Bunyi kicauan El."Aku ketakutan, apalagi dunia mafia itu. Kenapa rasa yang sudah ku simpan rapat muncul kembali?" sambungnya. Air matanya keluar begitu saja membasahi pipi mulusnya.Marko bersikap layaknya lelaki sejati mengusung air mata itu, lalu menenangkannya.Sekilas El menatap wajah Marko, tapi dalam pandangan El dia bukan Marko melainkan ayahnya. El menatap wajah yang selama ini ia rindukan, meskipun diluar El terlihat sangat membenci ayahnya. Namun, dalam lubuk hati terdalamnya ia sangat mencintai dan merindukan sosok itu.Marko terbalik menatap El. Ia pun bersiaga kalau a
Pendengaran El dipertajam. Derap langkah itu semakin mendekat, lulut El melemas seketika. El meringkuk menahan rasa ketakutannya, ia berjongkok sambil memegang lutut, merapalkan seribu doa keselamatan. Tiba-tiba tubuh El melayang di udara, tangan kekar bersuhu dibawah normal itu membawa El masuk kedalam ruangan. "Buka matamu," ucapnya setelah menurunkan tubuh El di sofa. "Beruang kutub, kau membuatku takut." desis El yang masih terlihat gemetar. "Lain kali, jika ada kejadian seperti itu, hubungi polisi. Bukannya berpasrah seorang diri." Marko memberikan nasehat untuk El. "Aku terlalu takut. Bayangan waktu di gedung tua itu, masih menghantuiku." "Aku kira kau baik-baik saja. Beberapa hari ini aku lihat kau sudah tidak mempersalahkan hal itu." "Entahlah." El mengangkat kedua pundaknya. "Kau harus bisa jaga diri." "Iya. Ngomon
Duarrrr...El dan Reta terkejut bukan main. Ia pun menoleh ke sisi timbulnya suara tersebut. Suara tawa anak kecil terdengar sangat nyaring, seperti meledek mereka berdua."Kakak kaget ya?" tanya anak itu tanpa ada rasa bersalah setelah meletuskan satu balon."Hai kau, Nak. Jangan sampai tubuh mu aku jadikan steak." ancam Reta yang geram dengan anak kecil itu.Sementara El, terdiam tak berkata apapun. Ingatannya kembali berputar kejadian beberapa hari yang lalu. Suara letusan balon itu, sama dengan suara senjata api yang ingin membuatnya pergi dari dunia ini."Awas, kau!" Reta sudah ingin berajak dari tempat duduknya, tapi anak kecil itu segera lari ke arah orang tuanya."Reta, sudah." cegah El."Tapi dia benar-benar nakal. Aku gemas dengannya.""Biarkan saja. Kau lanjutkan makan mu. Aku ingin kembali ke kantor." pamit El pada Reta.&
Hari semakin siang, Sinar matahari sudah berada di atas langit. Tumpukan-tumpukan kertas tergeletak begitu saja di atas meja El. Hari pertama bekerja di best lawyer tidak ada yang spesial selain banyak mulut yang terus membicarakan namanya. "El! Tolong foto copy berkas ini," perintah Alexa dengan meletakkan setumpuk berkas di meja El. Ya inilah pekerjaan yang El lakukan sejak pagi tadi. Setelah mendaftarkan sidik jari dan membuat kartu tanda pengenal. "Baik, Bu." "Tunggu sebentar, El." "Ya, Bu. "Kau lakukan nanti saja. Istirahat makan dulu!" "Terimakasih, Bu. Dengan langkah gontai El pergi dari ruangan itu untuk makan siang. Karena belum mendapatkan teman, El berniat untuk menghubungi sahabatnya Reta. ****Reta tengah sibuk melayani para pelanggannya. Karena sekarang dia sedang mengadakan promo dan tepat saat itu juga, Alberto datan
Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s
