Home / Romansa / My Love From Thames / The Best Friend

Share

The Best Friend

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2021-09-10 16:31:24
Sesuai yang telah dijanjikan, Gladys membantu Zivanna untuk meretas ponsel Rosanna demi mencari petunjuk tentang keberadaan ayah kandungnya.

Sepulang sekolah, Gladys bersama Zivanna berjalan kaki menuju rumah yang tak begitu jauh jaraknya dari tempat mereka menimba ilmu. "Apa yang ibumu lakukan di jam seperti ini?" tanya Gladys sesaat setelah mereka memasuki halaman rumah Zivanna.

"Mengunci diri di ruang kerjanya sampai sore atau bahkan malam. Entah apa yang dia lakukan di dalam sana," jawab Zivanna seraya membuka pintu. "Ayo," gadis itu segera mengajak sahabatnya memasuki kamar.

"Lalu, ponselnya? Di mana ibumu menyimpannya?" tanya Gladys, begitu dia menutup rapat pintu kamar Zivanna.

"Ponsel itu tidak pernah lepas dari genggaman ibu, ke manapun. Bahkan ke kamar mandipun ibu selalu membawa ponselnya. Seakan-akan ada banyak rahasia di dalam sana yang tidak boleh diketahui oleh orang lain," jelas Zivanna.

"Misterius sekali," Gladys mengusap dagu sambil berjalan mondar-mandir. "Lalu, apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • My Love From Thames   Death Stare

    "Di mana sopan santunmu, Zizi? Sudah berapa kali aku bilang, kau tidak boleh masuk ke ruangan ini jika tidak diijinkan?" dingin suara pria itu dengan sorot mata tajam yang dia tujukan pada Zivanna. Kakinya melangkah pelan, semakin mendekat pada dua gadis remaja itu. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" berat dan dalam intonasi pria tersebut, penuh dengan penekanan. "A-aku hanya berusaha meminta uang pada mama. Besok, sekolah kami akan mengadakan acara penggalangan dana, Pa," kilah Zivanna terbata. "Hm," pria itu mencondongkan wajahnya pada Gladys. "Apa ibumu tidak mengajari caranya meminta ijin untuk memakai barang seseorang Nak?" sindirnya. Menyadari kesalahannya, Gladys buru-buru meletakkan ponsel Rosanna kembali ke atas meja. "I'm ... I'm sorry, Sir. Aku hanya mengagumi ponsel keluaran terbaru ini. Bagus sekali," dalihnya seraya tersenyum lebar. Alasan apapun akan dia kemukakan, asal tak ketahuan. "Berapa yang kau butuhkan?" tanya laki-laki itu, sama sekali tanpa senyum. "

    Last Updated : 2021-09-10
  • My Love From Thames   Frightened

    "Apa yang telah Mama lakukan? Darah siapa itu?" Zivanna mundur perlahan. Sementara Rosanna terus maju dengan langkah sempoyongan. Kini Zivanna dapat melihat dengan jelas, betapa bercak darah itu tidak hanya mengotori tangan beserta baju, namun juga rambut dan ujung kaki Rosanna. "Mama, jangan," Zivanna tahu benar jika Rosanna tengah mabuk. Satu tangan wanita itu memegang sebuah tongkat besi yang biasa digunakan di perapian ruang tengah. "Ada apa ini?" Zivanna mulai terisak dan jatuh terduduk ketika betis bagian belakangnya menabrak tepian ranjang. Rosanna berdiri tegak dengan mata melotot. tatapannya menghujam ke arah Gladys seraya mengangkat tongkat besi itu tinggi-tinggi. "Mama, berhenti!" teriak Zivanna. Entah kekuatan dari mana, gadis itu tiba-tiba berdiri dan menghalau gerakan Rosanna sekuat tenaga. Zivanna mendorongnya hingga Rosanna jatuh tersungkur. Tongkat besi yang tadi tergenggam di tangan, lepas dan terpelanting ke lantai. Buru-buru Zivanna merebut tongkat besi itu dan m

