06
Earlene terbangun karena merasa haus. Dia membuka mata dan seketika terkesiap menyaksikan Chyou berada di samping kiri. Earlene baru menyadari bila dirinya sedang berbaring beralaskan lengan kanan lelaki tersebut.Selama beberapa saat Earlene mengamati Chyou. Kebersamaan mereka selama dua bulan terakhir menjadikan perempuan berambut panjang tidak menyadari betapa manisnya sang ajudan.Tanpa sadar Earlene mengulurkan tangan kanan untuk mengusap wajah pria berusia tiga puluh dua tahun. Dia tertegun kala merasakan kulit Chyou yang cukup halus. Pertanda lelaki berambut cepak rajin merawat kulit.Jemari Earlene bergerak pelan menyusuri rahang kokoh pria berkemeja putih. Janggut pendek tumbuh di dagu Chyou. Demikian pula dengan kumis yang menghiasi atas bibir tipis sang lelaki berhidung mancung.Tiba-tiba Chyou membuka mata. Earlene terkejut dan segera menarik tangannya. Namun, gerakan Chyou lebih cepat. Dia memegangi pergelangan tangan Nona muda, lalu mengamati Earlene yang pipinya tengah merona.Chyou mengarahkan tangan Earlene ke pipinya, seolah-olah meminta diusap. Dia memandangi perempuan berparas cantik dengan sorot mata sendu. Kemudian Chyou menggerakkan tangan Earlene dengan pelan.Perempuan bermata sipit tidak kuasa menarik tangannya. Earlene perlahan benar-benar membelai pipi Chyou. Sementara lelaki tersebut balas mengusap rambutnya.Keduanya saling menatap lekat-lekat selama beberapa saat. Earlene tidak bisa mengingat siapa yang lebih dulu maju hingga bibir mereka bertemu dan saling menyesap dengan lembut.Earlene menikmati sentuhan hangat bibir Chyou yang menjelajahi area mulutnya dengan gerakan pelan. Earlene tidak menolak kala lidah mereka bertemu dan saling mengisap, sebelum sama-sama berhenti dan melanjutkan berpagutan.Gumaman lolos dari bibir Earlene. Jiwanya seolah-olah melayang seiring dengan sentuhan bibir Chyou yang berpindah menyusuri rahang hingga lehernya.Lidah panas Chyou mengalirkan sensasi aneh yang menggelitik area bawah perut sang nona. Tangan mereka bergerak menyusuri tubuh pasangan. Earlene mendesah kala kecupan Chyou bergeser ke pundak dan samping lehernya.Nona muda benar-benar menikmati hal itu dan terkejut ketika Chyou memutus keintiman. Earlene membuka matanya untuk mengamati lelaki berambut cepak yang sedang mengatur napas. Keduanya saling memandangi, kemudian Chyou menjauh.Earlene menahan sang ajudan dengan memegangi lengan kiri Chyou. Dia menarik pria tersebut hingga tubuh mereka menempel kembali.Earlene menarik leher Chyou dan memulai kembali aktivitas bertukar ludah. Hasratnya kian memuncak dan tidak bisa ditahan lagi.Satu per satu kain penutup tubuh terlepas dan dilemparkan ke sembarang arah. Keduanya saling menyentuh untuk meraba raga pasangan sembari memperdalam ciuman.Seisi ruangan menjadi saksi penyatuan dua insan yang tengah mabuk kepayang. Keduanya saling memberi dan menerima kenikmatan. Bersama-sama mendaki bukit dengan mengerahkan semua kemampuan diri. Hingga keduanya melepaskan cinta sembari memekik tertahan.Sekian menit terlewati, Chyou memandangi Earlene yang masih berbaring miring ke kiri. Dia mengusap peluh di dahi sang nona, kemudian mendaratkan kecupan yang membuat Earlene terharu.Perempuan berbibir penuh menengadah. Dia memperhatikan Chyou yang balas menatapnya lekat-lekat. Earlene memegangi janggut lelaki berbadan tegap, lalu menggeser tangan untuk mengusap lengan Chyou."Kenapa denganmu, rasanya berbeda?" tanya Earlene."Maksudnya?" Chyou balik bertanya."Aku merasa benar-benar disayangi dan diinginkan. Selain itu, kamu seakan-akan memahami kemauanku."Chyou tertegun sesaat, lalu menyahut, "Ya, mungkin memang begitu.""Apakah kamu menyukaiku?""Tentu saja. Nona orang yang baik. Hanya orang buta hati yang tidak akan menyukai Nona.""Bukan suka seperti itu. Maksudku, perasaan suka seorang laki-laki pada perempuan."Chyou terdiam. Dia memaksa otak untuk berpikir cepat. Kemudian dia berkata, "Saya tidak bisa seperti itu, Nona.""Kenapa?""Status kita berbeda. Saya pegawai Nona.""Hmm, ya, kamu benar."Chyou bangkit duduk. Dia memunguti kemeja dan mengenakan benda itu dengan cepat. Chyou meraih celananya, lalu berdiri dan jalan cepat ke toilet.Kala pintu kamar mandi terbuka dan tertutup, Earlene menduga bila Chyou akan kembali ke ranjang. Namun, ternyata pria tersebut langsung keluar kamar dan meninggalkan Earlene yang tiba-tiba merasa kesepian.***Perjalanan panjang menuju Kota Guangzhou telah usai. Earlene memasuki mobil milik keluarganya yang dikemudikan sopir andalan sang mama. Chyou, Yuze, Miguel dan Steve, turut menaiki MPV hitam.Sopir tua melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang. Dia bingung karena Earlene sama sekali tidak mengeluarkan suara. Padahal biasanya Nona muda akan mengoceh tentang berbagai hal.Chyou yang mendampingi Earlene di kursi tengah, berulang kali melirik perempuan berjaket cokelat tebal. Dia tahu jika Earlene berpura-pura tidur, dan dia menebak perempuan tersebut hanya ingin mengabaikannya.Chyou mengalihkan pandangan ke luar kaca. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Berharap hal itu bisa menenangkan kegelisahan hatinya.Terbayang kembali percintaan mereka sore kemarin yang lebih panas daripada yang pertama. Chyou seolah-olah masih merasakan lembutnya kulit Earlene yang bersentuhan dengan tubuhnya.Pria berkemeja marun menggeleng cepat. Dia harus melupakan semuanya dan kembali fokus pada misi. Chyou mengambil ponselnya dari saku dalam jas panjang yang dikenakan. Dia mencari grup pesan khusus yang hanya berisikan enam orang.Chyou : Nanti malam, aku mau bertemu Parker.Yuze : Apakah dia di sini?Chyou : Ya. Pesawatnya baru tiba dua jam lalu.Yuze : Oke.Jianzhen : Pantas saja, aku cari dia di kantor, tidak ada.Chyou : Kamu sudah masuk kerja?Jianzhen : Ya, Ko.To Mu : Dia dipaksa Kakek. Kata Kakek, itu hanya luka kecil.Yuze : Setelah itu, Kakek pasti cerita peperangannya puluhan tahun lalu.Jianzhen : Begitulah. Aku bosan.Chyou : Manggut-manggut saja.Miguel : Aku rindu Kakek Edward.To Mu : Beliau mencarimu, @Miguel.Miguel : Kenapa?Steve : Pasti mau mendongeng kisah cinta beliau dengan mendiang Nenek.Miguel : Kakek pria romantis.Steve : Ya, tapi cucu-cucunya, tidak.To Mu : Aku romantis, Bro.Steve : Kalau benar begitu, kamu pasti sudah menikah.To Mu : Aku akan menikah setelah Koko Chyou.Miguel : Sepertinya sebentar lagi kokomu akan menikah.To Mu : Oh, ya?Miguel : Aku curiga bila dia dan Nona Yang punya hubungan khusus.Yuze : Kupikir hanya aku saja, yang melihat mereka sejak tadi saling melirik.Jianzhen : Itu sudah lama. Koko bahkan sering memandangi Nona. Begitu pula sebaliknya.Chyou : Heh! Kalian gila!Miguel, Steve dan Yuze, sama-sama terkekeh sambil memegangi ponsel masing-masing. Mereka segera menghentikan tawa kala dipelototi Chyou yang kesal dirinya digosipkan.Setibanya di kediaman Graham Yang, Chyou bergegas turun. Dia memutari mobil untuk membukakan pintu buat Earlene. Chyou mengulurkan tangan kanan yang dipandangi sang nona sesaat, sebelum Earlene menggapainya dan menjadikan tangan pengawalnya sebagai pegangan.Desir halus di hati keduanya saat kulit mereka bersentuhan, menyebabkan mereka saling menatap. Chyou lebih dulu memutus pandangan dan menutup pintu. Kemudian dia mendampingi Earlene jalan memasuki pintu depan rumah bergaya klasik bercat gading.Chyou membungkuk untuk menghormati Diana yang menyambut kedatangan putrinya dengan pelukan hangat. Setelah menegakkan badan, Chyou kembali ke pekarangan, tanpa menyadari jika dirinya tengah diperhatikan Earlene.07Keesokan harinya, Earlene tiba di kediaman Robert untuk menghadiri jamuan makan malam. Meskipun sebetulnya dia enggan untuk bertemu rival, tetapi Earlene tidak punya pilihan lain dan mau tidak mau harus berhadapan dengan keluarga Zhang. Perempuan bergaun panjang salem mengayunkan tungkai memasuki ruangan besar, di mana semua anggota keluarga telah menunggu. Earlene mendatangi Kakek dan neneknya terlebih dahulu, sebelum berpindah menyalami kedua Adik papanya. Bila Seth Yang menyambut keponakannya dengan pelukan hangat, Sophie Yang justru berbeda. Dia menyalami Earlene dengan ujung jemari, kemudian melengos. Earlene tetap terlihat tenang, sama sekali tidak terusik dengan perlakuan Sophie yang kentara sekali tidak menyukainya. Earlene bergeser untuk menyalami Vinson dan Alfred yang merupakan anak-anak Seth dan Jenny. Kemudian berpindah untuk bersalaman dengan Pamela, istri Vinson. Setelahnya, Earlene melenggang untuk menempati kursinya di antara Carver dan Diana, tanpa berniat ber
08Dixon memijat dahinya saat melihat foto yang menampilkan Halton, suami Veronica yang sedang memberikan amplop pada seorang pria berjaket tebal. Sebuah foto lain memperlihatkan jika orang tersebut telah ditangkap polisi Shanghai. Foto selanjutnya menjadikan semua orang memandangi Grandel. Pria bermata tajam tetap berusaha tenang. Meskipun pada foto itu mencantumkan tanggal pengambilan gambar yang berbeda. Pada bagian atas, tercantum tiga tahun lalu, sedangkan bagian bawah menjelaskan bila foto yang sama tanggalnya berubah menjadi beberapa hari lalu. Padahal pakaian Earlene dan ketiga orang di belakangnya, sama sekali tidak berubah. Beberapa foto berikutnya, membuat Yvete dan Veronica saling melirik. Mereka mulai khawatir rahasia pekerjaan yang tidak becus dari suami masing-masing akan terungkap pada khalayak. "Ini, trik kuno," tutur Vinson. "Ya, tapi masih saja ada yang pakai," balas Darren. "Anehnya itu, yang percaya pada gambar editan," ledek Alfred seraya tersenyum. "Begit
09"Tadi malam, kamu masuk ke kamar jam berapa?" tanya Miguel sambil memandangi sahabatnya yang baru keluar dari toilet di ujung kanan ruangan. "Tidak lama setelah kamu tidur," balas Chyou sembari jalan ke lemari dan membuka pintunya. "Aku menunggumu sampai jam satu." "Kenapa harus menunggu?" "Apakah kamu bermain api dengan Nona muda?" Chyou segera mengenakan kaus putih, sebelum mengambil kemeja biru muda dari gantungan. Dia sengaja mengabaikan pertanyaan Miguel, dan bergegas menuntaskan berpakaian. "Chyou, kamu belum menjawab pertanyaanku," desak Miguel. "Aku tidak akan menjawabnya," cakap Chyou sembari memasang dasi biru tua motif bintik-bintik. "Berarti benar." Miguel mengulum senyuman. "Hati-hati, jangan sampai dia hamil," selorohnya. "Diamlah!" Miguel tergelak, sedangkan Chyou melengos. Yuze memasuki kamar bersama Steve sambil membawa nampan. Mereka memandangi Miguel yang masih terkekeh, kemudian keduanya mengalihkan pandangan pada Chyou yang sedang menyisiri rambut di
10"Ke mana mereka?" tanya seiring pria bertopi bisbol hitam sambil memindai sekitar. "Aku tidak tahu," jawab pria kedua. "Padahal tadi mereka berhenti di sini," sela lelaki ketiga sembari memperhatikan sekeliling. "Mungkin mereka tahu bila tengah dibuntuti," sahut pria keempat. Lelaki bertopi bisbol hitam mengerutkan keningnya. Dia benar-benar tidak menduga jika keempat pengawal keluarga Yang, ternyata mengetahui jika tengah dipantau. Ketiga pria lainnya masih mengamati sekitar. Mereka bingung bagaimana caranya kelompok Chyou bisa menghilang. Padahal hanya dalam hitungan menit, terapi target mereka langsung lenyap. Derap langkah dari belakang salah satu stand pedagang, menjadikan keempat penguntit terkejut. Mereka bersiap menyambut kehadiran ketiga pengawal Nona muda Yang, dengan memasang kuda-kuda sesuai ilmu bela diri masing-masing. Perkelahian tidak bisa dihindarkan. Kedua kubu sama-sama mengeluarkan segenap kemampuan untuk mengalahkan lawan. Kelompok penguntit merasa akan
