Share

Bab 39

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-02 17:39:14
Perasaan cinta mungkin memang tidak bisa hilang dalam sekejap mata, tetapi logika tak boleh kalah oleh rasa.

***

Qeiza masih mematung di tempat duduknya. Tak dipungkiri debar-debar halus membuat jantungnya bekerja memompa darah lebih cepat. Jari-jarinya bahkan mengalami tremor ringan.

Untuk menyembunyikan semua itu dari penglihatan Ansel dan Chin Hwa, Qeiza bergegas bangkit dari singgasananya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazer.

Ansel menengadah tanpa mengubah posisi berlututnya. Bibirnya sedikit tertarik ke atas, membentuk senyuman tipis. Netra cokelat gelapnya, yang nyaris menyerupai hitam, menatap hangat pada Qeiza dan terang-terangan mengumbar harap di sana.

Qeiza dapat merasakan kedua lututnya mulai goyah. Untuk pertama kalinya dia bisa menatap lekat wajah Ansel sedekat dan selama itu. Alis mata Ansel sangat lebat dan pekat. Menggambarkan ketegasan dan kekuatan. Wajahnya berbentuk oval dengan garis rahang yang sangat kokoh. Menampilkan aura yang sangat berkari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Obsessive Ex   Bab 40

    Mata Ansel membulat sempurna karena geram. Dia benar-benar merasa terhina. Baru kali ini ada gadis yang menganggap sentuhannya seperti najis. Kehadirannya sama sekali tidak dihargai, padahal sejatinya dia adalah tamu di perusahaan Chin Hwa. Tamu tak diundang. Mendadak Ansel merasa sangat kerdil.“Jadi, ke mana sekarang?” tanya Chin Hwa setelah meninggalkan pelataran parkir kantornya.Dia tidak mengerti mengapa Qeiza bersikap begitu antipati kepada Ansel. Bahkan, sejak pertama kali mereka bertemu. Ada rahasia apa di antara mereka?“Ke mana saja, yang penting bisa jauh dari Ansel,” jawab Qeiza. “Mood-ku selalu buruk setiap kali bertemu dengannya. Dia benar-benar menempatkanku dalam situasi sulit.”“Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian,” komentar Chin Hwa. “Tapi … apa itu tidak terlalu berlebihan?”“Maksud, Oppa? Aku telah bersikap terlalu kejam, begitu?”“Enggak juga sih.”“Tapi, kata-kata Oppa seolah-olah menganggapku seperti itu.”Chin Hwa terdiam sejenak. Dia tahu suasana

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • My Obsessive Ex   Bab 41

    Tak ada yang benar-benar mampu menyembunyikan sebuah kebohongan.***“Sial! Aku kehilangan jejak!”Ansel mengumpat kesal dan membanting punggungnya ke sandaran kursi putarnya. Kedua tangan bersatu membentuk tinju penuh geram.Kalau saja tidak terjadi kecelakaan fatal di depan matanya, dia pasti sudah berhasil menyusul Qeiza. Untung saja rem mobilnya sangat pakem sehingga tidak terjadi kecelakaan beruntun.“Ck, ck, ck! Pagi-pagi menghilang dari kantor, pulang-pulang seperti jenderal kalah perang,” cemooh Xander, mengenyakkan pantat di atas sofa.Dari meja kerjanya, dia dapat melihat dengan sangat jelas ketika Ansel melintas di depan ruangannya dengan wajah merah padam. Makanya dia buru-buru membuntuti Ansel.“Ada apa?” tanyanya. “Buruanmu kabur lagi?”Ansel menatap tajam pada Xander. Netra gelapnya semakin kelam. Seberkas kilatan putih pada iris matanya seperti kilau samurai yang siap mencincang tubuh Xander.“Kau pikir itu lucu?!”“Astaga! Aku hanya bertanya,” ujar Xander. “Kau makin s

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • My Obsessive Ex   Bab 42

    Ansel terus bergelut dengan lamunannya dan sejuta tanya yang justru semakin membuatnya bingung. Kalkulasi matematika dunia bisnis tak satu pun menyediakan formula sebab akibat yang mampu melahirkan premis tentang keanehan perilaku Qeiza kepadanya.“Apa-apaan ini, Ansel?!”Sebuah bentakan bernada tinggi menyentak khayalan tak berpintu Ansel. Dia terlonjak kaget dengan wajah pucat. Sebuah map cokelat meluncur pada permukaan meja dan bergerak cepat ke arahnya.Ansel menahan luncuran map itu dengan tangannya dan mendongak dengan mata terbeliak. Di depannya kini telah berdiri seorang wanita paruh baya dengan sorot mata mengalahkan tajamnya mata elang yang sedang berburu mangsa.“M–Mama?!” Ansel seperti sedang bermimpi melihat mamanya tegak sambil bersedekap tangan. “Angin apa yang membawa Mama kemari?”“Kau buka saja sendiri amplop di tanganmu itu dan jelaskan!”Ansel mengernyit. “Amplop apa ini, Ma?” tanyanya.Alina datang tanpa pemberitahuan dan dalam emosi yang sangat buruk. Hanya ada sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • My Obsessive Ex   Bab 43

