Hari terus berlalu. Pagi harinya, Vega merasa tubuhnya hangat seperti terpapar sinar matahari. Ia tidak dapat melanjutkan tidurnya. Karena itu, ia membuka matanya. Saat ia membuka matanya, ia melihat cuaca sedang terang dan tubuhnya memang terkena sinar matahari dari jendela yang berada jauh di sebelah kanannya. Setelahnya, ia melihat ke arah sekeliling.Di sebelah kirinya ada lemari baju yang sangat besar. Di samping lemari baju tersebut terdapat lemari buku. Di depannya ada tas. Di tempat tersebut juga terdapat meja belajar. Tempat tersebut seperti bukan tempatnya. “Ini bukan rumahku. Di mana aku?” Vega langsung bertanya dalam hati.Ia mencoba untuk mengingat-ingat di mana ia berada. Di sebelah kirinya, ia melihat punggung mulus nan bidang dari seorang pria. Ia mencoba untuk melihat wajah pria tersebut dengan lebih dekat dan setelahnya ia mendapati Alberto di samping kirinya yang masih tertidur lelap dan mengorok. Ia langsung teringat bahwa, mereka ketiduran di kamar Alberto setela
Setelah mereka masuk ke dalam mobil, mereka langsung mengenakan seatbelt. Di saat itu, Alberto langsung bertanya mengenai tujuan mereka setelahnya. “Sayang, habis ini kita mau langsung pulang atau mau ke mana lagi?”“Cari souvenir dan undangan dulu, Sayang! Mumpung kita dekat kampus.” Vega menjelaskan tujuan mereka.Alberto langsung mengernyitkan dahi, karena yang ia tahu, Vega sangat sibuk di rumah sakit dan ia pasti harus praktik setelah dari tempat tersebut. “Kamu bukannya harus praktik dokter?”“Hari ini hari libur. Aku sudah ambil cuti, karena aku merasa lelah sekali. Jadi, kita bisa sekalian mencari souvenir dan undangan yang bagus. Mumpung hari ini hari libur!” jawab Vega.“Tapi, Sayang, kamu sudah melist? Aku sendiri belum membuat list.”“Belum, Sayang. Kalau orang tuaku, sudah kasih listnya.”“Ya sudah, kalau begitu kita list saja dulu sambil makan dulu saja dekat sini. Kita bisa memikirkan siapa yang mau kita undang.”“Oke, Sayang.”Setelahnya, Alberto mengirim pesan ke ibun
Sementara itu, setelah Vega dan Alberto pulang, Martin langsung mengupload keempat foto tersebut di semua akun sosial medianya. Setelahnya, ia memerintahkan tim admin sosial media untuk mengupload keempat foto dari tim fotografer di semua akun sosial media bisnisnya.“Admin, tolong upload semua foto ini ke semua akun sosial media bisnis kita!”“Baik, Pak.”Lalu, Martin memerintahkan timnya untuk mencetak keempat foto tersebut di katalog mereka. Setelah para karyawannya melakukan yang ia lakukan, Martin langsung mengirim pesan kepada Vega. “Vega, foto yang tadi diambil sudah diupload di sosial mediaku, akun sosial media bisnisku, dan akan dicetak di buku katalogku. Kamu bisa cek postingannya di sosial mediaku dan akun sosial media bisnisku.”“Wah! Terima kasih banyak, Martin! Aku benar-benar tidak menyangka, jika aku dan Alberto akan menjadi model untuk gaunmu yang sangat bagus itu!”Vega merasa sangat senang menerima kabar tersebut. Ia benar-benar tidak pernah bermimpi, jika ia dan Al
Hari terus berlangsung. Saat hari Jumat malam, Vega mengirimkan pesan untuk mengingatkan Alberto mengenai rencana mereka untuk pergi ke Wedding Expo. “Sayang, jangan lupa besok kita ke wedding expo di Hotel Avenue!”“Ya, Sayang. Aku tidak akan lupa.” Alberto meyakinkan Vega, apabila dirinya tidak akan lupa.“Aku takutnya, kamu lupa. Jadi, kamu jalan sama Lorena," keluh Vega dengan cemburu, karena ia merasa cemburu.“Siapa yang bilang aku mau jalan sama Lorena?” Alberto bertanya lagi.“Takutnya," keluh Vega.“Enggak, Sayang. Kita besok ke wedding expo, kok.”“Oh ya, Sayang, by the way, nanti aku jemput kamu atau kita berangkat masing-masing dan bertemu di sana?” Alberto menanyakan mekanisme mereka berangkat besok.“Aku maunya, kamu jemput aku. Tetapi aku takut memberatkan kamu,” keluh Vega."Enggak, kok, Sayang. Masa begitu saja menyulitkan? Itu sama sekali enggak menyulitkan, Sayang! Lagi pula, rumahmu dekat dengan Hotel Avenue, Sayang!" Alberto kembali bertanya ke Vega.“Oke. Kalau b
Hari terus berlanjut hingga sehari sebelum pernikahan Vega dan Alberto. Saat malam, Alberto sudah tidur lebih awal dari jam sebelumnya dikarenakan ia tidak ingin bangun telat esok harinya. Esok hari, ia harus berangkat dari rumah jam lima menuju rumah Vega untuk bersiap-siap di sana. Kartu undangan telah disebarkan beberapa hari sebelumnya.Sementara itu, Vega belum bisa tidur dikarenakan ia dihantui oleh perasaan takutnya. Bayangan-bayangan akan perceraian, perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga muncul dalam otak Vega. Ia merasa sangat takut jika nanti Alberto akan berubah menjadi sosok yang sangat jahat kepadanya bagaikan raja iblis. Ia tahu bahwa, masih ada manusia yang setia di dunia. Tetapi ia takut Alberto kelak akan berubah menjadi sosok yang sangat jahat kepadanya karena Alberto berselingkuh darinya dengan wanita lain. Entah siapa wanita itu. Bisa jadi Lorena ataupun wanita lain. Ia tahu bahwa, perselingkuhan bisa terjadi kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun.Yang i
Sementara itu, Lorena yang menghadiri pesta itu hanya duduk di pojokan dan hanya bisa melihat kebahagiaan Alberto dengan Professor Vega hari itu. Ia tahu bahwa, Alberto merasa sangat bahagia dengan Professor Vega. Hal ini terlihat dari tingkah laku mereka. Jadi, Alberto tidak akan membutuhkan dirinya lagi.Itulah yang membuat ia sedih. Ia hanya bisa menahan tangisnya, karena ia tidak ingin Alberto tahu dirinya merasa sedih. Lagi pula, tidak akan ada orang yang peduli juga dengan kesedihan Lorena saat itu. Karena itu, dari tadi ia memilih untuk terdiam dan menikmati makanan yang ada sendirian di pojokan. Alasan lainnya, karena ibu Lorena telah berkata last night ke Lorena, “Kalau kamu memang sangat mencintai Alberto, seharusnya kamu turut merasa senang juga karena ia sudah bahagia! Bukannya cinta itu tidak harus memiliki? Banyak kasus di dunia ini mereka tidak bisa memiliki orang yang mereka cintai dan mereka baik-baik saja akan hal itu.”Memang begitu. Setidaknya, kesenangan Alberto
"Ada apa sama Lorena tadi? Kelihatannya serius banget!" ucap Vega dengan ketus."Enggak ada apa-apa, kok." Alberto berbohong. Ia mencoba untuk menutupi mengenai semua yang terjadi ke Vega."Enggak mungkin!" bantah Vega. Vega merasa tidak percaya jika perkataan Alberto betul. Karena kalau memang perkataan Alberto betul, Alberto tidak akan menghilang sangat lama dan perbincangan mereka tidak akan terlihat sangat seru."Ada apa?" Vega bertanya lagi dengan nada agak memaksa agar Alberto menjawab pertanyaannya, karena ia sangat ingin mengetahui jawaban Alberto.“Aku enggak enak omonginnya, Sayang.” Alberto memang merasa tidak enak untuk membicarakan itu. Ia takut Vega akan marah kepadanya.Mendengar jawaban tersebut, Vega langsung tertawa, karena menurut Vega tingkah Alberto yang berusaha menutup-nutupi tersebut terlihat sangat lucu. “Alberto! Alberto! Kamu mencoba untuk menutupi dariku. Kamu enggak akan bisa, Alberto. Kamu pikir, aku enggak tahu apa?” ucap Vega dalam hati.Melihat tingka
Sementara itu, Lorena bergumam dalam hati. “Hari ini hari pernikahan mereka. Malam ini adalah malam di mana mereka sedang melakukan malam pertama. Aku harus melakukan sesuatu untuk merebut cinta Alberto lagi. Itu artinya aku harus mengganggu hubungan mereka mulai malam ini.”“Jangan sampai aku tidak mengganggu mereka dan aku baru mengganggu hubungan mereka saat Alberto sudah ketagihan dengan Professor Vega dan sudah sangat mencintai Professor Vega! Kalau seperti itu, semuanya percuma! Aku tidak akan bisa,” gumamnya lagi.“Ah! Apa yang harus aku lakukan malam ini agar Professor Vega marah kepada Alberto?” tanya Lorena dalam hati.Setelahnya, Lorena berusaha untuk mencari ide. Ia duduk terpaku sembari ia memikirkan mengenai ide yang cocok untuk ia kerjakan. Ia berpikir untuk menelepon Alberto. Ia yakin Alberto pasti mengangkatnya dan setelahnya ia bisa mengajak Alberto untuk melakukan video call sex dengan manja.“Itu ide yang bagus!” puji Lorena dalam hati.Lorena langsung mengambil te