Share

Bab 22

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-06 05:07:37
“Aku merasa seperti seorang tahanan yang baru saja mendapat kebebasan,” sahut Qeiza.

“Ya ampun!” Mata Chin Hwa terbelalak. “Apa seburuk itu?”

Qeiza mulai meraih beberapa sketsa setengah jadi yang pernah digarapnya. Ia melirik sekilas pada Chin Hwa seraya melayangkan senyuman tipis.

“Bayangkan saja bagaimana rasanya dipaksa dirawat di rumah sakit jiwa, padahal kau sama sekali tidak gila.”

“Hahaha ….” Kekehan tawa Chin Hwa pun pecah. “Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Ansel mendengar apa yang baru saja kau katakan.”

“Kalau begitu, tidak usah dibayangkan,” tukas Qeiza. “Ayo mulai babak baru! Ada yang bisa kulakukan selain berkutat dengan rancangan yang belum jadi ini?”

“Ah, tentu saja.” Chin Hwa menyahut cepat.

Ia meraih sebuah map dari atas meja kerjanya dan bangkit dari tempat duduknya. Berjalan mendatangi Qeiza.

“Lihat ini!” Disodorkannya map itu kepada Qeiza.

Manik mata hazel Qeiza membulat ketika membaca isi map yang baru saja diterimanya dari Chin Hwa.

“Oh Chun Hei?” gumam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Obsessive Ex   Bab 23

    Sampai kapan pun, kebohongan tidak akan pernah berakhir dengan kebahagiaan.***Konsentrasi kerja Qeiza terpecah oleh dering ponsel. Ia melihat gawai yang tergeletak di sudut meja dengan lirikan malas, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada desain yang sedang ia garap.Dia pikir mungkin itu hanya panggilan iseng. Selama ini yang sering menghubungi di saat ia sedang sibuk bekerja hanyalah Ansel.Sekarang ia sudah tidak lagi terlibat proyek desain dengan mantan suaminya itu. Jadi, tidak ada alasan bagi lelaki itu untuk terus-terusan mengganggunya.Sialnya, Qeiza tidak bisa mengabaikan panggilan itu lebih lama lagi ketika dering ponselnya semakin melengking nyaring tanpa jeda.Diawali dengan helaan napas berat, Qeiza akhirnya meraih ponselnya. Matanya sedikit menyipit saat mendapati sebuah nomor asing tertera di sana. Namun, ia tidak punya pilihan selain menjawab panggilan itu.Roman muka Qeiza berubah seketika. Dia terlonjak bangkit dari tempat duduknya. Sebelah tangannya bergerak lin

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • My Obsessive Ex   Bab 24

    Qeiza tersentak. Mau tidak mau, dia harus mengakui bahwa Ansel memang sudah sangat berjasa dalam hidupnya selama empat tahun berstatus sebagai suaminya. Meskipun tidak pernah menemuinya ataupun berbicara dengannya, Ansel selalu mengirimkan uang untuk biaya hidup dan kuliahnya melalui Xander yang menjadi tangan kanannya.Teringat pada hal tersebut, Qeiza mengembuskan napas kencang. Tidak ada salahnya jika dia sedikit bersimpati pada Ansel. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena lelaki itu tidak sepenuhnya mengabaikan dirinya, walaupun faktanya dia juga tidak pernah menggunakan segala fasilitas yang sediakan Ansel untuknya.Dari tempatnya berbaring, Ansel melayangkan tatapan harap-harap cemas pada Qeiza. Sudut bibirnya sedikit melengkung, membentuk seringai kemenangan. Di sisi lain, relung hatinya berdebar kencang. Dia takut gadis itu akan melarikan diri dari ruangan itu dan dia tidak punya kekuatan untuk mengejarnya.Ansel memejamkan mata. Menghadapkan jiwanya pada Sang Pemilik

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • My Obsessive Ex   Bab 25

    Jangan biarkan mimpi buruk masa lalu mengacaukan masa depanmu!***Alih-alih kembali ke kantor, setelah melarikan diri dari rumah sakit, Qeiza malah meminta sang sopir taksi untuk mengantarnya ke tepian Sungai Seine.Dia berjalan di sepanjang tepian Sungai Seine dengan rasa hati tak menentu. Matanya menyapu keindahan puncak menara Eiffel yang terlihat jelas. Berharap pesona menakjubkan itu mampu mengusir segala gundah yang bercokol di dadanya.Sungguh ia tak mengerti mengapa takdir masih ingin terus mempermainkan dirinya. Bertahun-tahun ia bersabar dalam penantian. Memupuk asa bahwa suatu saat Ansel akan membuka hati untuknya sebagaimana ia jatuh cinta pada pandangan pertama saat menonton lelaki itu mengucapkan ijab kabul pada hari pernikahan mereka.Namun, semua penantian itu hanya mengantarnya pada secarik luka. Ketika akhirnya Ansel bersedia mengangkat panggilan teleponnya, yang berdengung di telinganya hanyalah suara manja seorang wanita beserta kecupan mesra.Hati Qeiza hancur ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • My Obsessive Ex   Bab 26