    Diam adalah salah satu cara terbaik untuk mengendalikan emosi.***Entah berapa lama keheningan menyekap Ansel dan Alina dalam balutan resah dan gelegak darah nan membuncah. Ansel memeras otak untuk menguntai penjelasan penuh makna yang sekiranya dapat meredam panas hati mamanya.Sementara Alina berjuang mengendalikan diri agar sumpah serapah tak latah terucap, mengguncang pintu langit dengan kutukan si pahit lidah lantaran perkataan seorang ibu adalah doa mustajab bagi anaknya.“Ma, hari ini masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan,” bujuk Ansel, berusaha mengalihkan topik pembicaraan sekaligus pikiran Alina. “Bagaimana kalau Mama pulang dulu dan istirahat. Mama pasti capek, kan?”“Kamu sengaja ingin menghindar?”Ansel menggeleng sembari memasang wajah serius. “Enggak, Ma. Mama bisa lihat sendiri tumpukan dokumen di meja kerjaku,” kilahnya. “Aku janji akan menyediakan waktu untuk mendiskusikan itu nanti.”Alina menyelami kedalaman netra gelap Ansel dengan pandangan menyelidik.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • My Obsessive Ex   Bab 44

    “Maaf,” lirih Dae Hyun. “Entah kenapa perasaanku sangat tidak enak akhir-akhir ini.”“Aku baik-baik saja, Oppa,” sahut Qeiza. “Kurasa kau terlalu memaksakan diri untuk bekerja sampai larut malam.”Qeiza sangat mengenal kebiasaan Dae Hyun. Kakak angkatnya itu sebelas-dua belas dengan Ansel. Seorang penggila kerja yang tak mengenal waktu bila sudah berjibaku dengan tumpukan dokumen ataupun macbook.“Mungkin,” jawab Dae Hyun. “Tapi, kau selalu mengganggu pikiranku. Apa kau sedang dalam masalah?”Hati Qeiza terasa hangat mendapat perhatian dari Dae Hyun. Lelaki itu benar-benar peduli padanya. Dia sengaja tidak melibatkan Dae Hyun dalam setiap permasalahannya karena tidak ingin merepotkan Dae Hyun. Kakak angkatnya itu sudah sangat sibuk. Jadi, dia tidak boleh menambah beban pikirannya.“Aku punya kakak yang sangat peduli,” bangga Qeiza. “Mana mungkin masalah berani menghampiriku? Kakakku pasti akan membereskannya dengan mudah.”Qeiza mempersembahkan senyuman menawannya untuk Dae Hyun. “Bena

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11
  • My Obsessive Ex   Bab 45

    Jangan salahkan waktu bila kebersamaan mengantarmu pada sebuah rasa baru.***“Kau menaruh sesuatu di dalam minumannya?”“Enggak.”Kedua alis Dae Hyun semakin bertaut. Minuman tersebut belum kedaluwarsa, tetapi kenapa wajah Qeiza begitu pias ketika dia meminumnya?“S–sebenarnya … aku sudah mencicipinya,” aku Qeiza.Nada bicara Qeiza terdengar ragu dan malu. Sudut matanya curi-curi pandang pada Dae Hyun. Menilik bagaimana reaksi kakak angkatnya tersebut setelah mengetahui fakta yang sesungguhnya. Apakah dia akan merasa jijik, lalu berlari ke toilet untuk membongkar habis isi perutnya?“Benarkah?” Mata Dae Hyun sedikit membesar dan berkilat aneh.“Maaf, Oppa. Aku berniat untuk memberitahumu, tapi kau sudah terlanjur meminumnya.”“Lupakan saja! Toh semua sudah terjadi.”“Hah!”Qeiza tercengang. Dia tidak menduga Dae Hyun akan bersikap sesantai itu. Dia pikir Dae Hyun akan marah besar atau melempar botol tersebut ke mukanya.“Eit! Tunggu!”Qeiza berniat merampas botol di tangan Dae Hyun sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-13
  • My Obsessive Ex   Bab 46

