56Suara lembut seorang perempuan membangunkan Earlene. Dia mengedip-ngedipkan mata, lalu memandangi Gretta dan Daisy yang tengah duduk di tepi tempat tidur. Earlene bergegas bangkit. Dia memindai sekitar, kemudian menyadari tengah berada di kamar Chyou di kediaman sang nenek di pusat kota.Seusai penyerangan kemarin malam, Earlene langsung dipindahkan ke rumah besar oleh Jianzhen, To Mu dan Yuze. Daisy dan yang lainnya khawatir akan ada penyusup lain yang bisa membahayakan keselamatan calon cucu menantu keluarga Cheung. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Gretta sambil memandangi perempuan muda yang sedang merapikan rambut. "Sudah lebih tenang, Ma," sahut Earlene. "Chyou sedang dijemput Papa. Kamu, bisa mandi sekarang, lalu bergabung dengan kami di ruang makan." "Ehm, ya." Earlene mengingat-ingat sesuatu, lalu dia bertanya, "Apa Anjani sudah pulang dari kantor polisi?" "Ya. Dia masih tidur di kamar depan." "Daluh dan yang lainnya?" "Mereka juga masih tidur di kamar tamu." "Biarkan
57Rombongan puluhan orang yang mengenakan kemeja putih dan celana jin biru, bergerak menaiki pesawat sewaan. Semua orang memasang tampang serius dan menambah ketegangan suasana. Dante duduk berdampingan dengan Alvaro. Keduanya sama-sama memandangi layar ponsel di mana foto istri dan anak masing-masing menjadi wallpapernya. Kendatipun sudah sering berperang, tetapi Alvaro dan Dante meyakini, pertempuran yang akan dihadapi beberapa hari mendatang akan menjadi yang terbesar dalam sejarah hidup keduanya.Puluhan menit terlewati, pesawat telah mengudara. Hampir semua penumpang tidur, karena mereka harus mengumpulkan tenaga sekaligus menguatkan mental. Alvaro yang tidak bisa tidur, akhirnya mengambil buku ajaibnya dari tas ransel. Dia membaca ulang strategi yang akan digunakan dalam penyerangan nanti.Sudah sejak lama Alvaro menyusun rencana itu. Dia deg-degan karena khawatir pihak Xie bisa menahan serangan dan berhasil mengalahkan kelompoknya. Terutama karena area peperangan berada di
58"Apa tidak bisa penyerangan itu dibatalkan?" tanya Earlene sambil mengusap rambut kekasihnya. "Mereka yang menantang, Sayang. Kami hanya melanjutkan peperangan yang dulu," sahut Chyou sembari mengeratkan pelukan pada tubuh perempuannya yang kian berisi. "Aku sangat takut," cicit Earlene."Tenanglah. Kami tidak akan apa-apa. Varo dan tim-nya sudah berpengalaman dalam pertempuran semacam ini. Strategi mereka selalu berhasil." "Jangan terlalu sombong. Bisa saja kali ini kalian akan kalah." "Ya, aku sudah paham tentang itu. Tapi, aku juga yakin, rencana pelarian akan sukses. Terutama karena banyaknya tim pendukung, dan kita sangat paham lokasinya." Earlene mendengkus. "Aku tetap khawatir." "Jangan terlalu dipikirkan. Kamu fokus ke anak kita saja." "Ehm, mamamu membelikan susu untuk Ibu hamil, satu dus besar." Chyou tersenyum. "Mama sangat senang mau dapat cucu. Walaupun kadang dia masih mengomel, tapi aku tahu, Mama gembira." "Bibi Xia He memberiku banyak vitamin, dan ternyata
59Ruang pertemuan terbesar di hotel milik keluarga Cheung, seketika penuh orang. Masing-masing kelompok diminta duduk berderet sesuai warna tim, yang terdiri dari hijau, kuning dan putih. Jianzhen yang menjadi pemimpin pasukan, menempati kursi di dekat podium. Demikian pula dengan Chyou, Alvaro dan Loko. Putra kedua Rembrand tersebut menyapa hadirin dengan bahasa Kanton, kemudian dia mempersilakan sang koko untuk menyampaikan beberapa hal penting. Chyou berdiri dan jalan mendekati papan putih besar, di mana telah ada keterangan skema A penyerangan. Dia menjelaskan detail tempat semua regu yang telah diatur, kemudian Chyou meminta para ketua kelompok untuk memperjelas hal itu pada anggota masing-masing. Lima belas menit berlalu, hampir semua orang telah meninggalkan ruangan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Sementara semua ketua kelompok masih bertahan di tempat duduk, buat mendengarkan penjelasan selanjutnya.Alvaro meminta Chyou untuk tidak mengumumkan semua strategi
