“Ah, Alberto memblokirku! Apa yang harus aku lakukan?" ucap Lorena. Lorena berusaha untuk mencari ide. Ia harus mendapatkan hati Alberto kembali. “Apa aku datang tanpa busana saja dan berusaha untuk mengajaknya bermain dewasa?” Lorena bertanya dalam hati. Setelahnya, ia mempertimbangkan ide tersebut.“Ide yang bagus! Sebaiknya, aku seperti itu. Dia pasti akan tergoda denganku dan kita pasti akan bermain dewasa bersama. Hati Professor Vega pasti akan merasa sakit, jika ia mengetahui hal itu,” ucap Lorena dalam hati."Apa aku harus melakukannya sekarang?" Lorena bertanya dalam hati. Ia merasa bingung mengenai kapan ia harus melakukan ide gilanya tersebut. "Boleh juga." Setelahnya, ia hendak bersiap-siap dan mengenakan riasan. Tetapi sebelum itu, ia melihat ke arah jam. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. "Ah! Sudahlah! Sudah malam. Besok saja! Dia pasti sudah tidur," ucap Lorena dalam hati.Setelahnya, Lorena tertidur. Esok harinya, ia bangun pagi-pagi sekali. Ia langsung mandi dan
Hari terus berlalu dengan mereka yang melakukan bulan madu hingga Alberto dan Professor Vega harus pergi ke universitas lagi. Pagi-pagi sekali, Vega membangunkan Alberto setelah ia membuatkan sarapan untuk Alberto.“Alberto! Alberto! Bangun!” ucap Vega.“Ah! Aku mengantuk, Sayang,” keluh Alberto sembari ia menutup mukanya dengan selimut. Vega langsung mencoba untuk membuka selimut, tapi Alberto mencoba memegangnya dengan erat. “Ingat! Kita harus pergi ke kampus. Hari ini kamu sudah masuk untuk belajar lagi dan aku sudah mengajar lagi.” Vega mengingatkan Alberto harus pergi ke kampus. Vega menarik selimutnya dengan kencang yang membuat selimut Alberto turun dan Alberto tidak ditutupi oleh selimut lagi.Mendengar perkataan Vega, Alberto langsung merasa kaget. Ia langsung duduk sembari mengucek matanya.“Ah! Memang, kita … kuliah?” ucapnya sembari diiringi dirinya yang beberapa kali menguap.“Ya, kita harus ke kampus,” jawab Vega.“Oh ya, aku lupa,” ungkap Alberto. Setelahnya, Alberto
Tidak lama kemudian, Lorena memberi Bonita kode untuk meninggalkan tempat itu dalam bentuk lirikan karena merasa tidak ada lagi yang bisa dibicarakan dengan Alberto. Dia tidak bisa menggoda Alberto lagi karena cinta Alberto pada Profesor Vega sangat kuat. Bonita yang mengerti kode tatapan Lorena langsung berdiri dari kursi sambil meminta izin untuk keluar dari tempat itu."Oke. Sepertinya kita mau ke kelas dulu sekarang karena kelas akan segera dimulai." izin Bonita."Oke." Alberto segera mengizinkan Bonita dan Lorena pergi.Alberto kemudian memberikan kode untuk meminta Bonita dan Lorena secara halus meninggalkan lokasi tersebut. Lorena yang mengerti kode Alberto hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menahan air matanya agar tidak menetes.Setelah itu Bonita dan Lorena meninggalkan tempat untuk kelas Lorena. Sesampainya di kelas Lorena, mereka langsung menuju tempat duduk masing-masing. Sementara itu, Lorena langsung berjalan ke kursinya meski dengan lemah. Dia merasa sangat lemah d
Hari terus berlanjut. Malamnya, saat Alberto sedang belajar bersama Vega di ruang keluarga, tiba-tiba saja telepon Alberto berdering.“Alberto, teleponmu berdering!” Vega mengingatkan Alberto. “Oke.” Alberto langsung mengambil teleponnya dengan malas dan melihat ada notifikasi pesan grup kelasnya di sana.“Ada pesan apa? Berisik sekali!” keluh Alberto dalam hati. Setelahnya, Alberto membaca pesan tersebut satu per satu.“Guys, besok enggak ada kelas Professor Hugo! Besok free!” pesan Nicolas di chat grup kelas.“Oke. Terima kasih!" balas para murid.Semua murid merasa senang, karena tidak ada kelas Professor Hugo esoknya. Tidak hanya itu, banyak sorak sorai kebahagiaan dari para murid, karena mereka memang malas hadir di kelas Professor Hugo. Alberto yang membaca pesan tersebut langsung merasa sangat senang sampai-sampai ia berdiri dan meloncat-loncat berulang kali.“Yes!” sorak Alberto berulang kali dengan dirinya yang loncat-loncat berulang kali.“Ada apa, Sayang?” Vega langsung me
Tidak lama kemudian, telepon Alberto berbunyi. Alberto langsung mengambil teleponnya dan setelahnya melihat notifikasi yang ada di sana. Setelahnya, Alberto melihat ada notifikasi pesan yang masuk dari Ibu Vega.“Alberto, kamu sudah cek bayi bareng Vega?” bunyi pesan Ibu Vega.“Sudah,” jawab Alberto.“Terus, hasilnya gimana?” Ibu Vega merasa penasaran dengan hasil yang diperoleh.“Baik, Tante. Bayinya sehat-sehat. Sudah ketahuan jenis kelaminnya juga.” Alberto menjelaskan kondisi janin-janin yang dikandung Vega.“Wah! Cewek atau cowok? Tante penasaran.” Ibu Vega merasa penasaran dengan jenis kelamin calon cucunya nanti.Setelah mendapat pertanyaan tersebut, Alberto langsung bertanya ke Vega. Ia takut bahwa, Vega masih ingin merahasiakan jenis kelamin bayi yang dikandungnya. “Vega, mamamu mau tahu jenis kelamin anak kita. Kasih tahu enggak?”“Enggak usah. Nanti, kita kasih tahunya pas pesta perayaan kehamilan anak kita saja dengan lambang kue warna biru. Rencananya aku mau merayakannya
Tidak lama kemudian, mereka telah sampai di depan rumah Vega. Alberto langsung masuk ke rumah Vega dan setelahnya ia memarkirkan mobil Vega di tempat parkir. Lalu, ia melepas seatbelt dan setelahnya ia turun dari mobil. Setelah ia turun dari mobil, ia langsung disapa oleh Ibu Vega yang telah sampai di depan rumah Vega.“Alberto!” sapa Ibu Vega dengan ramah sembari berjalan ke arah Alberto.“Tante!” sapa Alberto kembali.Ibu Vega langsung melirik ke kiri dan ke kanan. Ia merasa bahwa, dirinya tidak melihat anaknya. Karena itu, ia langsung bertanya mengenai keberadaan anaknya. “Vega mana?” Pertanyaan Ibu Vega yang membuat Alberto melirik ke kiri dan ke kanan mencari Vega. Tidak lama kemudian, Alberto tersadar bahwa, Vega belum turun dari mobil.“Enggak tahu. Tadi di mobil,” ungkap Alberto. Setelahnya, ia memanggil-manggil nama Vega sembari ia berlari ke mobil. Setelahnya, ia membukakan pintu mobil untuk Vega dan melihat Vega masih tertidur lelap di sofa jok tengah. Alberto langsung te
Hari terus berlangsung hingga saat jam sebelas malam, ketika mereka hendak tidur, seperti biasa mereka berbincang-bincang mengenai kesibukan mereka di hari itu. Di tengah-tengah mereka berbincang-bincang, tiba-tiba Vega merasakan perutnya agak sakit. Ia langsung memegang perutnya, tapi semakin lama perutnya semakin terasa sakit. Tidak lama kemudian, keringat bercucuran hingga membasahi wajah dan badan Vega dan muka Vega langsung pucat.Tangan Vega yang lemah langsung memegang tangan Alberto. Melihat hal tersebut, Alberto langsung menanyakan mengenai hal yang terjadi. “Sayang, ada apa?”Ia langsung mengeluh perutnya kesakitan sembari ia memegang perutnya. “Sayang, perutku sakit banget. Enggak ketahan rasanya.”“Kita pergi ke rumah sakit sekarang!” ajak Alberto.“Oke, Sayang.” Setelahnya, mereka langsung mengganti baju dan mengenakan sandal. Lalu, Alberto mengambil kunci. Setelahnya, mereka berjalan dengan pelan-pelan ke halaman parkir sembari Alberto yang merangkul Vega. Ia takut bahwa
Hari terus berlalu dengan Alberto dan Ibu Vega yang bergantian mengurus Vega dan anak-anaknya hingga Vega dan anak-anaknya dapat pulang dari rumah sakit. Sesampainya di rumah, Ibu Vega ikut membantu Alberto untuk menata barang-barangnya. Lalu, Ibu Vega izin pergi meninggalkan mereka. “Ibu pulang dulu, ya!”“Ya, Ma. Terima kasih sudah membantu Vega!” Vega berterima kasih.Setelahnya, Ibu Vega pergi meninggalkan mereka. Di saat itu, hanya Vega dan Alberto yang mengurus anak-anak mereka. Kehidupan mereka mulai berubah sepenuhnya. Saat Vega baru saja tertidur, tiba-tiba ia mendengar suara tangisan dari bayi-bayinya. Vega langsung terbangun dan berjalan menuju tempat tidur bayi. Lalu, ia memberikan ASI, tapi bayinya masih terus menangis. Ia langsung mengecek kondisi bayi-bayinya sembari ia lanjut memberikan ASI. “Popoknya belum penuh. Tidak ada kotoran. Kenapa dia menangis?” pikir Vega. Ia berusaha mencari tahu dan setelahnya ia mendapati anaknya digigit nyamuk.Setelahnya, ia memberikan