    Qeiza masih setia pada kebisuan. Dia hanya melirik sekilas pada Dae Hyun, lalu kembali membuang muka. Dia belum bisa mengenyahkan rasa malu yang menelan kepercayaan dirinya untuk bersikap wajar terhadap Dae Hyun.Hanya gara-gara sebotol minuman, keakraban mereka mendadak berubah kaku. Jantung Qeiza juga kehilangan kendali atas detak normalnya. Ternyata pengaruh pikiran benar-benar dahsyat.Menyadari Qeiza masih belum dapat melupakan insiden botol minuman tersebut, Dae Hyun tak lagi berusaha mengajak Qeiza berbicara. Dia tidak mau suasana semakin canggung. Perlu waktu bagi mereka berdua untuk berdamai dengan ketidaksengajaan yang membuat pipi merona merah.Turun dari mobil, Qeiza tertegun selama beberapa waktu. Dia baru sadar kalau ternyata Dae Hyun telah membawanya ke Menara Eiffel. Asyik berkutat mengatasi kerikuhannya, Qeiza seperti melupakan dunia sekitar.“Katanya mau makan malam? Kok malah ke sini?” protes Qeiza.Dae Hyun mengacak gemas puncak kepala Qeiza yang berbalut hijab. “In

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • My Obsessive Ex   Bab 47

    Sebuah keputusan tanpa pemikiran yang matang hanya akan mendatangkan penyesalan.***“Mama serius mau tinggal di sini?” Ansel tak percaya Alina akan memutuskan untuk tetap tinggal bersamanya.“Ini rumahku juga. Apa ada yang salah dengan keputusanku?”“Lalu, bagaimana dengan perusahaan yang selama ini Mama kelola?”“Aku sudah tua dan lelah. Aku telah menyerahkan posisiku pada seseorang yang sangat kompeten dan dapat dipercaya.”Alina mengganti channel TV yang ditontonnya. Berkali-kali dia beralih dari angka yang satu ke nomor lainnya untuk menemukan acara yang menarik.Ansel melempar pandang pada Xander. Xander hanya mengedikkan bahu. Lebih baik dia tidak berkomentar daripada nanti tercipta ketegangan yang akan memperkeruh suasana. Xander dapat membaca rencana tersembunyi yang melatarbelakangi alasan Alina untuk bertahan di sisi Ansel. Wanita itu tentunya ingin mengawasi setiap gerak-gerik Ansel.“Terserah Mama saja!” Ansel pun pasrah.Tak ada gunanya bersikeras melarang Alina untuk ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17

Bab terbaru

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

  • My Obsessive Ex   Bab 170

    Qeiza menepuk kedua pundak Dae Hyun. “Turunkan aku di sini!” pintanya ketika tiba di depan pintu kamar orang tua angkatnya. Dia tidak mau Nyonya dan Tuan Kim melihat Dae Hyun menggendongnya. Dae Hyun segera berjongkok memenuhi permintaan Qeiza. Dia membimbing wanita itu masuk ke kamar orang tuanya. Nyonya Kim bergegas menyongsong Qeiza. “Kau tidak harus datang ke sini,” ujarnya. “Kau juga perlu istirahat.” Qeiza mengangkat kakinya sedikit. “Ini hanya cedera ringan, Eomma,” sahutnya. “Akan segera membaik.” Qeiza berjalan dengan sebelah kaki mendekati kursi yang disediakan Dae Hyun di dekat tempat tidur ayahnya. “Wajah Appa tampak lebih cerah setelah tiba di rumah.” Qeiza mencandai Tuan Kim yang melayangkan senyum kepadanya. “Tentu saja! Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.” “Aigoo … kalau begitu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik,” timpal Nyonya Kim. “Benar, Appa!” sambut Qeiza. “Sudah saatnya Appa bersantai di rumah.” Tuan Kim melirik Dae Hyun. “It

  • My Obsessive Ex   Bab 169

    Ansel berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari tempat persembunyiannya menuju pintu masuk rumah Dae Hyun. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan tak seorang pun memergoki aksinya. Ujung jari Ansel baru saja hendak menyentuh gagang pintu ketika dia merasakan sebuah tangan kekar menarik kerah bajunya dari belakang. Ansel memutar kepala ke kanan. Penjaga rumah Dae Hyun langsung menyambutnya dengan tatapan garang. “Bukankah seharusnya Anda sudah pulang?” Ansel tersenyum kecut. “Aku belum pamit sama Ae Ri,” sahutnya. “Tuan Muda Kim meminta saya untuk tidak membolehkan siapa pun masuk rumah sebelum dia pulang,” balas penjaga rumah itu, masih dengan wajah tak bersahabat. “Jadi, silakan pulang sekarang!” Ansel memasang wajah memelas. “Sebentar saja … biarkan aku ketemu Ae Ri sebelum pergi.” “Nona Muda Kim butuh istirahat. Dia tidak boleh diganggu.” Air muka Ansel berubah keruh karena putus asa. Penjaga rumah itu tidak mempan dirayu. Dia hanya bisa menoleh ke lantai atas saat

  • My Obsessive Ex   Bab 168

    Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya. Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan. “K–kakimu kenapa?” Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis. Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. “Sebaiknya kau keluar sekarang!” Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja. “Jangan sentuh!” larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya. “Kenapa? Sakit sekali ya?” Ansel menoleh pada Qeiza. “Kalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.” Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya. Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal

DMCA.com Protection Status