Senyum devil Marko terlihat saat mendengar ucapan dari Damon, bahkan Marko tak gentar saat pistol kini mengarah padanya. "Baik, Anda yang meminta ini. Mari segera kita selesaikan agar Anda bisa secepatnya bertemu dengan kakak Anda," ucap Marko. Damon geram mendengar ucapan Marko, lalu dia menarik platuknya berniat untuk segera melepaskan peluru di dalam. Namun, dia kalah cepat dengan Marko, pisau bedah yang tadi dipegang Marko kini sudah melayang tepat menancap di pundak Damon. Belum selesai dengan kesakitannya, Damon mendengar bunyi letusan. Suara letusan terdengar, menggema di ruangan itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi salah satu anak buah Damon. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepalanya. Seketika anak buah Damon, tergeletak begitu saja. Tembakan itu tidak membuat Damon terluka, namun shock ternyata apa yang didengar dari orang-orang adalah benar jika, Marko benar-benar berdarah dingin s
Mendengar ucapan Alberto, emosi Reta memuncak namun demi restoran dan uang. Dia mengalah dan menemani Alberto untuk makan. Reta hanya duduk manis di depan Alberto menyaksikan dia memotong-motong bistik. Reta bukan tipe wanita yang suka dengan keheningan akhirnya dia membuka suara, "Aku lihat kau baru pertama kali makan di sini. Apa kau tahu bahwa restoran ini tuh viral banget, antriannya bisa sampai mengular?" Pikir Reta, Alberto pasti tidak tahu tentang ini karena setiap hari hanya berhubungan dengan para pasien saja. "Iya aku tahu tadi aku cari di internet, sayangnya sempai disini bertemu denganmu jadi makanan ini tidak terlalu enak," cibir Alberto. "Apa kau bilang!" Reta emosi lalu berdiri dan menggebrak meja, akhirnya dia jadi pusat perhatian oleh pelanggan yang lain. "Hai ... duduklah apa kau tidak malu dilihat orang." perintah Alberto. Reta mengalah dan dia kembali duduk, tapi denga
Marko naik ke atas ranjang bapak Jhon, memposisikan tubuhnya setengah duduk dan tegap lurus, lalu meletakkan satu telapak tangannya di atas dada bagian tengah, tepatnya di antara puting, dan telapak tangan keduanya di atas tangan pertama. Setelah itu, Marko mulai menekan dada bapak Jhon. Sambil melirik monitor melihat saturasi oksigen, namun belum ada perubahan dan grafik detak jantung kian melambat hingga menunjukan garis lurus. Dokter magang, yang tadi mengambil Defibrilator, kini sudah mulai mempersiapkan alat itu, dituangkan gel elektrolit pada alat lalu diberikan pada Marko. Sambil memegang alat defibillator, " i'm clear, you're clear, everybody's clear, shock," ucap Marko dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya. Belum menunjukkan tanda-tanda grafik jantung bapak Jhon kembali, Marko menambahkan kekuatan pada alat kejut jantung, yang tadinya 100 Joules kini menjadi 200 joules lalu berteriak "shock." Kea
El melihatnya memegang senjata api, apa itu hanya mimpi? seorang dokter, yang biasa memegang pisau bedah kini memegang senjata api. El terbangun dari tidurnya. Dilihat sekelilingnya nampak ruangan itu sangat dia kenal. Iya, sekarang El sudah berada di kamar tidurnya. El mengingat ingat kembali apa yang sudah terjadi padanya. Dia ingat waktu berada di gedung milik PT Drug ingin menyelamatkan pak Jhon dan yang lainnya. Lalu dokter beruang kutub itu menarik tangannya. Membawanya pergi menuju gedung tua yang tak berpenghuni karena dikejar orang dengan membawa senjata api. "Kamu pingsan, apa tidur sih? Jam segini baru bangun." Marko memandang El dengan tatapan intimidasi. Agar El tidak bertanya masalah dia memegang senjata api, karena sedari tadi El sudah banyak mengigau. "Apa yang terjadi? bapak Jhon dan yang lain bagaimana?" El tidak menjawab pertanyaan Marko. Dia malah panik saat kesadarannya sudah mulai kembali seutuhnya.