57Rombongan puluhan orang yang mengenakan kemeja putih dan celana jin biru, bergerak menaiki pesawat sewaan. Semua orang memasang tampang serius dan menambah ketegangan suasana. Dante duduk berdampingan dengan Alvaro. Keduanya sama-sama memandangi layar ponsel di mana foto istri dan anak masing-masing menjadi wallpapernya. Kendatipun sudah sering berperang, tetapi Alvaro dan Dante meyakini, pertempuran yang akan dihadapi beberapa hari mendatang akan menjadi yang terbesar dalam sejarah hidup keduanya.Puluhan menit terlewati, pesawat telah mengudara. Hampir semua penumpang tidur, karena mereka harus mengumpulkan tenaga sekaligus menguatkan mental. Alvaro yang tidak bisa tidur, akhirnya mengambil buku ajaibnya dari tas ransel. Dia membaca ulang strategi yang akan digunakan dalam penyerangan nanti.Sudah sejak lama Alvaro menyusun rencana itu. Dia deg-degan karena khawatir pihak Xie bisa menahan serangan dan berhasil mengalahkan kelompoknya. Terutama karena area peperangan berada di
58"Apa tidak bisa penyerangan itu dibatalkan?" tanya Earlene sambil mengusap rambut kekasihnya. "Mereka yang menantang, Sayang. Kami hanya melanjutkan peperangan yang dulu," sahut Chyou sembari mengeratkan pelukan pada tubuh perempuannya yang kian berisi. "Aku sangat takut," cicit Earlene."Tenanglah. Kami tidak akan apa-apa. Varo dan tim-nya sudah berpengalaman dalam pertempuran semacam ini. Strategi mereka selalu berhasil." "Jangan terlalu sombong. Bisa saja kali ini kalian akan kalah." "Ya, aku sudah paham tentang itu. Tapi, aku juga yakin, rencana pelarian akan sukses. Terutama karena banyaknya tim pendukung, dan kita sangat paham lokasinya." Earlene mendengkus. "Aku tetap khawatir." "Jangan terlalu dipikirkan. Kamu fokus ke anak kita saja." "Ehm, mamamu membelikan susu untuk Ibu hamil, satu dus besar." Chyou tersenyum. "Mama sangat senang mau dapat cucu. Walaupun kadang dia masih mengomel, tapi aku tahu, Mama gembira." "Bibi Xia He memberiku banyak vitamin, dan ternyata
59Ruang pertemuan terbesar di hotel milik keluarga Cheung, seketika penuh orang. Masing-masing kelompok diminta duduk berderet sesuai warna tim, yang terdiri dari hijau, kuning dan putih. Jianzhen yang menjadi pemimpin pasukan, menempati kursi di dekat podium. Demikian pula dengan Chyou, Alvaro dan Loko. Putra kedua Rembrand tersebut menyapa hadirin dengan bahasa Kanton, kemudian dia mempersilakan sang koko untuk menyampaikan beberapa hal penting. Chyou berdiri dan jalan mendekati papan putih besar, di mana telah ada keterangan skema A penyerangan. Dia menjelaskan detail tempat semua regu yang telah diatur, kemudian Chyou meminta para ketua kelompok untuk memperjelas hal itu pada anggota masing-masing. Lima belas menit berlalu, hampir semua orang telah meninggalkan ruangan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Sementara semua ketua kelompok masih bertahan di tempat duduk, buat mendengarkan penjelasan selanjutnya.Alvaro meminta Chyou untuk tidak mengumumkan semua strategi
60Puluhan orang turun dari belasan mobil SUV dan MPV yang diparkirkan beberapa puluh meter, dari kelab malam milik keluarga Xie di Macau. Mereka langsung berpencar menuju lokasi tugas masing-masing, sesuai strategi yang dibuat Alvaro.Semua orang menggunakan pakaian serba hitam yang disertai penutup kepala dan wajah gelap. Hanya pita putih, kuning dan hijau di lengan kiri masing-masing menjadi pembeda antar kelompok. Chyou yang berada di barisan kedua kelompok putih, berjongkok di belakang mobil sedan hitam yang diketahuinya sebagai milik Seamus. Dia memandangi banyak orang dari semua tim yang sibuk menggembosi seluruh mobil. Seunit mobil MPV hitam berhenti di depan kelab yang masih belum ramai. Tim terakhir yang menggunakan setelan jas hitam, turun dari kendaraan tersebut dan bergegas menyambangi petugas jaga di dekat pintu utama. Lionel dan Clement menunjukkan surat undangan pertemuan yang diterimanya dari Flint. Setelah memastikan keabsahannya, para penjaga mempersilakan putra
