Buatlah aku bahagia
Walau itu dengan cara yang sederhana• • •Dua pekan berlalu. Aku bersama sahabat-sahabatku merasa betah bersekolah disini yaaa walaupun ada beberapa kendala yang tak lain dan tak bukan berasal dari Belva and Arzetta.
Mereka selalu mengusili aku dan sahabat-sahabatku walau akhirnya Belva dan Arzetta terkalahkan karena strategiku dan sahabat-sahabatku. Namun tetap saja merekea bertahan, sepertinya tak ada kata "Jera" dalam diri mereka.
Hari ini kami pulang lebih awal karena memang setiap hari Jum'at adalah bonus untuk para siswi. Biasanya kami pulang jam 14.00 namun setiap hari Jum'at, pukul 10.30 kami sudah bisa pulang. "Biar kalian refreshing sejenak dari suntuknya hari-hari yang telah kalian lewati". Kata Bapak sekolah kami sih gitu.
"Kalian, tumben ya si Belva sama Arzetta gak keliatan. Pada kemana tuh orang?"tanya Zella saat kami menuju gerbang sekolah.
"Cciiee yang ngarepin mereka."jawabku.
"Diih, ogak banget, Nay!"kata Zella sambil mendelikkan matanya.
"Kita naik bus aja, nih? Nunggu di halte, kan?"tanya Aleysia mengganti topik pembicaraan.
"Eehh iya maaf gue lupa, supir gue hari ini libur dulu biasalah pulang kampung. Jadi gak apa-apa ya kita naik bus dulu hari ini?"tutur Calista merasa sedikit bersalah.
Memang, biasanya kami sering berangkat dan pulang bersama Calista. Dia yang menawarkan terlebih dahulu untuk pergi bersamaan ke sekolah. Namun sayang, hari ini ada halangan. Ya, terpaksa kami harus naik bus dan menunggu di halte yang jaraknya cukup jauh dari sekolah kami.
Saat kami sedang berbincang-bincang menuju halte, terdengar suara langkah kaki yang begitu bising di belakang kami. Sepertinya langkah kaki itu tidak hanya seorang saja namun beberapa orang.
Mereka mulai mengikuti kami dan kami pun mulai berjalan cepat karena mereka mulai mendekati kami. Namun disaat kami akan berlari, Jessy malah berhenti dan membalikkan ke arah mereka. Dengan seketika pun mereka sontak terkejut dan mulai salah tingkah.
"Ngapain loe berhenti? Ayoo!"ajak Calista sambil menggerak-gerakan tangan Jessy.
Jessy terdiam dan menyipitkan matanya. "Tunggu deh. Gue kenal sama mereka."
Aku dan yang lainnya keheranan. Memangnya siapa mereka?
"Wwaahh, parah nih orang minta di hajar ya kayaknya."ujar Jessy sambil melipat kemeja sekolahnya.
"Ihh, apaan sih loe? Jangan main hajar-hajar aja. Emangnya dia siapa?"bentak Aleysia.
"Gak baik, Jess. Ini bukan di pertandingan taekwondo lu. Jadi jangan main hantam aja!"seru Zella mulai ketakutan.
Jessy menghela nafas. "Okey gue jelasin. Kalian masih inget lima laki-laki yang di tengah-tengah Belva sama Arzetta waktu itu? Yang dikerubuni banyak cewek?"jelas Jessy.
Aku mencoba mengingatnya dan setelah beberapa saat kami pun ingat pada kejadian hari itu. Hari dimana lima laki-laki itu berdiri di tengah-tengah Belva dan Arzetta kemudian memandangi kami dengan sinis seakan-akan ingin memangsa kami.
"Tapi darimana lo tau kalau itu mereka? Kan mereka pake masker?"tanyaku yang masih tak percaya.
Jessy mendegus kesal. "Heuuhh, liatin nih ya."katanya sambil berjalan ke arah lima laki-laki itu yang sedang pura-pura menatap keadaan jalanan walau sebenarnya mereka tahu Jessy menghampirinya. Lima laki-laki itu langsung kebingungan. Terlihat mereka ingin pergi namun kalah cepat dengan Jessy yang menghampiri mereka.
"Ngapain kalian ngikutin kita? Buka masker kalian!"seru Jessy setelah sampai di hadapan mereka.
Akhirnya kelima laki-laki itu membuka maskernya secara bersamaan. Terlihat wajah Jessy yang gugup. Mungkin baru pertama kali ia berhadapan dengan laki-laki yang begitu tampan dan keren. Jessy menelan dalam-dalam ludahnya.
