Share

Bab 11

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2021-03-21 05:07:25

Apa pun yang kau inginkan, butuh perjuangan dan kesungguhan untuk mewujudkannya.

***

Pandangan Xander terpaku pada sosok Qeiza yang sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sudah dua hari Xander mengamati wajah Qeiza dengan sangat teliti dari kejauhan.

“Aku yakin sekali gadis itu adalah Nona Qeiza,” gumam Xander berulang kali pada diri sendiri.

Xander membuka data diri Qeiza yang berhasil dihimpunnya. Data terakhir menginformasikan bahwa mantan istri bosnya itu telah menamatkan program pascasarjana-nya beberapa bulan yang lalu dari salah satu universitas ternama di kota ini.

Jadi, tidak mengherankan bila dia bisa memperoleh pekerjaan dengan sangat mudah di sini. Masalahnya, gadis yang diyakininya sebagai Qeiza itu justru bernama Kim Ae Ri.

Xander tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Apakah hanya sebuah kebetulan mereka memiliki kesamaan wajah? Atau memang Qeiza yang telah mengubah identitasnya secara rahasia?

“Aaargh!” Xander menggeram bingung.

Bagaimana mungkin dia memberitahu Ansel kalau dia sendiri belum bisa mengumpulkan bukti valid tentang dugaannya itu?

“Jadi, kerjaanmu seharian ini hanya melamun?” sentak Ansel, membanting bundelan map di atas meja Xander.

“Aish! Bikin kaget saja!” gerutu Xander.

CTAK!

Buku jari tengah Ansel refleks mendarat di kepala Xander.

“Jaga pandangan matamu!” ujar Ansel.

Sudah cukup lama dia mengikuti arah tatapan Xander. Mengetahui asistennya itu tengah tenggelam dalam pesona Qeiza, darahnya jadi mendidih hingga ke ubun-ubun.

“Dia milikku!”

“Hah!”

“Kenapa? Ada yang salah?”

Xander bengong. Ansel begitu tergesa-gesa menyetujui perceraiannya dengan Qeiza. Kenapa sekarang lelaki itu malah mengklaim wanita itu sebagai miliknya? Ada yang korslet dengan isi kepala Ansel.

“Kau sudah menalak istrimu, Man!” ujar Xander, mengingatkan Ansel.

“Terus kenapa?” tanya Ansel. “Justru itu sebuah kebetulan yang menguntungkan, bukan?”

Raut muka Ansel berbinar cerah dan dia berkata dengan penuh percaya diri, seakan ia telah mengambil keputusan yang sangat tepat dengan menyetujui gugatan cerai dari Qeiza.

'Tunggu sampai aku menemukan bukti bahwa Kim Ae Ri adalah Qeiza,' cetus Xander. 'Aku mau lihat apa kau masih berpikir bahwa perceraianmu adalah sebuah keberuntungan atau malah sebaliknya.'

Sayangnya, semua perkataan itu hanya bergema di dalam hatinya. Dia tidak punya cukup keberanian untuk melontarkan rangkaian kalimat itu secara langsung kepada Ansel.

“Suatu hari kau akan menyesalinya,” ujar Xander.

No, no, no. No way!”

Ansel menyangkal dengan nada suara yang sangat yakin disertai jari telunjuk yang bergerak tegas.

Ia berpaling pada Qeiza yang sedang berkutat dengan desainnya. Senyumannya langsung merekah begitu melihat ekspresi lucu yang ditampilkan Qeiza saat tengah fokus dengan pekerjaannya.

“Aku telah menemukan tambatan hatiku, Xander,” gumam Ansel. “Dialah wanita yang kuinginkan.”

Ansel berkata dengan suara serak dan sarat dengan rasa damba. Manik matanya pun berpijar terang, seakan penuh dengan kerlip bintang.

“Dia sangat cantik … dan unik. Iya, kan?”

Xander hanya geleng-geleng kepala mendengar pujian yang dilontarkan Ansel untuk Qeiza.

“Dia tidak lebih cantik dari istri yang telah kau ceraikan!” sahutnya.

Ansel langsung berpaling kepada Xander dengan tatapan garang. Ia membungkuk. Tubuhnya yang jangkung mampu melangkahi meja kerja asisten pribadinya itu.

Ansel mencengkeram tulang geraham Xander dengan kuat. “Sekali lagi kau mengingatkanku pada wanita benalu itu, aku tidak akan segan-segan memulangkanmu ke tanah air,” ancamnya.

Ya. Bagi Ansel, sosok Qeiza tak ubahnya seperti benalu yang akan membunuh inangnya secara perlahan. Sialnya, ayahnya telah menempelkan benalu itu kepadanya hanya dengan alasan konyol bahwa ibunya menginginkan menantu berdarah Indonesia, sama seperti dirinya.

Untungnya, benalu itu justru memilih memisahkan diri darinya dengan mengajukan gugatan cerai tiga bulan setelah ayahnya meninggal dunia. Ibunya? Tentu saja Ansel harus merahasiakan semua itu dari ibunya yang masih berduka.

“Terserah kau saja!” tukas Xander. “Jangan bilang aku tidak pernah memperingatkanmu!”

Xander meraih map yang diempaskan Ansel tadi, lalu menyibukkan diri dengan dokumen itu. Masa bodoh dengan wajah tegang Ansel saat lelaki itu kembali ke ruang kerjanya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yenny Sidharta
suka sama cerita,tp ada bbrp bahasa yang tidak saya mengerti....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Obsessive Ex   Bab 12

    Qeiza baru saja melipat sajadahnya. Dia salat zuhur di dalam ruang kerjanya dengan menyekat bagian sudut ruangan itu, sekadar cukup untuk ia menunaikan kewajibannya tanpa harus bersusah payah keluar dari kantor Ansel.Wajah segar Qeiza tersenyum semringah setelah menyambar arloji yang diletakkannya di atas meja. Masih lumayan banyak waktu tersisa untuk menikmati santap siang. Namun, belum sampai tangannya meraih handle pintu, pintu itu sudah terbuka dari luar.Ansel sudah berdiri dua langkah di depannya dengan tangan menenteng kotak berisi makanan dan minuman.“Kau hampir saja melewatkan makan siang,” kata Ansel.Dia mengangkat kotak makanan di tangannya sedikit lebih tinggi, bahkan nyaris menyamai ketinggian wajah Qeiza.Tanpa memedulikan ekspresi tidak senang Qeiza ataupun persetujuan gadis itu, Ansel langsung merangsek masuk dengan penuh percaya diri.Dia langsung duduk di atas sofa dan membuka kotak makanan yang dibawanya.“Ayo duduk sini!” ajaknya. “Aku sengaja meminta Xander memb

    Last Updated : 2021-03-21
  • My Obsessive Ex   Bab 13

    Melewati batas hanya akan mendatangkan masalah.***“Aaah, rasanya aku baru saja kembali dari medan perang.”Qeiza mengempaskan diri di atas kursinya, bersandar lesu dengan kedua tangan menjuntai lemas. Dia benar-benar merasa sangat lelah.“Ansel memperlakukanmu dengan buruk?”Qeiza tersentak. Segera ia memperbaiki posisi duduknya. Dia mengutuk keteledorannya yang tidak memperhatikan meja kerja Chin Hwa.“Kau sudah pulang?” tanya Qeiza. “Seharusnya besok, kan?”Chin Hwa berjalan mendatangi meja Qeiza. “Jadwalnya sih iya, tapi agendanya dipercepat. Jadi, aku bisa pulang lebih awal.”“Oh.”Qeiza cuma ber-oh tanpa mengeluarkan suara. Dia pikir Chin Hwa masih di luar negeri.“Katakan padaku!” ujar Chin Hwa. “Apa Ansel bersikap tidak sopan?”Qeiza membuang napas kencang. “Enggak sih, tapi dia membuatku lelah.”“Huh? Dia sering memintamu lembur?”“Tidak juga.”“Lalu?”“Entahlah. Aku benci sikap diktatornya,” jelas Qeiza. “Sedikit posesif juga.”Chin Hwa mengulum senyum. “Hajar saja kalau dia

