Ketika Vega berjalan agak jauh dari mereka, dia mendengar ayahnya mengeluh tentang perilaku ibunya di rumah."Vega meninggalkan kami sekarang karena kamu. Vega sangat sensitif ketika ditanya dan diajak bicara tentang pernikahan. Jika kamu memperhatikan, dia selalu meninggalkan kita ketika berbicara tentang itu! Kamu pasti tahu tentang itu, kan?" Ayah Vega marah pada ibu Vega."Aku tahu," jawab ibu Vega sambil memutar matanya."Aku sangat merindukan Vega. Kenapa kamu malah membicarakan itu?" bantah ayah Vega dengan marah."Memangnya menurutmu aku tidak merindukannya? Aku juga merindukan Vega," keluh ibu Vega."Jadi, kenapa kamu menanyakan pertanyaan itu? Sepertinya tidak ada topik diskusi lain." Ayah Vega menanyakan hal itu karena, jika ibu Vega sangat merindukan Vega, tentu ibu Vega tidak akan menanyakannya dan malah membicarakan topik lain yang bisa dibicarakan bersama seperti kesehatan, kehidupan mereka, dll."Masalahnya, kamu juga ingin segera punya cucu dari Vega, kan?" tanya ibu
Hari Senin setelah istirahat, Alberto langsung pergi ke kantin untuk membeli makanan yang ia suka dan untuk membeli air putih dingin agar menenangkan otaknya yang telah pusing dikarenakan pelajaran Anatomi Manusia dan Fisiologi Manusia yang sangat sulit. Sementara itu, Professor Vega langsung pergi ke kelas Alberto untuk menemui Alberto. Ada hal yang ingin ia ucapkan kepada Alberto, tapi ia lupa ucapkan tadi kepada Alberto. Padahal pagi itu sebelum istirahat Professor Vega mengajar di kelas Alberto, tapi entah mengapa Professor Vega bisa lupa untuk menyampaikan tujuannya. Sesampainya di kelas Alberto, mata Professor Vega langsung melihat ke Nicolas yang merupakan satu-satunya murid yang berada di kelas itu dikarenakan murid lain sedang istirahat.“Nicolas!” panggil Professor Vega dengan sontak.“Ya, Professor.” Nicolas langsung berdiri dari kursinya dan setelahnya ia berjalan mendekat ke arah Professor Vega.Setelah di dekat Professor Vega, Nicolas langsung menyampaikan perintahnya. “
Sementara itu, setelah di depan pintu, Alberto melihat Lorena yang sedang berjalan ke arahnya sembari menyilangkan tangan ke arahnya. Lorena menekuk wajahnya dan menatap Alberto dengan tajam. Tidak ada sama sekali senyum dari wajah Lorena.“Ada apa? Sepertinya, perbincanganmu dengan Professor Vega sangat seru!” Lorena bertanya dengan ketus.Mendengar pertanyaan Lorena yang sontak, mata Alberto langsung melotot dikarenakan ia merasa sangat kaget. Ia langsung berusaha menyembunyikan apa yang telah terjadi dan berkata dengan cepat. “Tidak! Tidak ada apa-apa. Hanya perbincangan biasa saja.”“Oh begitu.” Alberto langsung menghelakan napasnya, karena Alberto kira Lorena telah berhenti mencurigainya.“Ah! Untunglah, Lorena! Tidak curiga denganku!” ucap Alberto dalam hati. Sebenarnya, ia ingin mengusap dadanya. Tetapi ia takut Lorena akan tambah curiga kepadanya, jika Alberto melakukan hal tersebut.“Kalau begitu, kenapa tidak bicara saja di kelas?” Ternyata, Lorena malah melanjutkan kalimatn
Setelahnya, mereka melihat Bonita yang tiba-tiba ada di belakang mereka.“Ya, karena aku butuh uang dan sebenarnya aku ditekan juga.” Alberto langsung beralasan bahwa, dirinya ditekan oleh Professor Vega.Mendengar hal tersebut, mata Bonita langsung melotot dikarenakan ia merasa sangat kaget. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Professor Vega akan bertindak sekejam itu kepada Alberto. Ia merasa ragu dengan perkataan Alberto yang membuatnya bertanya kembali. “Kamu ditekan?”“Ya.” Alberto menganggukkan kepalanya.“Kasihan sekali kamu, Alberto!” Bonita langsung mengatakan perasaan kasihannya kepada Alberto.“Kok kamu kasihan sama Alberto? Bukan sama aku, Bonita?” Lorena langsung komplain, karena ia merasa kesal dengan Bonita yang malah kasihan kepada Alberto.“Ya. Bisa saja dia sangat dipaksa oleh Professor Vega. Jadi dia harus seperti itu,” komentar Bonita.“Tetapi, kenapa kamu tidak bicara hal itu tadi kepadaku, Alberto? Sepertinya, itu alasan yang baru kamu buat saja!” marah Lorena.