11Jalinan waktu terus bergulir. Tidak adanya pergerakan terbaru dari pihak Dixon Zhang membuat Earlene lega. Namun, tidak demikian dengan Chyou. Dia justru mencurigai ketenangan kondisi dan menduga jika Dixon dan anak-anak serta menantunya, tengah menyusun rencana baru. Malam itu, Chyou keluar dari kediaman bosnya. Dia jalan dengan santai menuju deretan toko yang berada di ujung jalan. Setibanya di tempat tujuan, Chyou memasuki salah satu toko. Dia memindai sekitar, sebelum mendekati seorang pria berjaket biru yang sedang berdiri di lorong rak penuh kudapan. "Mobilku di belakang," tutur pria berjaket biru dengan suara pelan. "Tepatnya di mana?" tanya Chyou sembari berpura-pura mengambil keripik kentang dari rak."Sedan hitam, pojok kanan." "Oke." "Aku yang beli minuman." Chyou berdeham, kemudian dia mengambil beberapa bungkus lagi, lalu berbalik dan melangkah ke meja kasir. Chyou menyelesaikan transaksi pembayaran sebelum keluar dari toko dan jalan pelan menuju rumah sang bos,
12Earlene tiba di ruang makan tepat di saat papanya baru selesai bersantap. Pria tua berkemeja putih memandangi putri sulungnya yang terlihat segar, sambil mengingat-ingat percakapannya dengan Robert kemarin sore. Diana turut mengamati Earlene yang tengah berbincang dengan Carver. Sebetulnya sang mama kurang setuju dengan rencana perjodohan Earlene dengan putra keluarga Liao. Namun, sebagai menantu, dia tidak mungkin membantah keinginan pemimpin keluarga. "Earlene, besok malam kita akan bertemu dengan keluarga Liao," tutur Graham yang menyebabkan Earlene terdiam. "Di mana?" tanya Earlene setelah bisa jadi diri. "Restoran kesukaan kakekmu." "Kita bertemu di sana saja, Pa. Aku banyak kerjaan di kantor." "Hmm, ya." "Aku pernah ketemu Zi Rui," tukas Carver. "Dia salah satu pemain basket terbaik di kampus, dulu," lanjutnya. "Apa kalian seangkatan?" tanya Diana. "Tidak, Ma. Dia seniorku. Usianya setahun di atas Cici," terang Darren. "Mama lupa orangnya yang mana. Karena sudah lam
13Suasana di ruang VIP sebuah restoran mewah terlihat ramai orang. Selain Robert dan keluarganya, keluarga Liao turut mengangkut hampir semua anggota keluarga mereka. Earlene yang duduk diapit kedua adiknya, sedapat mungkin bersikap tenang. Sekali-sekali dia akan menjawab pertanyaan yang diajukan Willfred Liao, pimpinan keluarga tersebut, dengan ramah. Earlene menyadari bila dirinya menjadi pusat perhatian keenam cucu Willfred, terutama pria berparas manis yang lebih tinggi dari semua saudaranya. Seusai bersantap, Earlene memusatkan pandangan pada ponselnya yang sejak tadi berkedip-kedip. Panggilan seseorang dari belakang mengejutkan Earlene yang spontan menoleh, kemudian menengadah untuk memastikan pemanggilnya. "Bisa kita bicara sebentar? Berdua saja," pinta Matthew Zi Rui Liao."Ehm, ya," balas Earlene sambil berdiri. Matthew membungkuk sedikit untuk memberi hormat pada tetua keluarga Yang dan kedua orang tua Earlene. Kemudian dia menegakkan badan dan jalan berdampingan denga
14Rapat siang itu berlangsung sangat lama bagi Earlene. Perempuan berbaju krem berulang kali mengecek arlojinya, sebelum kembali memandang ke depan dan berusaha memfokuskan pikiran, setelah sebelumnya sempat berkelana.Carver yang turut dalam pertemuan tersebut, bertanya-tanya dalam hati tentang penyebab kakaknya terlihat gelisah. Pria bersetelan jas abu-abu menunggu hingga rapat usai, kemudian dia merangkul pundak Earlene yang sedang merapikan rambut dengan jemari. "Ci, nanti malam, ikut aku," tutur Carver. "Tidak bisa," tolak Earlene sembari menoleh ke kiri. "Kenapa?" "Aku sudah punya rencana sendiri." "Kencan?" Earlene menaikkan alis. "Aku tidak punya pacar." "Lalu, Cici mau ke mana?" "Berlatih bela diri." Carver mengamati perempuan yang balas menatapnya saksama. "Kenapa Cici tiba-tiba ingin berkung-fu?" "Tidak ada salahnya, kan? Jika aku bisa bela diri, para pengawal kita bisa istirahat bergantian. Tidak seperti sekarang. Mereka tegang hampir setiap saat." "Itu karena
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua