Tak terasa pagi pun tiba. Evangeline yang merasa gundah, tertidur ketika menunggu sang suami pulang. Ia membuka mata dengan rasa kecewa, hari ini hendak merayakan ulangtahun Kalandra, tapi Devan tidak ada tanda-tanda akan pulang.
Evangeline meraih ponsel, melihat apakah ada pesan atau sekedar panggilan tak terjawab dari suaminya, tapi sayangnya keinginannya itu pupus ketika tak mendapati satu pun pesan dari sang suami.
"Kamu di mana?" tanyanya dengan ekspresi wajah cemas. Bahkan sampai mengguyar rambut depan ke belakang.
Evangeline menatap Kalandra yang masih tertidur, hingga beralih melihat ke arah jendela di mana hujan masih mengguyur sejak semalam. Berniat mengangsurkan kaki untuk turun dari ranjang, Evangeline mendengar suara gaduh dari luar. Ia pun segera turun dan memilih berjalan ke arah pintu untuk melihat apa yang terjadi.
Sementara itu, di luar kamar Evangeline. Jordan dan Milea tampak begitu cemas, keduanya terlihat kebingungan dengan saling de
Saat yang berada di rumah tengah kebingungan mencari kabar tentang yang terkena musibah. Di sinilah kini para korban banjir bandang sedang meratap dan mencari sanak saudara yang mungkin terpisah. Dari puluhan warga yang sedang kebingungan menanti air surut, salah satu dari mereka adalah Danny. Pria itu tengah mencari keberadaan Devan yang terpisah dengannya, dia dan warga lain bisa sampai di gedung setengah jadi yang sedang dibangun perusahaan Devan, mereka bersyukur karena tidak terseret banjir luapan sungai yang tanggulnya jebol."Ya Tuhan, Pak. Semoga Anda selamat," gumam Danny berdoa untuk keselamatan Devan. Terlihat jelas guratan kecemasan di wajah. Ia terus mencari keberadaan Devan, berharap atasannya itu selamat dan berada di antara puluhan orang yang ada di gedung itu.--Di rumah Milea. Evangeline sudah mulai tersadar dari pingsan. Ia terus mnangis begitu membuka mata, masih tak bisa menahan rasa sesak akibat kabar yang didapat."Bagaiman
Evangeline menatap Kalandra yang berbaring di sebelahnya. Kelopak matanya bengkak karena terlalu banyak menangis, bahkan wajahnya begitu kusam karena tak terjamah air sama sekali."Angel." Sonia terlihat berdiri di ambang pintu kamar menantunya itu.Evangeline menoleh, melihat Soraya di sana. Menatap wanita itu yang begitu sedih dan pastinya sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa Devan, membuat hati Evangeline semakin sakit."Ma." Evangeline menatap sendu mama mertuanya itu.Sonia mendekat ke arah ranjang, lantas duduk di sebelah Kalandra berbaring. Ia langsung menggenggam telapak tangan Evangeline, menatap wajah menantunya itu dengan rasa simpati. Sebagai ibu dan mertua, tentu saja kesedihan Sonia berlipat-lipat ganda. Di satu sisi bersedih karena mengetahui putranya mungkin menjadi salah satu korban banjir, di sisi lain dirinya sedih melihat istri putranya begitu menderita."Kamu yang sabar, Mama juga berusaha bersabar. Jika Tuhan berkehend
Korban banjir sudah dipindah ke tenda pengungsian sementara, orang tua, anak, bayi, pria, dan wnaita, semua jadi satu di sana. Mereka bersedih karena harta benda mereka raib dibawa banjir, tak sedikit yang meratap karena juga kehilangan sanak saudara yang terseret banjir dan belum ditemukan.Danny baru saja dicek kesehatannya oleh tenaga medis. Setelah dipastikan jika baik-baik saja, ia pun diminta untuk beristirahat. Namun, Danny tentu masih memikirkan keadaan Devan, ia berjalan mengelilingi area pengungsian, mengecek satu persatu tenda darurat yang berdiri di area lapang itu, berharap bisa menemukan atasannya itu dalam keadaan selamat.Danny masih gigih mencari, tidak akan bisa tenang jika belum mendapatkan kabar tentang Devan."Tidak ada," gumam Danny yang sudah selesai mengecek semua tenda. Juga mengecek data korban selamat dari salah satu relawan.Ia terlihat berpikir, hingga melihat para relawan yang sedang mendata korban meninggal yang ditemu