    “Kau belum menjawab pertanyaanku, Oppa,” kata Qeiza.Dia berbicara dengan nada datar dan ekspresi wajah yang terlihat biasa saja, tetapi kilat yang membias dari kedua manik matanya sarat dengan nuansa penyelidikan.“Oh, itu ….” Chin Hwa berusaha tenang. “Kebetulan tadi aku ada pertemuan dengan klien di sekitar sini,” tukasnya.Qeiza mengernyit. Instingnya merasakan sesuatu yang aneh dalam nada bicara Chin Hwa. Namun, dia tidak ingin mempertanyakannya.“Oh.” Qeiza hanya menyahut singkat, lalu meraih cangkir kopi yang baru saja tersaji di atas meja.Chin Hwa mendesah lega. Syukurlah Qeiza tidak tertarik untuk melanjutkan obrolan itu. Ia merasa tidak enak hati dan benar-benar dihantui rasa bersalah bila harus mengarang kebohongan lagi kepada gadis itu jika Qeiza bertanya lebih jauh.“Kau ke mana saja tadi?” tanya Chin Hwa. “Kau pergi buru-buru.”“Tidak ke mana-mana,” sahut Qeiza. “Sedang apes saja.”“Huh?” Chin Hwa menatap datar pada Qeiza. Sorot matanya menyimpan rasa tak percaya.“Ck! K

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • My Obsessive Ex   Bab 27

    Jika kau melepaskan seekor kijang kembali ke rimba, maka jangan pernah berharap kau akan kembali menangkapnya dengan mudah.***Qeiza baru saja selesai mandi. Tubuhnya bahkan masih berbalut handuk. Namun, suara gedoran di pintu apartemennya benar-benar sangat mengganggu.Suara itu terdengar tergesa-gesa dan sangat tidak sabar. Membuat Qeiza jengah di balik rasa herannya.'Biar saja!' pikir Qeiza. 'Mungkin ada tetangga yang sedang mabuk.'Teringat pengalaman pernah ada penghuni apartemen lain yang melakukan hal seperti itu di saat dia sedang mabuk, Qeiza menjadi lebih tenang. Dia meneruskan langkahnya menuju lemari pakaian.Dia tersenyum lega ketika tak lagi terdengar suara berisik dari pintu apartemennya. Mungkin orang itu sudah pergi. Begitu yang ada di pikiran Qeiza.“Ae Ri! Buka pintunya!”Kelegaan Qeiza ternyata hanya berlangsung sesaat. Gedoran bertubi-tubi pada pintu apartemennya kembali terdengar, disertai teriakan lantang seorang pria yang memanggil namanya.“Ansel?” gumam Qeiz

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • My Obsessive Ex   Bab 28

    BAM!Terdengar suara pintu dibanting keras seiring dengan tubuh Ansel yang tertarik mundur. Seseorang telah mencengkeram kerah bajunya dengan kuat.“Bukan seperti itu caranya bertamu,” sindir sebuah suara bernada dingin.“Lepaskan bajuku!” perintah Ansel. Darahnya menggelegak. Usahanya nyaris berada di ambang keberhasilan ketika seseorang mengacaukan segalanya.“Urus saja urusanmu sendiri!” omel Ansel.Dia balik badan, tepat pada saat ia merasakan tangan sang pengganggu telah terlepas dari kerah bajunya.“Kau!”Ansel melotot tidak senang begitu mengetahui siapa sosok yang telah menggagalkan perjuangannya.“Ya, aku!”Chin Hwa tersenyum santai dengan kedua tangan yang telah terselip dalam saku celana.“Kau tak berhak ikut campur dalam urusanku,” tegas Ansel.“Siapa yang tertarik untuk melibatkan diri dalam permasalahanmu?” ledek Chin Hwa. “Aku hanya melindungi milikku.”Chin Hwa berkata tidak kalah tegasnya dari Ansel. Raut mukanya yang semula tenang dan ramah, kini terlihat serius dan t