Tidak lama kemudian, Olivia memanggil nama Lorena yang membuat Lorena menengok ke arahnya."Lorena, kamu sudah panggil Professor Vega belum?" Olivia bertanya, karena ia merasa penasaran Lorena belum membawa barang-barang Professor Vega."Belum." Lorena menggelengkan kepalanya. Hal tersebut membuat mata Olivia melotot, karena ia merasa kaget. "Loh!”“Kok belum?” Kernyitan di dahi Olivia muncul.“Nanti Professor Vega marah ke kita!" keluh Olivia."Biarin saja dulu! Kalau kamu mau panggil, kamu saja yang panggil!" Bonita ikut masuk ke percakapan mereka."Kok jadi aku? Itu kan tugasnya Lorena, Bonita!" Olivia merasa tidak terima dirinya disuruh untuk memanggil Professor Vega, karena menurutnya itu tugas Lorena. Dia telah menjadi penanggung jawab mata pelajaran Kimia dan dia diperintahkan untuk memanggil Professor Hugo setiap kelas Professor Hugo."Masalahnya Lorena itu lagi trauma.” Keluhan Bonita yang membuat Olivia tambah kaget."Trauma?” Ia benar-benar tidak menyangka jika Lorena dapat
Sementara itu, setelah Alberto kembali dari kelas Lorena, Alberto langsung pergi ke toilet. Ia ingin segera menghubungi ibunya dan menginformasikan mengenai rencana lamaran dirinya dengan Professor Vega. Setelah ia sampai di dalam toilet, ia langsung mencari toilet kosong. Tidak ada toilet yang kosong.Alberto menunggu di depan toilet beberapa saat sembari ia memikirkan mengenai kata-kata apa yang harus ia katakan kepada ibunya. Mengenai lamaran kepada ibunya secara tiba-tiba tanpa basa-basi? Sungguh tidak mungkin! Basa-basi apa yang harus ia katakan kepada ibunya? Alberto mencoba untuk berpikir mengenai kata-kata yang pas, karena ia tidak pandai dalam berbasa-basi. Ia adalah tipe orang yang suka bicara langsung kepada intinya. Tetapi di tengah-tengah ia sedang berpikir, pintu toilet telah terbuka dan setelahnya orang yang berada dalam toilet langsung keluar sementara Alberto langsung masuk ke dalam toilet. Saat di dalam toilet, ia langsung mencari kontak ibunya. Setelahnya, ia mene
Setelah telepon berakhir, ayah Alberto langsung bertanya kepada Ibu Alberto."Ma, ada telepon dari siapa tadi? Kelihatannya teleponnya seru banget!""Dari Alberto.""Ada apa?" Ayah Alberto merasa penasaran dengan hal yang Ibu Alberto katakan dengan Alberto tadi. Ibu Alberto memberitahu mengenai tentang rencana lamaran Alberto ke ayah Alberto. Tidak lama kemudian, Ibu Alberto menerima tiket yang dikirim Alberto di chat. Ibu Alberto langsung berterima kasih."Ini ada tiket dari pacarnya Alberto!" Ibu Alberto menunjukkan tiket pesawat mereka ke Ayah Alberto. Ayah Alberto merasa ada yang aneh dengan tiket tersebut. Karena itu, Ayah Alberto meminta Ibu Alberto untuk tetap menunjukkan tiket tersebut. "Sebentar!" Mata Ayah Alberto langsung melotot saat melihat tanggal di tiket tersebut, karena tanggal di tiket tersebut menunjukkan hari itu."Jadi kita harus berangkat sekarang?" tanyanya sontak. Karena ia tidak percaya bahwa, mereka harus berangkat hari itu juga."Ya." Ibu Alberto menganggu
Hari terus berlalu. Saat Minggu pagi, Alberto dan keluarganya bangun pagi-pagi. Lalu, mereka mandi dan menjalankan aktivitasnya hingga mereka sarapan bersama di ruang keluarga. Di saat sarapan, tiba-tiba saja telepon Alberto berdering. Alberto langsung mengambil teleponnya dan setelahnya ia melihat ada notifikasi pesan dari Vega. “Hari ini kamu dan keluargamu jangan lupa pakai baju yang sudah aku kasih! Nanti pas ditanya, ikuti saja yang sesuai dengan prosedur dariku! Pokoknya, jangan membuat mereka curiga bahwa, aku menikah kontrak denganmu! Jangan sampai ada yang tahu juga tentang pernikahan kontrak ini!” pesan Vega. Alberto masih teringat dengan pesan Vega untuk hanya mengiyakan perkataan Vega nanti di sana. *** “Pokoknya, kamu nanti setuju dengan pendapatku saja di sana! Intinya kamu itu mau melamarku. Kamu jangan membuat mereka curiga bahwa, ini pernikahan kontrak! Selain itu, jangan sampai ada yang tahu tentang pernikahan kontrak ini!” Instruksi Vega saat itu. “Baik.” Albert