65"Katakan padaku, apa tujuanmu mengajak bertemu di sini?" tanya Chyou sambil memandangi Flint Xie di kursi seberang. "Lepaskan kedua saudaraku dan para asisten," jawab Flint. "Tidak segampang itu. Apalagi Seamus dan Jason telah menjadi otak pelaku serta pelaksana penyerangan ke rumahku." Chyou mengalihkan pandangan pada Newton dan Tiernan. "Aku juga tidak bisa melepaskan Wayne, karena dia pernah menyerangku di bandara Guangdong," lanjutnya. "Jacob adalah orang yang paling tahu tentang semua sepak terjangmu, Flint. Dia juga bertindak sebagai otak pencetus ide dari berbagai kegiatan ilegalmu, yang berhubungan dengan keluarga Yang. Jadi, aku juga tidak akan melepaskannya," ungkap Chyou dengan sangat tenang. Flint mendengkus. "Kalau tidak ada satu pun yang akan dibebaskan, berarti peperangan kita akan terus berlanjut." "Silakan. Aku sama sekali tidak takut. Meskipun kamu bekerjasama dengan mafia lainnya." Chyou menjentikkan jemari dan Loko berdiri sambil mengeluarkan amplop cokelat
66Pagi itu, kelompok Dante kembali mendatangi penjara di pinggir Kota Taipei. Alvaro dan Yanuar turun langsung mengawal cucu tertua keluarga Adhitama dan kedua adiknya. Selain kedua komisaris PBK, semua pengawal lapis dua turut serta. Kecuali, Wirya yang masih dirawat di rumah sakit dengan pengawalan ketat para ajudan keluarga Zheung, yang menggantikan rekan-rekan mereka dari klan Cheung. Sesampainya di ruang pertemuan khusus yang telah disiapkan tim pengacara ketiga klan, Dante dan kedua saudaranya menyalami Benneth, Kenneth dan Noah Han. Akan tetapi, Dante melewatkan Willard Han yang juga tidak mengulurkan tangan kanannya. Keduanya saling melirik sekilas, sebelum Dante menyalami Eldon dan Titus yang telah terlebih dahulu berdiri untuk menyambutnya serta Samudra dan Harry. Alvaro dan teman-temannya turut menyalami ketiga tetua. Kemudian mereka berpindah duduk di kursi panjang yang berada di sekitar ruangan. Sementara Dante, Samudra dan Harry duduk berdampingan di seberang keluar
67Sekelompok orang muncul di kediaman Daisy Cheung siang itu, sambil membawa beberapa koper, dan tas berisi buah tangan dari keluarga Adhitama. Dante berdecih menyaksikan adiknya datang. Dia menjitak kepala Calvin, lalu mendekapnya sesaat. Hal serupa juga dilakukan Dante pada Fritz dan Myron. Sedangkan pada Hendri, putra sulung Frederick meninju lengan ipar Wirya pelan, kemudian memeluk Hendri yang juga merupakan sahabatnya. Samudra, Harry, Chyou dan yang lainnya kompak menyiksa Fritz, Calvin serta Myron yang tidak bisa menghindar. Mereka baru berhenti bercanda setelah ditengahi Edward Zheung yang mengajak semua orang untuk duduk. "Kenapa kalian ke sini?" tanya Dante sambil memandangi keempat kerabatnya dan Nadhif, Kahfi serta Azri yang turut mengantarkan ketiga bos ke Taipei. "W masih harus dirawat. Sedangkan kalian harus pulang nanti malam. Jadi, kami yang menggantikan kalian buat menjaga pasien kepala batu itu," terang Hendri yang didaulat menjadi ketua kelompok terbaru. "Har
68Ruang perawatan Wirya seketika ramai orang. Selain keluarganya, beberapa pengawal CJC dari tiap unit kerja di berbagai kota di China, turut menjenguk dengan membawa banyak parsel.Wirya terkejut ketika pasangan suami istri pemilik rumah makan halal langganannya, turut hadir sembari membawakan aneka makanan buatan sendiri, yang langsung diserbu Calvin, Myron, Fritz, Xander dan Hendri. "Heh! Yang dikasih itu aku, kenapa kalian yang heboh makannya?" tanya Wirya sambil memandangi kelima orang yang tengah sibuk mengunyah. "Bagilah, Bang," sahut Fritz. "Ini beneran enak," imbuh Hendri. "Favoritku yang ini." Myron menunjuk hekeng udang. "Aku suka ayam saus menteganya," jelas Calvin sambil memandangi kedua pemilik rumah makan yang tengah tersenyum. "Paman dan Bibi, ini sangat lezat," ungkapnya menggunakan bahasa Mandarin. "Terima kasih, Tuan muda. Kami senang jika kalian menyukainya," jawab pria tua berkumis dan berjanggut. "Yang ini, apa namanya?" tanya Alvaro sambil menunjuk ke pi