Karena tak tega melihat Jessy sendirian akhirnya aku beserta yang lainnya menghampiri Jessy dan kelima laki-laki itu. Ternyata benar, mereka lebih tampan jika ditatap sedekat ini. Pantas saja wanita-wanita terpesona.
"Mampus, mampus loe! Kagak kuat kan liat cowo ganteng?"ujar Aleysia lirih tepat di telinga Jessy. Mata Jessy langsung menggambarkan kebingungan.
"Guu..guee nanya. Ngapain kalian ngikutin gue sama sahabat-sahabat gue?"tanya Jessy mengulang.
Seorang lelaki yang berada di tengah keempat lelaki lainnya menjawab sambil maju ke hadapan Jessy. "Jangan ke-GRan lu. Siapa juga yang ngikutin kalian? Gak ada kerjaan tau gak?"
"Ganteng-ganteng galak."bisikku pada Zella namun aku malah mendapat bentakkan dari Zella.
"Kalau gitu kalian ngapain ada di belakang kita terus selama jalan?"tanya Aleysia.
Mereka terdiam sejenak.
"Gibran! Udahlah to the point aja. Buang-buang waktu tau gak?"ujar seorang lelaki yang mempunyai kaki hantu. Ya, alias tertinggi di antara yang lain.
"Ohh jadi namanya Gibran?"batinku.
"Gimana sih lu, Van? Yang harusnya ngomong itu ya si Gavin!"jawab Gibran, lelaki yang sempat aku sebut tampan dan akhirnya aku tahu namanya. "Gavin, maju lu cepet!"seru Gibran. Sepertinya Gibran adalah pemimpin mereka karena permintaannya selalu dituruti.
Seorang lelaki berpostur tinggi dan berbadan agak tegap mulai maju. Ya, Gavin.
"Gue peringatin. Jangan ganggu adek gue, Belva!"katanya dengan nada agak keras.
Aku dan sahabat-sahabatku cukup terkejut. Ternyata salah satu diantara mereka adalah kakak laki-laki dari Belva.
"Aduan banget sih punya adek?"tutur Calista yang membuat mata Gavin melotot karena tak terima adik perempuannya itu dipojokkan.
Jessy tertawa renyah. "Ohh jadi lu kakanya? Bilangin ke adek lu jangan urusin hidup orang lain!"
"Urusin hidup sendiri aja biar jadi orang yang bener!"bentak Zella sambil menginjak kaki Gavin dan lalu meninggalkan kelima laki-laki itu. Sedangkan Gavin berteriak dan merasa begitu kesakitan
"Aah, sakit woy! Berani banget sih tuh cewe!"teriak Gavin yang tak digubris oleh kami.
"Kan gue udah bilang jangan lawan mereka. Kayaknya mereka itu punya kekuatan atau gak sihir gitu? Susah banget dikalahin."ujar laki-laki berwajah genit. Dialah Eric.
"Berisik lo! Ayo bantuin Gavin."ajak seorang laki-laki yang paling pendiam diantara mereka karena sedari tadi ia hanya terdiam memandangi kejadian-kejadian di hadapannya. Ialah Elios.
"Eehh, bentar-bentar gue kejar mereka dulu. Woyy tunggu!"teriak Vano sambil berlari mengejarku dan sahabat-sahabatku. Namun sayang, kami sudah masuk ke dalam bus.
Akhirnya aku dan sahabat-sahabatku memasuki bus yang telah kami tunggu-tunggu. Kami tertawa terbahak-bahak melihat tingkah para lelaki itu.
"Nekat lo, Jess. Lo juga, Zell."ucap Calista.
"Kalo gak dilawan nanti kebiasaan."jawab Jessy.
• • •
"Ihh, kasian gue sama mereka."ucap Nayfira membuat semunya berhenti menulis. Mereka sedang berada di markas "Ladies Brave" tepatnya sedang mengerjakan PR yang baru saja mereka dapatkan di sekolah tadi.
"Siapa?"tanya Aleysia.
"Cowo-cowo ganteng itu hehe."jawab Nayfira sambil meringis malu.
"Ya elah, Nay masih mikirin itu. Ihh kalo gue ogah."ketus Zella sambil meraih cemilan di hadapannya. Dasar tukang ngemil!
"Jangan bilang lo suka sama salah satu diantara mereka?"tanya Jess pada Nayfira.