    Last Updated : 2021-03-22
  • My Obsessive Ex   Bab 14

    “Ansel? Apa-apaan kamu?” cicit Qeiza.Akan tetapi, Ansel tak memedulikan protes Qeiza. Dia membuka pintu mobil dan mendorong Qeiza dengan kasar. Kemudian, ia membanting daun pintu tanpa kata.Chin Hwa hanya bisa melongo, menatap kepergian Qeiza yang diculik Ansel di depan matanya. Giginya bergemeletuk menahan geram. Kedua tangannya pun terkepal. Mata cokelatnya berkilat berang.“Ansel … kau telah melewati batas!”Duduk bergeming di samping Ansel, Qeiza menatap lurus ke depan. Dia mengelem mulutnya dengan sangat rapat setiap kali lelaki itu mengajaknya berbicara.Teringat ia telah meninggalkan Chin Hwa tanpa sempat pamit, Qeiza merogoh tas dan mengeluarkan ponselnya. Namun, secepat kilat tangan Ansel menyambar gawai itu.“Jangan pernah menghubungi lelaki lain saat kau bersamaku!”Qeiza mendelik keki. Sejak kapan lelaki itu begitu berambisi untuk mengendalikan hidupnya. Empat tahun terikat dalam tali pernikahan, tak pernah sekali pun Ansel menghubunginya. Jangankan mengajaknya pergi meni

    Last Updated : 2021-03-22
  • My Obsessive Ex   Bab 15

    Jika ingin menangkap kupu-kupu, tanamlah kumpulan bunga adiwarna. Jangan pernah memburunya karena semua usahamu akan berakhir sia-sia.***Jantung Qeiza berdetak dengan sangat cepat. Dia ingin memberontak, tetapi tenaga lelaki yang menyeretnya jauh lebih kuat.Saat menyadari dia diseret keluar dari restoran itu lewat pintu belakang, Qeiza mencoba menyikut lelaki tersebut.“Akh!”Terdengar pekik mengaduh. Bergegas Qeiza balik badan, siap melancarkan serangan susulan yang mengarah kepada aset pribadi lelaki itu.“Tahan, Ae Ri!” Lelaki itu berteriak, menghentikan gerakan Qeiza. “Ini aku, Chin Hwa.”“Oppa?”Qeiza tercengang. Dia tak menduga bosnya itu akan mengikutinya.“Ssstt!”Mendugas Chin Hwa menarik tangan Qeiza, bersembunyi dengan berjalan membungkuk dari mobil ke mobil hingga tiba di mobilnya sendiri.“Cepat masuk!” perintah Chin Hwa.Tatapan matanya terus mengawasi gerakan Ansel dari dalam restoran. Tampak lelaki itu melirik jam di pergelangan tangannya, lalu bangkit dari tempat du