60Puluhan orang turun dari belasan mobil SUV dan MPV yang diparkirkan beberapa puluh meter, dari kelab malam milik keluarga Xie di Macau. Mereka langsung berpencar menuju lokasi tugas masing-masing, sesuai strategi yang dibuat Alvaro.Semua orang menggunakan pakaian serba hitam yang disertai penutup kepala dan wajah gelap. Hanya pita putih, kuning dan hijau di lengan kiri masing-masing menjadi pembeda antar kelompok. Chyou yang berada di barisan kedua kelompok putih, berjongkok di belakang mobil sedan hitam yang diketahuinya sebagai milik Seamus. Dia memandangi banyak orang dari semua tim yang sibuk menggembosi seluruh mobil. Seunit mobil MPV hitam berhenti di depan kelab yang masih belum ramai. Tim terakhir yang menggunakan setelan jas hitam, turun dari kendaraan tersebut dan bergegas menyambangi petugas jaga di dekat pintu utama. Lionel dan Clement menunjukkan surat undangan pertemuan yang diterimanya dari Flint. Setelah memastikan keabsahannya, para penjaga mempersilakan putra
61Bunyi ban mobil berdecit dari kejauhan menyebabkan Shen tegang. Putra pertama Richard Cheung menepuk pundak Kakak iparnya. Lucas memandangi beberapa mobil yang tengah mendekat, kemudian dia berteriak agar semua anak buahnya bersembunyi dan merunduk. Letusan demi letusan mengiringi puluhan butir peluru yang menghantam badan mobil-mobil di bagian luar kelab. Setelah kendaraan para penyerang berhenti, semua orang berjaket kulit hitam keluar sambil mengacungkan senjata tajam. Lucas dan Shen berdiri. Mereka mengeluarkan senjata masing-masing sambil jalan maju menyambangi kelompok lawan. Demikian pula dengan seluruh anggota kelompok sembilan dan sepuluh. Yanuar, Nugraha, Fajar, Salman, Satrio, Haryono dan Galang yang bersembunyi di belakang mobil para tamu kelab, membidik lawan dan langsung menembak tempat-tempat penting. Kendatipun sebenarnya mereka ingin menembak dada ataukah kepala, sedapat mungkin ditahan agar tidak menimbulkan masalah ke depannya. Pekikan para korban beradu den
62Flint memegangi kompresan di rahangnya, sembari memikirkan cara untuk menyelamatkan kedua adiknya dan sang asisten. Namun, setelah cukup lama berpikir, tidak ada satu pun solusi yang ditemukannya. Flint menggerutu dalam hati. Tidak adanya Jacob membuatnya sulit mencari jalan keluar. Ditambah lagi Jason juga ikut ditawan seperti halnya Jacob, Seamus dan Wayne. Tatapan Flint beralih pada Benton dan beberapa kerabatnya yang tengah diobati perawat dan dokter, yang terpaksa membantu para pasien setelah ditodong senjata api. Puluhan menit terlewati, anggota kelompok Flint akhirnya keluar dari rumah sakit. Mereka bisa melenggang bebas karena pihak polisi masih berjibaku untuk menahan tim mafia lainnya, yang merupakan orang suruhan teman-teman Flint. Anak tertua Fang Xie menaiki mobil yang tidak terkena peluru ataupun penggembosan ban, karena berada di belakang gedung kelab. Flint memandangi langit malam nan pekat sambil memikirkan nasib para tawanan. Terutama Seamus, karena dialah ta
63Wirya merintih saat lukanya dibersihkan Xia He, di salah satu rumah sakit di di Kota Taipei. Pria berkulit kuning langsat mengeraskan rahang ketika rasa sakit kembali meningkat. Meskipun sudah disuntik anestesi lokal, tetapi dia tetap kesakitan.Zulfi mengulurkan handuk yang segera digigit Wirya. Kemudian direktur keuangan PBK turut memegangi lengan sahabatnya yang gemetaran ketika Xia He kembali menjahit lukanya. Wirya mencengkeram lengan kiri Yanuar yang ikut memeganginya dari sisi kanan. Direktur utama PB membiarkan sahabatnya melakukan itu karena tahu jika Wirya pasti sangat kesakitan. "Ini luka ketigamu yang Bibi jahit. Setelah ini, Bibi tidak mau lagi merawatmu," seloroh Xia He, sembari membersihkan darah di pinggiran luka. Wirya tidak menyahut karena tengah sibuk mengatur napas. Pria berhidung bangir melepaskan pegangan dari kedua sahabatnya, kemudian Wirya berbaring dan memejamkan mata.Xia He berpindah ke ranjang sebelah kanan di mana Galang berada. Dia memeriksa luka d