61Bunyi ban mobil berdecit dari kejauhan menyebabkan Shen tegang. Putra pertama Richard Cheung menepuk pundak Kakak iparnya. Lucas memandangi beberapa mobil yang tengah mendekat, kemudian dia berteriak agar semua anak buahnya bersembunyi dan merunduk. Letusan demi letusan mengiringi puluhan butir peluru yang menghantam badan mobil-mobil di bagian luar kelab. Setelah kendaraan para penyerang berhenti, semua orang berjaket kulit hitam keluar sambil mengacungkan senjata tajam. Lucas dan Shen berdiri. Mereka mengeluarkan senjata masing-masing sambil jalan maju menyambangi kelompok lawan. Demikian pula dengan seluruh anggota kelompok sembilan dan sepuluh. Yanuar, Nugraha, Fajar, Salman, Satrio, Haryono dan Galang yang bersembunyi di belakang mobil para tamu kelab, membidik lawan dan langsung menembak tempat-tempat penting. Kendatipun sebenarnya mereka ingin menembak dada ataukah kepala, sedapat mungkin ditahan agar tidak menimbulkan masalah ke depannya. Pekikan para korban beradu den
62Flint memegangi kompresan di rahangnya, sembari memikirkan cara untuk menyelamatkan kedua adiknya dan sang asisten. Namun, setelah cukup lama berpikir, tidak ada satu pun solusi yang ditemukannya. Flint menggerutu dalam hati. Tidak adanya Jacob membuatnya sulit mencari jalan keluar. Ditambah lagi Jason juga ikut ditawan seperti halnya Jacob, Seamus dan Wayne. Tatapan Flint beralih pada Benton dan beberapa kerabatnya yang tengah diobati perawat dan dokter, yang terpaksa membantu para pasien setelah ditodong senjata api. Puluhan menit terlewati, anggota kelompok Flint akhirnya keluar dari rumah sakit. Mereka bisa melenggang bebas karena pihak polisi masih berjibaku untuk menahan tim mafia lainnya, yang merupakan orang suruhan teman-teman Flint. Anak tertua Fang Xie menaiki mobil yang tidak terkena peluru ataupun penggembosan ban, karena berada di belakang gedung kelab. Flint memandangi langit malam nan pekat sambil memikirkan nasib para tawanan. Terutama Seamus, karena dialah ta
63Wirya merintih saat lukanya dibersihkan Xia He, di salah satu rumah sakit di di Kota Taipei. Pria berkulit kuning langsat mengeraskan rahang ketika rasa sakit kembali meningkat. Meskipun sudah disuntik anestesi lokal, tetapi dia tetap kesakitan.Zulfi mengulurkan handuk yang segera digigit Wirya. Kemudian direktur keuangan PBK turut memegangi lengan sahabatnya yang gemetaran ketika Xia He kembali menjahit lukanya. Wirya mencengkeram lengan kiri Yanuar yang ikut memeganginya dari sisi kanan. Direktur utama PB membiarkan sahabatnya melakukan itu karena tahu jika Wirya pasti sangat kesakitan. "Ini luka ketigamu yang Bibi jahit. Setelah ini, Bibi tidak mau lagi merawatmu," seloroh Xia He, sembari membersihkan darah di pinggiran luka. Wirya tidak menyahut karena tengah sibuk mengatur napas. Pria berhidung bangir melepaskan pegangan dari kedua sahabatnya, kemudian Wirya berbaring dan memejamkan mata.Xia He berpindah ke ranjang sebelah kanan di mana Galang berada. Dia memeriksa luka d
64Suasana hening menyelimuti kediaman Daisy Cheung. Hampir semua orang telah menempati kamar masing-masing untuk beristirahat. Hanya segelintir pria yang masih bertahan di ruang kerja sambil berdiskusi. Flint telah mengirimkan pesan pada Chyou tadi sore. Keduanya sepakat untuk bertemu secara pribadi di suatu tempat di Kota Taipei. Chyou menyanggupi hal itu karena yakin jika Flint tidak akan berani menyerangnya, saat bertemu nanti. Dante yang diminta untuk melakukan hal lain, terlihat tegang. Meskipun tidak akan sendirian dan tetap didampingi kedua saudaranya serta beberapa tim Power Rangers, tetap saja pria berdagu lancip deg-degan. "Siap, Ko?" tanya Alvaro sambil memandangi lelaki bermata cukup besar di kursi seberang. "Ya," sahut Dante. "Walaupun sebenarnya aku khawatir nggak bisa menahan emosi saat ketemu lawan lama, tapi aku akan berusaha sabar menghadapi para Paman dari klan kedua," lanjutnya. "Aku sebetulnya pengen ikut Koko, tapi aku ragu-ragu buat ngelepas Koko Chyou ber
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua