Share

Bab 128

“Setiap waktu yang kulalui tanpamu terasa sangat menyiksa,” kata Chin Hwa. “Aku seperti seekor lebah yang tersesat di hamparan padang ilalang tanpa bunga.”

Chin Hwa menyelami kedalaman netra hazel Qeiza. Warna indah itu memunculkan hasratnya untuk mengecupnya.

“Setiap detik, aku menahan diri dari rasa dahaga akan manisnya nektar,” lanjut Chin Hwa. “Dan itu membuatku gila.”

Chin Hwa memberanikan diri menjamah pipi Qeiza dengan jari sedikit bergetar. Seketika warna merah pada pipi wanita itu membuatnya menelan ludah.

“Kau ….” Chin Hwa menyapu setiap mili wajah Qeiza dengan tatapan dahaga seorang pria pada wanita pujaannya. “Kau … adalah sekuntum bunga yang hanya bisa kulihat dari kejauhan karena masih terhalang dinding kaca.”

Suara Chin Hwa terdengar serak dan berat. “Aku ingin menyingkirkan penghalang itu. Aku … aku ingin setiap saat bisa menyentuh kelopakmu.”

Pipi Qeiza terasa panas dan semakin memerah mendengar rayuan Chin Hwa. Rangkaian kata-kata lelaki itu seakan membawanya t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status