"Bukan suka tapi TER PE SO NA ."jelas Nayfira.
"Nih, gue kasih info buat lo, Nay. Gue punya temen yang kenal mereka."tutur Calista sambil meraih laptop kesayangannya dan mulai mencari tahu lima laki-laki itu.
Dengan sigap Nayfira langsung menghampiri Calista begitupun dengan yang lainnya.
"Euumm katanya pada gak mau tau tentang info mereka tapi ko nyosor-nyosor pengen tau?"goda Nayfira.
"Diem lu!"seru Aleysia sambil menutup wajah Nayfira.
Setelah beberapa saat, teman Calista itu mengirim profil kelima laki-laki itu. Ternyata teman Calista satu sekolah dengan mereka dan sekolah itu adalah sekolah khusus laki-laki yang tempatnya tak jauh dari sekolah Calista dan kawan-kawan.
Gibran.
Dengan wajah yang cukup tampan namun menarik selalu menjadi sorotan wanita-wanita. Konon, ia adalah leader diantara keempat laki-laki itu. Mempunyai sifat yang agak keras namun lucu dan agak sombong dengan kelebihannya. Sifatnya yang garang membuat sahabat-sahabatnya takut padanya. Bibirnya pun kadang tidak terkontrol bila sedang emosnya naik.

"Eeuummm."ujar sahabat-sahabatnya dengan serentak.
"Eehh udah lanjut-lanjut!"kata Aleysia dengan gugup.
Vano.
Ia terkenal dengan sebutan "Si kaki hantu" karena kakinya yang begitu panjang alias tinggi. Mempunyai mata yang agak tajam hingga wanita yang melihatnya pasti akan terpanah dengan mata tajamnya itu. Agak ramah karena selalu menyapa orang tua di sekitarnya namun agak jutek. Satu lagi, dia paling penyayang. Apalagi pada wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya yaitu Ibunya dan adik perempuannya.
Vano mempunyai adik perempuan yang begitu ia sayangi. Siapa saja yang menyakiti bidadari keduanya setelah Ibunya, maka Vano tak segan-segan untuk melabrak.
Ava
Ialah adik Vano. Wanita berparas cantik dan lucu. Sifatnya agak manja pada Vano. Tapi kemanjaan itu membuat Vano semakin sayang padanya. Sifat ramah pun dan senyumnya yang manis melengkapi kecantikannya.


Arzetta
Sahabat baru Belva. Ia adalah sosok penghasut dan pintar merusak hubungan orang lain. Namun di sisi keburukan, ia mempunyai sifat yaitu rajin dalam mengerjakan pekerjaan yang ada di rumahnya walau asisten rumah tangga telah singgah di rumahnya.

Jangan kalian lihat fisiknya saja, otaknya gak kalah sama fisiknya tuh. Menurut artikel mereka sering juara di perlombaan. Kemudian khususnya untuk Vano dan Erik yang cerdas dalam bidang akademik.
Profil lima laki-laki yang dikirimkan teman Calista membuat lima wanita pemberani ni terpaku. Bagaimana tidak? Mulai dari kepribadian, paras, dan postur tubuh yang mempesona.
"Wwaaahh, pilih-pilih bisa kayaknya mumpung sama-sama lima orang nih."ujar Calista sambil menggeser-geser kursor keyboard laptopnya.
"Ehh lu gimana sih? Kita benci sama mereka tapi malah pilih-pilih."ujar Jessy.
"Walaahh, jangan munafik lo. Gue yakin lu juga suka sama salah satu diantara mereka, kan?"tanya Calista sambil menjulurkan lidah. Jessy hanya terdiam.
Tapi di sisi lain Zella mundur dari kerumunan itu dan langsung membuka lembaran-lembaran buku yang akan di kerjakannya.
Sahabat-sahabatnya keheranan. "Kenapa lo, Zell?"tanya Nayfira.
"Gak apa-apa. Kalian lanjut aja pilih-pilih cowonya. Gue mau lanjut ngerjain tugas aja."jawab Zella sambil tersenyum tipis.
"Jangan jadiin masa lalu ganggu lo, Zell. Cowo masih banyak. Makannya jangan dalem banget suka sama seseorang."tutur Aleysia menenangkan. Sahabat-sahabat Zella lalu menghampiri Zella.
"Ihh kenapa jadi mellow gini suasananya? Ayo-ayo gue milih, dehh."ujar Zella sambil tertawa.
"Hhhuuuhh, lu mah!"ucap sahabat-sahabat Zella sambil mengacak-acak rambut Zella bahkan Jessy dengan kebiasaannya menjitak kepala Zella.
Zella merengut kesal. "Ihh, diem kalian!" Sahabat-sahabatnya hanya menertawakan Zella.
Daun gugur tak membuat pohonya gugur. Begitupun denganku, orang lain berkata tentangmu tak membuat rasa cintaku menghilang kepadamu.• • •Bel istirahat berbunyi...Zella dan sahabat-sahabatnya lebih memilih menghabiskan waktu istarahat dengan makan siang di kelas. Selain dengan sahabat-sahabatnya, teman-teman Zella yang lainnya pun ikut melengkapi kebersamaan makan siang.Beberapa saat, seorang lelaki paruh baya mengetuk pintu kelas Zella. Seketika semuanya menghentikan aktivitas makan siangnya."Permisi, maaf adek-adek mengganggu kalian. Saya mau nanya, ada yang namanya Zella?"tanya lelaki itu.Semuanya melirik ke arah Zella."Gue? Ko gue?"bisik Zella pada teman-temanya."Samperin dulu aja, Zell. Siapa tau penting."tutur Calista yang berada di sampingnya. Tanpa basa-ba
Kebahagiaan di dunia ini bagaikan pelangi yang melingkar dengan indahnya di langit biru sana namun seketika ia menghilang. Ya, tidak kekal. Sungguh dunia ini begitu fana dan tempat persinggahan sementara.• • •"Beruntung banget lo, Zell bisa ketemu si Vano."tutur Jessy sambil mengerjakan tugas.Hari ini Bu Vasya sebagai guru pelajaran B.Indonesia sedang ada rapat jadi beliau meninggalkan tugas untuk murid-muridnya."Ketemu dimana? Kapan?"tanya Zella sambil menoleh ke arah Jessy yang satu bangku dengannya. Ternyata Zella lupa dengan pertemuannya bersama Vano saat itu."Waktu lo ngajar Ava."jawab Jessy. Zella pun mengingat dan langsung meringis malu."Iya, beruntung banget lo, Zella."timpal Nayfira yang ada di depan Jessy dan Zella."Nimbrung aja lo!"ketus Jessy. Nayfira langsung mengerucutkan bibirnya.
Orang yang mencintaimu karena sesuatu yang dimilikimupercayalah, ia akan pergi setelah sesuatu itu hilang darimu• • •Sepulang sekolah Nayfira dan sahabat-sahabatnya seperti biasa berjalan kaki menuju halte. Namun tetap saja ada rintangan padahal mereka tak sedang berbuat apa-apa. Hanya dengan berjalan saja gangguan demi gangguan datang."Ladies Brave!"teriak seorang lelaki yang membuat kelima wanita itu menghentikan langkahnya.Mereka berbalik dan terdapat Gibran bersama sahabat-sahabatnya yang sedang mengendarai motor ninjanya dan segera turun menghampiri mereka. Tapi tak seperti biasanya Belva, Arzetta, dan Ava yang selalu ikut namun kali ini mereka tak ada. Ya, hanya lima laki-laki itu saja."Ada Gibran, ada Gibran."bisik Nayfira sedikit salah tingkah sambil menepuk-nepuk bahu Zella."Sakit, Nay!" Z
Berubahlah sebelum dunia merubahmuBerubahlah jika memang kau cinta pada dirimudan berubahlah sebelum Sang Maha Kuasa murka padamu• • •"Jangan di main-mainin mienya , Jess."tutur Nayfira. Jessy tak merespon. Ia tetap saja dengan perbuatannya.Saat itu tepat jam istirahat tiba. Jessy dan sahabat-sahabatnya sedang berada di kantin untuk menyantap makan siang. Suasana di kantin yang hikuk nan pikuk membuat para penjual kewalahan namun untung saja kelima wanita itu datang terlebih dahulu dan otomatis tidak ikut antri untum membeli makan."Lahh, itu bibir manyun gitu kenapa?"tanya Zella sambil menyentil bibir Jessy."Ihh, sakit tau!"seru Jessy sambil menghempaskan tangan Zella yang langsung terasa kesakitan."Atlit taekwondo ko di sentil aja sakit."ketus Zella kesal."Lo kenap