    Last Updated : 2021-09-13
  • My Love From Thames   Blood's Stream

    Rosanna bergerak maju dengan langkah kaku. Bagi Zivanna, ibunya itu terlihat mirip zombie. Sementara Gladys semakin beringsut hingga punggungnya menempel di kepala ranjang. Gadis itu menggeleng pelan dan ketakutan. "Please, don't hurt me, Mrs. Rosanna," ucapnya lirih."Of course I'm not going to hurt you, Sweet Heart. Aku hanya ingin meminta tolong padamu," Rosanna menyeringai, lalu mengulurkan tangannya pada Gladys. Zivanna hanya terpana akan adegan yang tengah berlangsung di hadapannya itu. Namun, buru-buru dia tersadar dan menguasai diri. "Gladys, jangan," cegahnya. Akan tetapi, sahabatnya itu seperti jauh lebih takut pada Rosanna."Aku tidak ingin mati, Zi," bisiknya tepat di telinga Zivanna saat Gladys turun dari ranjang dan menghampiri wanita berlumuran darah tersebut. Gadis itu melewati Zivanna begitu saja demi membalas uluran tangan Rosanna."Kau juga sebaiknya membantu Mama, Sayang. Kau tentu tak ingin jika dituduh sebagai pembunuh ayahmu dan harus mendekam di penjara, bukan?

    Last Updated : 2021-09-13
  • My Love From Thames   Broken

    "Apa yang kau lakukan, Rosanna?" Maria terbelalak tak percaya saat melihat kakak iparnya tergeletak bersimbah darah di depan pintu ruang kerja. "Aku harus melakukan ini untuk membungkam mulut cerewetnya, Maria! Sekarang bantu aku untuk membuatnya seolah-olah meninggal karena serangan jantung!" paksa Rosanna. Sorot matanya menunjukkan bahwa wanita itu tak menerima penolakan. Sambil meneteskan air mata, Maria berjongkok dan memeriksa mayat yang masih hangat dan lemas itu. Dia kemudian berdiri dan mengambil sarung tangan mahal kesayangannya, lalu buru-buru memakai sarung tangan itu. Maria berjongkok kembali dan memeriksa bagian dada yang penuh dengan noda darah. Dia terdiam dan tertegun saat merasakan lubang yang menganga sebesar ibu jari. "Kau tembak dengan apa dia?" tanyanya gemetar. "Pistol koleksinya," jawab Rosanna. Wanita itu terlihat begitu tenang, seakan tak sedang melakukan kejahatan apapun. Padahal, dia baru saja menghilangkan sebuah nyawa. Terlebih itu adalah nyawa suaminya.

    Last Updated : 2021-09-13
  • My Love From Thames   Broken Part 2

    Maria dan Rosanna masuk tatkala Zivanna selesai membersihkan jenazah ayah tirinya. Wajah pria itu terlihat begitu tampan dan tenang. Diam-diam, Zivanna mengusap pipi Sena lembut sebelum menoleh ke arah Rosanna yang tengah menatapnya tajam. "Di mana temanmu tadi?" tanya wanita itu. "Pulang" jawab Zivanna singkat. Tak seperti biasanya, kali ini dia membalas tatapan ibunya tak kalah tajam. "Bagus! Kalau seandainya dia melaporkan kejahatanku, maka aku pasti akan ikut menyeretmu!" tuding Rosanna. Telunjuknya mengarah tepat ke pucuk hidung Zivanna. "Kalau itu terjadi, aku harap kita bisa berada di sel yang berbeda, Ma. Itu lebih baik," timpal Zivanna dengan mata coklat yang menyala. Satu hal yang dia sadari kini, ibunya bukanlah perempuan waras. Ada yang timpang dalam jiwanya dan itu yang membuat Zivanna tak tahan. Cepat atau lambat, dia harus mengumpulkan kekuatan untuk memberontak. "Kau!" Rosanna sudah mengayunkan tangan, hendak menyasar pipi mulus putrinya, tapi Maria lebih dulu mence