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • My Obsessive Ex   Bab 29

    Apa pun yang kau tanam, maka engkaulah yang akan memetik hasilnya.***“Itu paket yang dikirimkan pengacara Nona Qeiza,” sahut Xander. “Tentu kau yang lebih berhak untuk membukanya.”Ansel menghela napas panjang. “Simpan saja!” titahnya.Dia sudah bisa menebak apa isi paket itu. Pastilah akta cerainya. Semua sudah berakhir sekarang. Beban yang selama ini mengimpit dadanya sudah hilang tak berbekas.“Kau yakin tidak mau mengeceknya?” tanya Xander.Amplop itu kini sudah berada dalam genggaman tangannya lagi. Keningnya mengerut ketika merasakan sesuatu yang aneh di dalam amplop itu.“Untuk apa?” timpal Ansel, masih dengan nada enggan. “Paling cuma akta cerai.”Xander mengguncang amplop itu di dekat telinganya. “Kurasa bukan hanya itu,” sangkalnya.“Bunyinya aneh!” imbuhnya lagi.Telinga Ansel juga menangkap suara aneh yang timbul dari guncangan tangan Xander itu. Dia pun duduk di atas sofa. Mengode Xander dengan matanya.Xander ikut duduk di hadapan Ansel. “Jadi, benaran dibuka nih?” tany

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • My Obsessive Ex   Bab 30

    Dengan tangan gemetar, Ansel membuka paket yang diberikan Xander. Beberapa kali ia terlihat menarik napas panjang dan dalam.Kedua matanya mendadak berembun tatkala sebuah kotak hitam kini berada dalam genggaman tangannya.“Dia juga tidak memakai perhiasan ini,” gumam Ansel.Satu set perhiasan berlian yang menghuni kotak itu tetap utuh, seperti tidak pernah disentuh. Dada Ansel semakin sesak saat menyadari mantan istrinya itu sama sekali berbeda jauh dari perkiraannya, padahal semua perhiasan itu adalah mahar perkawinan mereka.Meskipun bercerai, bukankah tak seharusnya wanita itu mengembalikannya? Dia berhak atas mahar itu, apalagi harga perhiasan itu sangat mahal. Bagaimana seorang wanita tidak tergoda dengan semua kemewahan yang diberikannya?“Masih ada lagi,” seru Xander, mengejutkan lamunan Ansel.Sahabatnya itu baru saja mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam paket yang diletakkan Ansel di atas meja. Lelaki itu hanya fokus pada kotak berukuran besar dan tidak begitu memperhat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14

Bab terbaru

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

  • My Obsessive Ex   Bab 170

    Qeiza menepuk kedua pundak Dae Hyun. “Turunkan aku di sini!” pintanya ketika tiba di depan pintu kamar orang tua angkatnya. Dia tidak mau Nyonya dan Tuan Kim melihat Dae Hyun menggendongnya. Dae Hyun segera berjongkok memenuhi permintaan Qeiza. Dia membimbing wanita itu masuk ke kamar orang tuanya. Nyonya Kim bergegas menyongsong Qeiza. “Kau tidak harus datang ke sini,” ujarnya. “Kau juga perlu istirahat.” Qeiza mengangkat kakinya sedikit. “Ini hanya cedera ringan, Eomma,” sahutnya. “Akan segera membaik.” Qeiza berjalan dengan sebelah kaki mendekati kursi yang disediakan Dae Hyun di dekat tempat tidur ayahnya. “Wajah Appa tampak lebih cerah setelah tiba di rumah.” Qeiza mencandai Tuan Kim yang melayangkan senyum kepadanya. “Tentu saja! Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.” “Aigoo … kalau begitu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik,” timpal Nyonya Kim. “Benar, Appa!” sambut Qeiza. “Sudah saatnya Appa bersantai di rumah.” Tuan Kim melirik Dae Hyun. “It

  • My Obsessive Ex   Bab 169

    Ansel berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari tempat persembunyiannya menuju pintu masuk rumah Dae Hyun. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan tak seorang pun memergoki aksinya. Ujung jari Ansel baru saja hendak menyentuh gagang pintu ketika dia merasakan sebuah tangan kekar menarik kerah bajunya dari belakang. Ansel memutar kepala ke kanan. Penjaga rumah Dae Hyun langsung menyambutnya dengan tatapan garang. “Bukankah seharusnya Anda sudah pulang?” Ansel tersenyum kecut. “Aku belum pamit sama Ae Ri,” sahutnya. “Tuan Muda Kim meminta saya untuk tidak membolehkan siapa pun masuk rumah sebelum dia pulang,” balas penjaga rumah itu, masih dengan wajah tak bersahabat. “Jadi, silakan pulang sekarang!” Ansel memasang wajah memelas. “Sebentar saja … biarkan aku ketemu Ae Ri sebelum pergi.” “Nona Muda Kim butuh istirahat. Dia tidak boleh diganggu.” Air muka Ansel berubah keruh karena putus asa. Penjaga rumah itu tidak mempan dirayu. Dia hanya bisa menoleh ke lantai atas saat

  • My Obsessive Ex   Bab 168

    Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya. Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan. “K–kakimu kenapa?” Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis. Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. “Sebaiknya kau keluar sekarang!” Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja. “Jangan sentuh!” larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya. “Kenapa? Sakit sekali ya?” Ansel menoleh pada Qeiza. “Kalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.” Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya. Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal

DMCA.com Protection Status