    Last Updated : 2021-04-01
  • My Obsessive Ex   Bab 16

    Netra gelap Ansel terlihat semakin kelam laksana lubang hitam yang siap mengisap segala sesuatu yang mendekatinya, apalagi menyinggungnya.Chin Hwa bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati sofa. “Sebaiknya Anda duduk dulu,” ujar Chin Hwa. “Dan ceritakan apa yang sesungguhnya terjadi!”Ansel menyelisik ekspresi Chin Hwa dengan tatapan tajamnya. Lelaki itu tampak tenang, seakan dia sungguh-sungguh tidak mengetahui keberadaan Qeiza. Ansel pun tidak bisa bersikeras dengan prasangkanya.“Tidak usah,” tolak Ansel.Dia langsung balik badan dan meninggalkan ruangan Chin Hwa tanpa mengucapkan permintaan maaf. Gurat kekecewaan melebur bersama kemarahan pada wajah tampannya.Chin Hwa menatap punggung Ansel yang semakin menjauh dengan pandangan dingin dan dalam.***Xander menggerakkan kepalanya ke segala arah. Meregangkan otot lehernya yang terasa kaku.“Aku butuh secangkir kopi,” gumamnya seraya bangkit dari kursi putarnya.Namun, baru saja selangkah dia meninggalkan kursi kebesarannya itu,

    Last Updated : 2021-04-01
  • My Obsessive Ex   Bab 17

    Cinta adalah candu dahsyat yang bisa membuat seorang pria kehilangan kendali atas kesadarannya.***“Pas de parking ici, Monsieur!” Polisi muda itu menunjuk rambu berwarna biru dengan lingkaran dan garis diagonal berwarna merah.Ansel menepuk keningnya dengan raut muka lesu. Gara-gara berniat mengejar Qeiza, dia bertindak gegabah. Dia tidak memperhatikan rambu lalu lintas di sekitarnya. Alhasil, dia harus berurusan dengan pihak kepolisian setempat.“Sial! Seumur-umur baru kali ini aku melakukan hal bodoh dan mempermalukan diri sendiri,” gerutu Ansel, terbayang musibah kecil yang baru saja menderanya akibat memburu Qeiza.Dia menyandarkan kepala pada punggung kursi kebesarannya sembari menengadah. Masih tak percaya bahwa dia bisa begitu ceroboh hanya karena seorang wanita.“Aku seperti tak mengenalimu,” komentar Xander.Dia duduk di atas sofa dengan bertopang lengan pada kedua paha. Jemarinya saling bertaut. Sementara tatapannya tertuju pada sosok Ansel yang terlihat memejamkan mata.“A

    Last Updated : 2021-04-02
  • My Obsessive Ex   Bab 18

    Chin Hwa menebar senyuman ramah penuh pesona kepada para awak media itu.“Tuan Song, malam ini Anda datang tidak sendiri,” ujar seorang wartawan, memulai sesi wawancara. “Apakah itu artinya Anda akan segera mengakhiri masa lajang Anda?”Senyuman Chin Hwa semakin lebar mendengar pertanyaan yang sangat menjurus itu. Hatinya mendadak berdebar. Diliriknya Qeiza yang tegak mematung di sebelahnya.Ekspresi gadis itu terlihat datar sehingga menyulitkan dirinya untuk mereka-reka bagaimana perasaan Qeiza sehubungan dengan pertanyaan yang agak tidak mengenakkan itu.“Ah, masalah itu … lihat bagaimana nanti saja,” jawab Chin Hwa. “Sekarang masih terlalu dini untuk mengungkapkan segalanya.”“Sedikit saja, Tuan Song!” pinta jurnalis lainnya. “Setidaknya beri kami sedikit bocoran yang menyenangkan.”Muka Qeiza mulai berubah. Terkurung di tengah gerombolan kuli tinta tak ubahnya bagai terjebak dalam jaring laba-laba. Sulit sekali untuk melepaskan diri.Tatapan tajam Chin Hwa segera menyadari perubaha