Evangeline dan Jordan sudah sampai di lokasi pengungsian. Mereka melihat betapa penuhnya tempat itu, karena ternyata para pengungsi itu berasal dari beberapa desa yang terkena dampak musibah banjir.Evangeline turun dan langsung mengedarkan pandangan, mencari kemungkinan keberadaan sang suami di sana. Ramainya orang, tentu membuat Evangeline kesulitan mengenali sang suami di banyaknya orang yang berkerumun dan berlalu lalang."Ayo kita tanya ke relawan yang menangani para korban!" ajak Jordan.Evangeline mengangguk, hanya merasa miris dan ikut sedih saat melihat anak-anak terlantar, para lansia meratap, serta beberapa di antaranya menangis karena kehilangan sanak keluarga."Maaf, kami sedang mencari keluarga yang menjadi korban banjir," ujar Jordan ketika mereka bertemu salah satu relawan."Anda bisa tanyakan data pengungsi pada bagian informasi." Relawan itu menunjuk ke arah relawan lain yang bertugas mendata pengungsi."Oh, terima kasih ba
"Angel." Jordan terlihat cemas melihat Evangeline yang tak bereaksi.Evangeline menoleh Jordan dengan seutas senyum kecil, hingga kemudian menatap relawan yang menunggu jawabannya."Dia bukan suamiku, Devan tak memiliki tahi lalat di bawah dagu," jawab Evangeline memastikan. Jenazah itu memiliki tahi lalat di bagian dagu.Meski Evangeline sempat syok dan mengira itu adalah suaminya, serta sangat sedih karena belum bisa menenemukan sang suami, tetapi Evangeline juga bersyukur karena ternyata jenazah itu bukanlah Devan.Jordan mengajak Evangeline keluar dari tenda itu, hingga bertemu Danny yang sudah lumayan membaik."Danny, di mana suamiku?" tanya Evangeline, menatap Danny dengan pancaran mata penuh harap.Danny menelan saliva susah payah, tak tahu harus bagaimana. Ada rasa bersalah karena tak bisa melindungi atasannya.Jordan mengajak Evangeline dan Danny duduk, selain Danny yang butuh istirahat, Evangeline juga butuh menenangkan piki
"Awas! Beri jalan cepat! Panggilkan dokter secepatnya!"Seorang relawan terus berteriak karena panik, di belakangnya ada empat orang yang menggotong sebuah tandu.Jordan yang melihat hal itu, langsung berdiri karena penasaran. Berharap jika korban yang berada di atas tandu itu adalah sang kakak."Mari kita lihat!" Danny ikut berdiri ketika melihat betapa paniknya beberapa relawan itu."Aku panggil Angel," ucap Jordan.Baru akan membalikkan badan untuk memanggil Evangeline, karena ingin mengajak untuk melihat, ternyata Evangeline sudah keluar dari mobil."Ada apa?" tanya Evangeline ketika melihat wajah tegang Jordan."Relawan sepertinya menemukan korban lagi, mari lihat dan berharap, siapa tahu itu kak Devan," jawab Jordan.Bola mata Evangeline terlihat berkaca ketika mendengar ada korban lagi yang ditemukan, meski bukan hanya dirinya saja yang berharap jika korban itu adalah keluarga, akan tetapi Evangeline menaruh harapan jika
"Kita harus segera mengevakuasinya sesegera mungkin, korban mengalami infeksi luka pada kaki, butuh penanganan lebih lanjut. Kita harus membawanya ke rumah sakit." Seorang perawat yang membantu dokter menangani korban banjir, keluar dari tenda dan bicara dengan relawan yang menghadang jalan Evangeline, Jordan, dan Danny. "Baiklah, aku akan segera meminta rumah sakit terdekat untuk mengirim ambulance," ujar relawan tadi. Mendengar jika kemungkinan korban itu dalam keadaan kritis, membuat Evangeline yang sempat terduduk di rumput, langsung berdiri dengan cepat. Ia ingin melihat korban itu, hatinya bisa merasakan jika itu benar-benar suaminya. "Aku mohon, biarkan aku melihatnya!" pinta Evangeline dengan suara berat, menahan sesak yang terasa menekan di dada. Jordan dan Danny juga menatap relawan itu penuh harap, memohon agar diperbolehkan melihat. "Baiklah, silahkan jika ingin memastikan," ucap relawan itu, akhirnya membuka jalan untuk Evangeline
Evangeline duduk memangku anak kecil yang ditolong Devan, anak itu tertidur dalam dekapan. Jordan dan Danny juga di sana, mereka sama-sama menunggu dokter yang sedang memeriksa kondisi Devan. "Apa kamu lelah? Biar anak itu bersamaku," ucap Danny yang merasa jika Evangeline terlihat lelah. Evangeline menoleh Danny yang sudah mengulurkan tangan, sebelum kemudian menatap wajah gadis kecil yang ada di dekapannya. "Tidak usah, kalau dipindah takutnya malah terganggu dan bangun," ujar Evangeline dengan senyum kecil di wajah, menatap gadis kecil yang terlihat nyaman berada di dekapannya. "Begitu, ya. Baiklah." Jordan menatap Evangeline, melihat bagaimana wanita itu begitu sangat sabar dan penyayang, tak heran jika baik Angel maupun Kenan sangat suka bersama Evangeline. Sonia terlihat berjalan menyusuri koridor, wanita itu datang sesegera mungkin ke sana setelah mendapat kabar dari Jordan jika Devan ditemukan. "Ma!" Jordan langsu