Kejarlah walau ia terus berlariTeruslah memupuk rindu walau ia sudah benci padamuSimpanlah terus rasa itu walau ia sudah tak peduli padamudan rasakanlah bagaimana akhirnya.Menyakitkan bukan?• • •"Kak, Zella!"sahut Ava pada Zella yang sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di kursi dekat halaman sekolah. Tepat saat itu jam masuk kelas adalah dua puluh menit lagi jadi para siswi bisa merasakan udara segar sebelum menerima pelajaran. Ava pun menghampiri mereka ketika dibalas dengan lambaian tangan oleh Zella."Ada apa, Va?"tanya Zella setelah Ava telah berada di tengah-tengah kelima wanita pemberani itu."Kak Vano sama temen-temenya udah kesini belum?"tanya Ava yang membuat Zella dan sahabat-sahabatnya langsung menoleh."Ngapain mereka kesini?"tanya Zella dengan sifat dinginny
Berhentilah menancapkan duri di hatiku yang membuatku sulit untuk mencabutnya hingga rasanya begitu sesak.Apa kau tidak bosan? Mungkin iya kau bosan karena aku kini berada di hidupmu yang kau anggap sebagai kabut yang mengahalangi indera penglihatanmu• • • Pagi itu adalah pagi yang begitu dinantikan oleh seluruh siswa dan siswi. Mentari yang indah pun menyambut baik, dibuktikan hari ini begitu cerah. Udara segar yang dihirup seluruh insan pun terasa menenangkan. Seluruh siswa tengah berkumpul bersama barang bawaannya, berbincang-bincang bersama kawan-kawannya. Senyum mereka mulai merekah dan rasa tak sabar mulai bergelora. Bagaimana tidak. Acara yang akan mereka lewati ini adalah acara untuk pertama kalinya dibawah panitia yang dipandang oleh semua orang. Terlihat pula Zella beserta sahabat-sahabatnya yang tengah asyik berbincang tentang Vano yang tiba-tib
Semua orang berhak bahagiaNamun tak semua orang tahu apa arti kebahagiaan yang sebenarnya• • •"Kak, maafin Kak Vano ya."tutur Ava sambil menyentuh pundak Zella."Udah gak usah di bahas, Va."uluran senyum Zella tampilkan karena merasa tak enak pada Ava.Sambil membawa gitar kesayangannya, Gibran berjalan menuju kursi Nayfira. Ia berencana akan membawa cemilan yang ada di tas Nayfira. Wanita itu pun tersenyum dan tingkahnya mulai aneh."Nih."ucap Nayfira semangat sambil tersenyum. Gibran pun ikut tersenyum.Sepanjang perjalanan Gibran bernyanyi dan sesisi bus pun ikut mengiringinya sambil bernyanyi bersama. Semua bertepuk tangan mengikuti irama lagu yang dibawakan Gibran. Zella pun yang sebelumnya tak ingin senyum namun kini bibirnya mulai melukiskan senyuman karena nyatanya pun ia hapal lagu apa yang dibawakan G
Bukan kau yang sulit untuk melupakannya. Melainkan karena kau yang mengundangnya untuk selalu mengiang di pikiranmu. Jadi, jangan salahkan keadaan apalagi menyalahkannya. Namun intropeksi dirilah!• • •"Itu temen loe kan?"tanya Elios sambil duduk di hamparan rumput. Aleysia hanya mengangguk sambil membenarkan kompor yang telah ditompangi sebuah wajan.Saat itu mereka berdua sedang mempersiapkan makanan untuk makan siang. Elios bertugas di dapur kecil yang tepatnya di belakang tenda. Karena merasa kasian, Aleysia pun membantu lelaki dingin itu."Oh iya, Ley. Chelsea nanyain lo. Masih inget kan lo?"tanya Elios sambil memandangi Aleysia yang sedang sibuk dengan kegiatannya.Karena mendegar nama Chelsea , Aleysia langsung duduk menghampiri Elios. "Masih inget donk, gue kangen sama dia, Yos.". Elios hanya menyunggingkan senyum smirknya.
Tuhan, terimakasih karena Engkau telah mengirimkan sosok yang begitu berarti di hidupku. Tanpa izin-Mu karena menakdirkan mereka untukku maka aku bukanlah siapa-siapa di dunia ini-Ladies Brave-_______"Wahh, hebat ya lo jadi juara!" sahut Zella sambil menepuk bahu Jessy.Jessy langsung berdecak dan merasa bangga. "Biasa itu mah." katanya sambil menggibaskan tangannya."Dih, sombongnya." timpal Nayfira."Kalian berlima pergi aja. Main atau apa gitu sekalian memorian." kata Julian pada kelima wanita itu.