    Last Updated : 2021-04-02
  • My Obsessive Ex   Bab 19

    Ketika kau tak berniat menemukan cahaya, maka selamanya kau akan terperangkap dalam kegelapan.***“Aku tidak menyangka kamu direktur baru perusahaan M.”“Begitulah.”“Oh My God! Haruskah kita jaga jarak mulai sekarang?”Ansel mengedikkan bahu dengan mimik lucu. Dia juga tidak menyangka kalau pemimpin perusahaan yang menjadi pesaingnya adalah teman semasa kuliahnya dulu.“Sepertinya kamu sudah sangat mengenal Tuan Song dan Nona Kim,” ujar Ansel.Dia mencoba mengorek keterangan tentang kedekatan hubungan Dae Hyun dengan Qeiza dengan cara yang tidak begitu kentara.“Tentu saja,” sahut Dae Hyun. “Kami juga pernah menjadi relasi bisnis.”Dae Hyun melirik Chin Hwa. “Bukan begitu, Tuan Song?”“Benar sekali!” Chin Hwa menyahut singkat.Dae Hyun mengalihkan perhatiannya pada Qeiza. “Ah, Ae Ri … bisa bicara empat mata?”Tanpa menunggu reaksi Qeiza, Dae Hyun menarik lengan wanita itu. Melangkah cepat, keluar dari ballroom.Bias mata Ansel menggelap. Dia tidak suka melihat pemandangan itu. Kalau

    Last Updated : 2021-04-03

Latest chapter

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

  • My Obsessive Ex   Bab 170

    Qeiza menepuk kedua pundak Dae Hyun. “Turunkan aku di sini!” pintanya ketika tiba di depan pintu kamar orang tua angkatnya. Dia tidak mau Nyonya dan Tuan Kim melihat Dae Hyun menggendongnya. Dae Hyun segera berjongkok memenuhi permintaan Qeiza. Dia membimbing wanita itu masuk ke kamar orang tuanya. Nyonya Kim bergegas menyongsong Qeiza. “Kau tidak harus datang ke sini,” ujarnya. “Kau juga perlu istirahat.” Qeiza mengangkat kakinya sedikit. “Ini hanya cedera ringan, Eomma,” sahutnya. “Akan segera membaik.” Qeiza berjalan dengan sebelah kaki mendekati kursi yang disediakan Dae Hyun di dekat tempat tidur ayahnya. “Wajah Appa tampak lebih cerah setelah tiba di rumah.” Qeiza mencandai Tuan Kim yang melayangkan senyum kepadanya. “Tentu saja! Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.” “Aigoo … kalau begitu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik,” timpal Nyonya Kim. “Benar, Appa!” sambut Qeiza. “Sudah saatnya Appa bersantai di rumah.” Tuan Kim melirik Dae Hyun. “It

  • My Obsessive Ex   Bab 169

    Ansel berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari tempat persembunyiannya menuju pintu masuk rumah Dae Hyun. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan tak seorang pun memergoki aksinya. Ujung jari Ansel baru saja hendak menyentuh gagang pintu ketika dia merasakan sebuah tangan kekar menarik kerah bajunya dari belakang. Ansel memutar kepala ke kanan. Penjaga rumah Dae Hyun langsung menyambutnya dengan tatapan garang. “Bukankah seharusnya Anda sudah pulang?” Ansel tersenyum kecut. “Aku belum pamit sama Ae Ri,” sahutnya. “Tuan Muda Kim meminta saya untuk tidak membolehkan siapa pun masuk rumah sebelum dia pulang,” balas penjaga rumah itu, masih dengan wajah tak bersahabat. “Jadi, silakan pulang sekarang!” Ansel memasang wajah memelas. “Sebentar saja … biarkan aku ketemu Ae Ri sebelum pergi.” “Nona Muda Kim butuh istirahat. Dia tidak boleh diganggu.” Air muka Ansel berubah keruh karena putus asa. Penjaga rumah itu tidak mempan dirayu. Dia hanya bisa menoleh ke lantai atas saat

  • My Obsessive Ex   Bab 168

    Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya. Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan. “K–kakimu kenapa?” Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis. Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. “Sebaiknya kau keluar sekarang!” Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja. “Jangan sentuh!” larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya. “Kenapa? Sakit sekali ya?” Ansel menoleh pada Qeiza. “Kalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.” Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya. Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal

DMCA.com Protection Status