    Last Updated : 2021-09-13
  • My Love From Thames   Rapuh

    Pagi kelam itu adalah hari di mana seharusnya dia akan menjalani interview di sebuah perusahaan properti terkenal di London. Namun, sang ibu dengan berbagai alasan, terus menahannya untuk pergi. "Bilang saja kalau kau ingin kencan dengan Raja! Pakai ada alasan interview segala!" oceh Rosanna. "Aku tidak pernah berbohong dalam hal apapun, Ma. Justru akulah yang seringkali menutupi kebohonganmu," timpal Zivanna dengan santainya sambil memasukkan berkas-berkas ke dalam map. "Anak kurang ajar!" tangan kanan Rosanna melayang begitu saja, menampar pipi mulus Zivanna. Tamparan yang begitu keras, sampai-sampai sudut bibir gadis itu meneteskan darah. "Seharusnya dulu kamu mati!" umpatnya. "Mungkin lebih baik aku mati daripada menderita begini," Zivanna menyahut lirih sambil kakinya melangkah ke arah dapur. "Akan kumasakkan sarapan, supaya mama tidak mudah emosi," ujarnya setengah menyindir. Tak dipedulikannya sumpah serapah Rosanna yang membuat telinga dan hatinya memanas. Zivanna malah men

    Last Updated : 2021-09-13
  • My Love From Thames   A Bit of Selfishness

    Gemetaran seluruh tubuh Zivanna. Dia sama sekali tak menyangka jika dirinya akan berbuat sekeji itu pada Rosanna. "Ma," bisiknya lirih seraya mengamati telapak tangannya yang berlumuran. Beberapa saat lamanya gadis itu membolak-balikkan tangan yan kini berwarna merah. Energi Zivanna seakan menguap, menghilang hingga membuatnya jatuh bersimpuh di depan tubuh Rosanna yang sudah tergeletak tak berdaya. "Ma, apa yang sudah kulakukan?" isakan pelan segera berubah menjadi tangisan kencang. "Ma'af, Ma. Ma'af," racaunya. Pikiran Zivanna kosong saat itu. Dia sudah tak bisa lagi melihat masa depannya. Segalanya gelap sampai dia mendengar ponselnya berdering. "Raja," desisnya tiba-tiba. Nama itu tiba-tiba terlontar begitu saja. Dengan tangan berlumuran darah, dia kembali ke ruang tengah dan merogoh ke dalam tas ransel. Noda darah itu akhirnya tersebar dan menempel di mana-mana, termasuk ke layar ponsel yang sedang menyala. Layar itu penuh dengan wajah Raja. Buru-buru Zivanna menekan tombol hij

    Last Updated : 2021-09-14
  • My Love From Thames   Moment of Pain

    "Kalian pergi saja dari sini! Biar aku yang membereskan semua," ujar Hendra yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Raja.Zivanna sudah terlihat rapi saat itu. Bajunya yang penuh oleh darah sudah dia cuci bersih. Tinggal kekacauan di lantai dapur yang dia tinggalkan."Aku yang akan membersihkan tempat ini. Kau pergilah," paksa Hendra yang seakan dapat menebak jalan pikiran Zivanna."Kau ikut denganku saja, Zi. Kita ke Indonesia. Rencananya setelah janji bertemu denganmu hari ini, aku akan langsung bertolak ke Indonesia nanti malam," tutur Raja sambil mengusap pipi kekasihnya."Akan kusiapkan tiketnya. Kau punya paspor dan visa, kan?" lanjut Raja. Dibalas oleh gelengan pelan Zivanna. "Kau tidak punya paspor dan visa?" "Mama melarangku mengurus itu semua. Dia berniat menyekapku seumur hidupnya. Aku tidak boleh ke mana-mana," Zivanna menunduk dalam-dalam sambil sesekali mengusap pipi yang basah oleh air mata."Astaga," Raja meraup wajahnya kasar. "Lalu, bagaimana? Aku harus pulang ke In