69Earlene mendekap Anjani yang hendak pulang bersama tim Indonesia. Meskipun mereka akan berjumpa kembali beberapa minggu lagi, tetap saja Earlene sedih melepas ajudannya pergi. Setelahnya, Earlene menyalami ketiga ajudan laki-laki yang juga hendak pulang. Sebab tim Loko dan Rebecca masih bertahan di Taipei, regu Ani diizinkan libur dan akan kembali bekerja saat resepsi di Thailand. Anjani, Fadhil, Daluh dan Yarif menyalami semua anggota keluarga Cheung dan Zheung dengan takzim. Mereka bergantian berpelukan dengan tim Loko yang sudah bersama-sama membantu melindungi kedua klan tersebut, sejak awal perseteruan dengan keluarga Xie. Alvaro, Wirya dan kelompok Hendri juga turut bersalaman pada semua orang. Kemudian mereka memasuki beberapa mobil yang akan mengantarkan hingga bandara. Lionel ikut dalam rombongan Indonesia. Sementara Clement bergabung dengan tim Xander yang akan pulang ke Thailand. Daisy dan Edward serta yang lainnya, memandangi mobil-mobil bergerak menjauhi pekaranga
70Gretta, Xia He, Priscilla dan beberapa perempuan lainnya, kompak berseru ketika Earlene keluar dari ruang rias butik milik Ivonne. Earlene menyunggingkan senyuman sambil jalan pelan menyambangi kerabatnya. Dia sangat senang ketika menyaksikan pantulan diri di cermin besar, yang menampilkan seorang pengantin nan menawan.Gaun broken white berpotongan A-line terlihat sangat pas di tubuh Earlene. Perutnya yang masih rata membuat sang calon pengantin lega, karena tidak perlu repot mengubah desain gaun tersebut. Riasan dari make up artist menjadikan tampilan wajah Earlene kian ayu. Kulit putihnya nyaris tidak berbeda dengan warna gaun. Meskipun terlihat sederhana, tetapi baju pengantin itu sangat elegan dan berharga mahal. Pendar biru kristal swarovski terbias sempurna. Bahan halus dan jahitan tangan yang rapi, menjadikan gaun itu sangat indah. Earlene berulang kali mengusap bagian dada sambil memuji keelokan hasil karya Ivonne. "Ini sangat luar biasa, dan kamu begitu cantik," puji
71Dua unit bus berukuran besar keluar dari pekarangan kediaman Daisy Cheung. Para sopir kendaraan roda empat milik hotel keluarga, mengikuti arahan To Mu yang menjadi pemimpin rombongan. Suasana Kota Taipei yang masih lengang di siang hari, menjadikan perjalanan bisa ditempuh dalam waktu singkat. Kedua bus tiba di bandara dan segera menempati area khusus tamu penting. Para ajudan turun terlebih dahulu dari kedua bus. Beberapa pengawal membantu petugas bandara yang mengeluarkan barang bawaan dari bus dan dipindahkan ke banyak troli. Sedangkan pengawal lain, membentuk lapisan pengamanan, kemudian keluarga kedua klan dipersilakan turun. Sekian menit terlewati, rombongan berbaju putih telah jalan menuju area dalam, khusus penumpang pesawat carteran. Mereka ditemani petugas bandara yang bergerak cepat untuk mengarahkan orang-orang penting. Daisy Cheung dan Edward Zheung sangat terkenal di kota itu. Begitu pula dengan anak-anak mereka. Sebagai keturunan keluarga kaya, mereka selalu menj
72Semua orang yang hadir di taman hotel, mengamati pasangan Papa dan anak yang sedang berjalan pelan dari gerbang berhiaskan bunga putih. Earlene memegangi lengan kiri Graham sambil berusaha mengatur langkahnya agar tetap anggun. Chyou memejamkan mata sembari menunduk. Dia telah berjanji pada Earlene, akan melihat perempuan tersebut setelah tiba di hadapannya.Jianzhen yang menjadi pendamping pengantin laki-laki, menepuk lengan sang koko sembari menjelaskan jika Earlene telah tiba. Chyou membuka mata sambil berbalik. Dia terkesima menyaksikan penampilan kekasihnya yang sangat berbeda dari biasanya. Chyou cepat-cepat merunduk sedikit, sebelum menegakkan badan untuk menyalami Graham. Mereka berbincang sesaat, kemudian Chyou mengulurkan tangan kanan untuk mengambil alih Earlene dari papanya Pengantin perempuan maju tiga langkah dan berdiri sejajar dengan Chyou. Keduanya saling berhadapan, lalu mereka sama-sama mengulaskan senyuman. Acara pemberkatan berlangsung cukup lama. Teruta