Tidak lama kemudian, telepon Alberto berbunyi. Alberto langsung mengambil teleponnya dan setelahnya melihat notifikasi yang ada di sana. Setelahnya, Alberto melihat ada notifikasi pesan yang masuk dari Ibu Vega.“Alberto, kamu sudah cek bayi bareng Vega?” bunyi pesan Ibu Vega.“Sudah,” jawab Alberto.“Terus, hasilnya gimana?” Ibu Vega merasa penasaran dengan hasil yang diperoleh.“Baik, Tante. Bayinya sehat-sehat. Sudah ketahuan jenis kelaminnya juga.” Alberto menjelaskan kondisi janin-janin yang dikandung Vega.“Wah! Cewek atau cowok? Tante penasaran.” Ibu Vega merasa penasaran dengan jenis kelamin calon cucunya nanti.Setelah mendapat pertanyaan tersebut, Alberto langsung bertanya ke Vega. Ia takut bahwa, Vega masih ingin merahasiakan jenis kelamin bayi yang dikandungnya. “Vega, mamamu mau tahu jenis kelamin anak kita. Kasih tahu enggak?”“Enggak usah. Nanti, kita kasih tahunya pas pesta perayaan kehamilan anak kita saja dengan lambang kue warna biru. Rencananya aku mau merayakannya
Tidak lama kemudian, mereka telah sampai di depan rumah Vega. Alberto langsung masuk ke rumah Vega dan setelahnya ia memarkirkan mobil Vega di tempat parkir. Lalu, ia melepas seatbelt dan setelahnya ia turun dari mobil. Setelah ia turun dari mobil, ia langsung disapa oleh Ibu Vega yang telah sampai di depan rumah Vega.“Alberto!” sapa Ibu Vega dengan ramah sembari berjalan ke arah Alberto.“Tante!” sapa Alberto kembali.Ibu Vega langsung melirik ke kiri dan ke kanan. Ia merasa bahwa, dirinya tidak melihat anaknya. Karena itu, ia langsung bertanya mengenai keberadaan anaknya. “Vega mana?” Pertanyaan Ibu Vega yang membuat Alberto melirik ke kiri dan ke kanan mencari Vega. Tidak lama kemudian, Alberto tersadar bahwa, Vega belum turun dari mobil.“Enggak tahu. Tadi di mobil,” ungkap Alberto. Setelahnya, ia memanggil-manggil nama Vega sembari ia berlari ke mobil. Setelahnya, ia membukakan pintu mobil untuk Vega dan melihat Vega masih tertidur lelap di sofa jok tengah. Alberto langsung te
Hari terus berlangsung hingga saat jam sebelas malam, ketika mereka hendak tidur, seperti biasa mereka berbincang-bincang mengenai kesibukan mereka di hari itu. Di tengah-tengah mereka berbincang-bincang, tiba-tiba Vega merasakan perutnya agak sakit. Ia langsung memegang perutnya, tapi semakin lama perutnya semakin terasa sakit. Tidak lama kemudian, keringat bercucuran hingga membasahi wajah dan badan Vega dan muka Vega langsung pucat.Tangan Vega yang lemah langsung memegang tangan Alberto. Melihat hal tersebut, Alberto langsung menanyakan mengenai hal yang terjadi. “Sayang, ada apa?”Ia langsung mengeluh perutnya kesakitan sembari ia memegang perutnya. “Sayang, perutku sakit banget. Enggak ketahan rasanya.”“Kita pergi ke rumah sakit sekarang!” ajak Alberto.“Oke, Sayang.” Setelahnya, mereka langsung mengganti baju dan mengenakan sandal. Lalu, Alberto mengambil kunci. Setelahnya, mereka berjalan dengan pelan-pelan ke halaman parkir sembari Alberto yang merangkul Vega. Ia takut bahwa
Hari terus berlalu dengan Alberto dan Ibu Vega yang bergantian mengurus Vega dan anak-anaknya hingga Vega dan anak-anaknya dapat pulang dari rumah sakit. Sesampainya di rumah, Ibu Vega ikut membantu Alberto untuk menata barang-barangnya. Lalu, Ibu Vega izin pergi meninggalkan mereka. “Ibu pulang dulu, ya!”“Ya, Ma. Terima kasih sudah membantu Vega!” Vega berterima kasih.Setelahnya, Ibu Vega pergi meninggalkan mereka. Di saat itu, hanya Vega dan Alberto yang mengurus anak-anak mereka. Kehidupan mereka mulai berubah sepenuhnya. Saat Vega baru saja tertidur, tiba-tiba ia mendengar suara tangisan dari bayi-bayinya. Vega langsung terbangun dan berjalan menuju tempat tidur bayi. Lalu, ia memberikan ASI, tapi bayinya masih terus menangis. Ia langsung mengecek kondisi bayi-bayinya sembari ia lanjut memberikan ASI. “Popoknya belum penuh. Tidak ada kotoran. Kenapa dia menangis?” pikir Vega. Ia berusaha mencari tahu dan setelahnya ia mendapati anaknya digigit nyamuk.Setelahnya, ia memberikan