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • My Love From Thames   Happiness Is Real

    "Namun, sebelum itu, kami harap anda hadir ke kantor untuk memberikan sedikit kesaksian," sela salah seorang polisi yang berdiri di samping Hendra."Iya, tentu," Zivanna mengangguk. Meskipun matanya lembab dan pipinya basah oleh air mata. Akan tetapi, dia merasa sangat lega saat itu."Bagaimana, Daisy? Apakah kau bersedia pulang ke London bersamaku? Ataukah Raja ...."Zivanna langsung menghentikan kalimat Brandon dengan menempelkan telunjuknya di bibir tipis kemerahan pria asli Inggris tersebut. "Aku tidak akan kembali pada Raja, Brandon. Sedari awal, aku sudah jatuh cinta padamu," tutur Zivanna."Benarkah?" Brandon menatap paras cantik itu lekat-lekat. "Katakan sekali lagi," pintanya."Aku mencintaimu, Brandon. Aku sangat mencintai dan merindukanmu," ucap Zivanna penuh keyakinan."Apakah itu artinya ... kau bersedia menikah denganku?" tanya Brandon lagi dengan sorot tak percaya.Zivanna mengangguk kuat-kuat."Ya, Tuhan. Ini seperti mimpi," Brandon mengangkat tubuh Zivanna tinggi-ting

  • My Love From Thames   Free Life

    "Tidak," wajah Zivanna memucat. Dia mundur perlahan sampai punggungnya menabrak sandaran kursi makan. Dia berniat untuk melarikan diri. Namun, sebelum hal itu terjadi, para pengawal Wiyasa sudah lebih dulu menangkap dan mencekal tubuh rampingnya."Menyerah saja, Nak. Tak ada gunanya kamu melawan. Kita akan mati bersama-sama di rumah tua ini," Atmariani memiringkan kepala. Dia memperhatikan kecantikan paras Zivanna yang berada di atas rata-rata. "Sebenarnya aku merasa sayang jika gadis secantik kamu harus berakhir mengenaskan. namun, ini adalah harga yang wajib kamu bayar karena telah menghancurkan kehidupan kedua putri kami.""Aku cucumu, Nek," Zivanna mulai terisak. Dia tak dapat menerima kegilaan ini. Tak pernah Zivanna sangka bahwa dia akan mati di tangan orang-orang yang seharusnya menyayangi dan menjaganya setulus hati."Tidak," Wiyasa menggeleng. "Dari awal, kami tidak pernah mengakui kebodohan Rosanna yang memilih untuk kawin lari ke luar negeri. Dia bahkan hamil dan melahirkan

  • My Love From Thames   End of The Line

    Zivanna terbangun ketika cahaya matahari menerobos masuk melalui lubang kecil di jendela kamar yang berlubang. Sudah tiga malam dia tidur di rumah tua yang terkesan aneh tersebut. Selama rentang waktu itu, dia tak bisa berhubungan dengan dunia luar. Entah bagaimana kabar Raja beserta keluarganya.Zivanna menguap, lalu bangkit perlahan seraya mengamati daun jendela yang berlubang di sana-sini. Penasaran, Zivanna beringsut turun dari ranjang dan mendekat ke daun jendela. Lubang-lubang kecil itu membentuk lingkaran sempurna. "Jendela itu terkena peluru," ujar seseorang secara tiba-tiba. Sontak Zivanna berjingkat saking terkejutnya, lalu membalikkan badan. Tampak Atmariani tengah berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan semangkuk bubur ayam."Sarapan dulu," ujarnya datar. Atmariani melangkah masuk dengan gayanya yang selalu terlihat anggun. Dia meletakkan nampan tadi ke atas nakas. "Setelah itu, bersiap-siaplah. Kami akan membawamu berjalan-jalan keluar.""K

  • My Love From Thames   Seek of Revenge

    Hendra tersenyum puas karena berhasil mengajak ayah kandung Zivanna untuk bertemu di London. Sekarang giliran Brandon yang dia tuju. Brandon Gallagher memiliki kekuatan dan pengaruh yang cukup besar untuk membantu Hendra menjemput Zivanna. Dengan langkah terburu-buru, Hendra berjalan menuju apartemen mewah Brandon. Sayangnya, pria yang hendak ditemuinya itu sedang mengadakan pertemuan di sebuah restoran dengan mantan kekasih yang kini menjadi saingan bisnisnya, yaitu Camilla."Katakan apa keperluanmu. Aku tidak punya banyak waktu," ujar Brandon dingin dan datar."Aku hanya ingin mengajukan kerja sama. Kudengar, kau kembali aktif dalam perusahaanmu," tutur Camilla, masih dengan gayanya yang tampak selalu percaya diri."Aku tidak tertarik untuk bekerja sama dengan siapapun. Aku hanya berfokus pada memperbaiki sistem dan rencana bisnis ke depannya," tolak Brandon tanpa basa-basi."Selama ini perusahaanmu dalam posisi autopilot dan dikendalikan sesekali oleh Liam. Kau pasti mengetahui ji

  • My Love From Thames   Danger

    "Apa cuma ini barang-barangmu?" tanya Atmariani dingin. Zivanna menjawabnya dengan anggukan pelan."Ya, sudah. Kebetulan, di rumah nanti, kamu akan mendapat barang-barang dan pakaian baru. Ditinggal di sini juga tidak apa-apa," saran Wiyasa. Raut ramah yang senantiasa ditampakkan di hadapan keluarga Atmaja, seolah sirna. Ekspresinya saat menghadapi Zivanna, terlihat begitu dingin dan datar."Ayo, jangan buang-buang waktu," Atmariani menyodorkan koper Zivanna pada salah seorang anak buahnya sambil memberikan isyarat pada anak buahnya yang lain untuk mengapit Zivanna agar tak melarikan diri.Zivanna sendiri sudah pasrah atas semua yang akan dilakukan oleh Atmariani dan suaminya. Dia juga tak mengucapkan sepatah katapun sampai dia memasuki mobil SUV keluaran lama.Di dalam kendaraan, Zivanna hanya terdiam, sampai mobil itu berhenti di sebuah rumah tua di pinggiran kota Jakarta."Rumah siapa ini?" tanya Zivanna pelan.Wiyasa tak segera menjawab. Dia malah membantu Atmariani untuk turun da

  • My Love From Thames   Wrong Path

    "Apa mereka menyakitimu, Nak?" Hana mulai was-was dengan keadaan Zivanna. "Tidak, Tante. Hanya saja saya kecewa ketika Tuan dan Nyonya Gumilar mengatakan bahwa Raja tidak akan datang kemari. Dia juga membatalkan rencana pernikahan kami," jawab Zivanna lesu. "Itu yang terbaik untuk kalian, Zi," sahut Hana dengan segera. "Bolehkah tante menanyakan sesuatu padamu?" "Silakan, Tante." "Apakah kamu mencintai Raja ataukah hanya merasa berutang budi padanya?" tanya Hana lugas. "Saya ...." Hening sejenak. Zivanna tak melanjutkan kata-katanya. Hana hanya dapat mendengar desah napas gadis cantik itu. "Raja melakukan segalanya demi saya. Sekarang saatnya saya membalas semua kebaikan Raja. Apapun yang dia inginkan, akan saya lakukan," lanjut Zivanna pada akhirnya. "Jadi, apakah kamu mencintai Raja?" Hana mengulang pertanyaannya. Zivanna kembali terdiam, sampai-sampai Hana harus menunggu beberapa saat lamanya. "Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Tidaklah sulit untuk mencintai Raja, Tante," jaw

  • My Love From Thames   Secret Agreement

    "Astaga, bisa tidak kalian berhenti bercanda," Raja terkekeh. Namun, sorot matanya menunjukkan rasa sedih yang mendalam. "Tolong, berhentilah, Raja. Sudah cukup kamu mati-matian berkorban untuk Zivanna. Sekarang, saatnya fokus pada keluargamu. Berapa lama keluarga ini ditinggalkan saat kamu didakwa sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Rosanna? Pernah tidak, sekali saja, kamu berpikir tentang perasaan mama yang hancur melihat putranya duduk di kursi pesakitan?" ujar Hana panjang lebar. "Pernah tidak, kamu memikirkan kondisi mama yang benar-benar sedih dan terluka? Apakah sepenting itu Zivanna buatmu, Nak? Sampai-sampai kamu menepiskan keberadaan kami?" tampak jelas raut kecewa dari wajah Hana. Sementara Raja hanya bisa terdiam. Dia terpekur memikirkan ungkapan hati sang ibu. Selama ini memang dia terlalu fokus pada Zivanna, hingga melupakan keberadaan keluarganya. "Ah, sudahlah. Aku istirahat dulu. Kepalaku pusing sekali," tanpa menunggu tanggapan Raja, Hana segera berlalu dari

  • My Love From Thames   Raja's Choice

    "Apa maksudnya dengan melepaskan mama?" sentak Raja. Tangannya terkepal kuat sembari melangkah mendekat. Diliriknya sang ayah yang lebih banyak menunduk dan tak banyak bicara. "Lelucon macam apa lagi ini, Pa?" geram Raja. "Mama harap kamu bisa mengerti, Raja. Perusahaan kita dalam bahaya. Tak hanya itu, nyawa mama juga terancam. Kamu lihat sendiri, tak ada siapapun di rumah kita selain pengawal Ibu Gumilar dan Pak Wiyasa. Sebesar itulah pengaruh mereka dalam keluarga ini," tutur Hana dengan raut pilu. "Tidak! Ini semua sama sekali tidak masuk akal," Raja menggeleng kuat-kuat. "Sejak kecil sampai sekarang, aku tidak pernah mendengar nama Atmariani dan Wiyasa. Mama dan papa tidak pernah menyebut nama itu satu kalipun," tolaknya. "Itu karena kedua orang tua kita menyembunyikan semuanya dari kita," sahut Dewa. "Suka atau tidak, inilah kenyataannya, Raja. Tuan dan Nyonya Gumilar hendak membawa ibu kita." "Ananda pasti sudah pernah mengenal Rosanna dan Maria, dua putri kami. Nak Raja bi

  • My Love From Thames   Worried

    "Apa kamu suka?" tanya Raja lembut seraya memijit pundak Zivanna. "Suka," Zivanna mengangguk sambil tersenyum samar. Suasana dan desain interior apartemen itu mengingatkannya akan rumah Brandon di desa. Raja bukannya tak tahu perubahan air muka Zivanna, tetapi dia berusaha untuk tidak menghiraukan itu semua. "Memang semuanya membutuhkan proses, Zi. Kamu sudah terbiasa tinggal di Inggris," tuturnya lembut. "Iya," Zivanna memaksakan tawa. "Terima kasih, ya. Kamu pengertian sekali," kedua tangannya terulur, menangkup paras rupawan Raja. "Aku mencintaimu, Zi," Raja mendekatkan wajah, hendak mencium bibir gadis yang telah membuatnya tergila-gila. Namun, dering telepon genggam miliknya lebih dulu menggagalkan niat Raja. "Ah, tunggu sebentar. Ini nada dering khusus milik Papa," ujar pria tampan itu sebelum meraih ponsel dan menerima panggilan. "Ya, halo," sapa Raja dengan raut kalem. Sesaat kemudian, raut wajah kalem itu berubah tegang. Raja diam mendengarkan tanpa mengucapkan sepatah k

DMCA.com Protection Status