Semua butuh pengorbanan. Sama halnya seperti ulat yang harus rela berkorban menjadi hewan yang menjijikan sebelum menjadi hewan indah yaitu kupu-kupu.♥♥..Happy readingSetelah berbincang cukup lama di restoran Nayfira, akhirnya Zella dan Julian kembali pulang. Namun entah mengapa Nayfira ingin ikut bersama Zella."Lo beneran mau ke rumah gue? Takutnya lo cape." kata Zella mematiskan karena dari pagi tadi restoran ini penuh dengan pengunjung."Gak apa-apa, Zell. Lagian aku juga pengen ketemu sama Ayah lo."jawab Nayfira. "Gak apa-apa kan, Laden?" tanya Nayfira pada Laden yang berada di sampi
Kita bukan hanya sekedar sahabat. Namun sebuah keluarga kecil yang melebihi dari sahabat🌼🌼..."Kabar kamu gimana? Baik kan?"tanya wanita di seberang telepon sana.Calista masih terdiam dan memandang Vernan tak percaya. Suara gemetar dari wanita yang sedang bertanya padanya sungguh membuatnya menguraikan air mata."Aleysia." ucap Calista akhirnya.Seketika Calista menangis. Begitu pun dengan Aleysia. Suara isak mulai tangis terdengar."Aku dapet nomor kamu dari Pak Fey. Katanya kamu nyariin aku." kata Aleysia.&nb
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Mencintai sahabat seperti kalian adalah keberuntuganDan memilikinya adalah takdir yang tidak dapat diganggu gugat👑👑Hari Sabtu tepat pukul delapan malam. Di satu hari yang sama dan dengan perasaan yang sama antara kelima sahabat itu. Itulah sahabat sejati.⏬Seorang wanita tengah menatap keadaan kota New York yang indah di malam hari sebari menghirup udara yang segar itu melalui jendela apartemennya.Sesekali ia tersenyum dan merasakan rindu dengan negara kelahirannya yaitu Indonesia. Ia tak menyangka bisa menapakan kakinya di negera orang lain ini.
Terkadang seseorang ingin dihargai.Bukan dipuji.🌱🌱...Suasana kelas begitu hening karena ujian harian sedang dilaksanakan. Tak ada seorang pun yang berani menengok ke kanan, kiri, atau pun ke belakang untuk menyontek.Setelah satu jam mereka mengerjakan ulangan kimia itu, akhirnya mereka bisa bernapas lega karena bisa terbebas dari pelajaran yang bisa disangkut pautkan dengan apapun itu.Pelajaran kimia menurut mereka s
Pertemuan denganmu adalah sejarah. Ya, sejarah. Sesuatu yang tidak bisa terulang kembali. 🌿🌿"Zella!" teriak Jessy hingga membuat Zella terkejut bahkan hampir membuat Zella jatuh dari tangga."Ngagetin gue aja lu!" ketus Zella sambil menuruni tangga.Hari ini dirinya sedang sibuk mempersiapkan acara festival yang diadakan oleh dua sekolah yaitu sekolah Zella dan sekolah Gibran.Pihak sekolah memang sengaja mengadakan acara ini agar bertujuan mempererat hubungan persaudaraan dari kedua sekolah itu."Ohh, festival ini yang dimaksud Kak Eric?" tanya Calista sambil memperhatikan hiasan-hiasan yang Zella gantung tadi."Baru tau, lo? Kemana aja?" timpal Nayfira. Calista hanya terdiam."Lo jadi paniti
2017...Dapatkah kau kembali menghampiriku tuk sejenak saja? Agar aku bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu lagi☝~Curahan Author~Vano kembali lagi ke markas setelah mematiskan kelima wanita itu pergi. Setelah tiba di markas Vano melihat suasana yang sudah tak beraturan."Pikiran lo dimana? Lo gak mikir kalau Nayfira punya trauma sama kucing? Seharusnya lo gak ngelakuin ini Gibran!" teriak Gavin tepat di wajah Gibran. Tangan Gavin sudah mencengkram kerah baju Gibran.Mereka saling bertatatp tajam. Gibran langsung mendorong Gavin hingga Gavin hampir saja terjatuh. Eric dan Elios yang berada di sekeliling mereka langsung melerai.&nbs