Hari terus berlalu dengan Vega dan Alberto yang mengurus anak-anak mereka. Mereka dibantu oleh Nena. Suatu ketika, saat Alberto bangun, ia melihat istrinya yang masih tidur. Ia langsung membangunkan istrinya. “Sayang, ayo bangun! Kita harus pergi ke kampus!” ucap Alberto. Alberto menunggu beberapa saat, tapi tidak ada jawaban dari Vega. Karena itu, ia membangunkan kembali. “Sayang, ayo bangun!”Vega masih tertidur pulas. Alberto berpikir bahwa, Vega merasa sangat kelelahan dalam mengurus anak-anak mereka. Setelahnya, ia mengecek dahi Vega. Dahi Vega terasa panas.Ia langsung mengambil termometer dan setelahnya ia mengukur suhu tubuh Vega pada ketiak Vega. Lalu, ia mendapati suhu tubuh Vega di empat puluh derajat celcius. Di saat itu, Vega yang merasa ketiaknya dicek langsung terbangun dengan kernyitan di dahinya karena ia merasa bingung. “Ada apa?” tanyanya kemudian.“Kamu demam,” jawab Alberto. Setelahnya, ia memberikan hasil pengukuran suhu tubuh Vega. Melihat hasil pengukuran s
Hari terus berlangsung dengan Ibu Vega, Alberto, dan Nena yang merawat Vega dan anak-anaknya. Seminggu setelahnya, orang tua Alberto sampai di rumah Vega. Mereka langsung mengetuk pintu. Di saat itu, satpam langsung pergi ke luar dan setelahnya bertanya ke orang tua Alberto.“Selamat pagi, Bu! Ada yang bisa dibantu?”“Kami, orang tuanya Alberto. Kami mau menjenguk Vega,” ucap Ibu Alberto.“Baik. Mohon ditunggu!” Setelahnya, satpam masuk ke dalam rumah. Ia langsung mencari Alberto dan setelahnya ia menanyakan mengenai kehadiran orang tua Alberto ke rumahnya.“Oh. Suruh masuk saja!” ucap Alberto.Setelahnya, satpam mengantarkan orang tua Alberto ke ruang keluarga. Sesampainya di ruang keluarga, orang tua Alberto langsung dipersilakan untuk duduk oleh Nena dan setelahnya mereka duduk. Setelahnya, mereka ditawari minuman oleh Nena dan diminta menunggu kembali. Mereka menunggu beberapa saat di ruang keluarga hingga Alberto dan Ibu Vega datang menemui mereka. Setelahnya, Alberto dan Ibu Veg
Hari terus berlalu dengan orang tua Alberto, ibu Vega, Nena, dan Alberto yang membantu mengurus Vega dan anak-anaknya hingga sembuh. Setelah sembuh, orang tua Alberto dan Ibu Vega pergi meninggalkan rumah mereka. Hari-hari berlalu hingga enam bulan berlalu dengan Telmo dan Tirso tumbuh dengan baik. Mereka juga bertambah berat badan dengan cepat. Mereka dapat dengan mudah duduk dengan dukungan minimal selama enam bulan. Mereka sudah bisa bermain dengan saudara mereka, mengoceh, dan tertawa cekikikan seperti yang mereka lakukan.Mereka sering bermain bersama dengan mainannya, alas lantai, boneka mainan, dan lain-lain. Hampir setiap hari, mereka bermain bersama. Meskipun begitu, tetap ada Nena, Vega, dan Alberto yang memastikan mereka tetap bermain dengan aman. Kadang-kadang, Vega dan Alberto bergabung untuk bermain bersama mereka setiap kali mereka memiliki waktu luang atau waktu istirahat.Tetapi, dari semua kebahagiaan itu, ada masalah lain yang tidak selesai yaitu masalah hubungan se
Hari terus berlalu hingga suatu ketika, Alberto sangat terburu-buru untuk masuk ke toilet dikarenakan ia sudah tidak tahan untuk kencing. Sesampainya di dalam toilet, ia langsung membuka celananya dan membuang kencingnya. Di saat itu, Lorena langsung ikut masuk ke dalam toilet. Setelahnya, Lorena langsung membuka bajunya sembari ia menutup pintu toilet. Lalu, ia mengunci pintu toilet dan menggantungkan pakaiannya di pintu toilet.“Sayang, ayo main!” ajak Lorena dan setelahnya ia menjilat leher Alberto sembari ia memainkan penis Alberto. Alberto langsung membuka pakaian dan setelahnya ia menggantungkan semua pakaiannya di pintu toilet. Tidak lama kemudian, ia meremas-remas payudara Lorena sembari berdesah tiada henti.“Ah! Ah! Great!” desah Alberto.Setelahnya, Lorena menjongkok. Sementara Alberto masih tetap berdiri, Lalu, Lorena mencium penis Alberto dan buah zakar Alberto. Setelahnya, ia menjilati penis Alberto. Tangan kanan Lorena memainkan buah zakar Alberto dan tangan kiri Lorena