Daun gugur tak membuat pohonya gugur.
Begitupun denganku, orang lain berkata tentangmu tak membuat rasa cintaku menghilang kepadamu.• • •Zella dan sahabat-sahabatnya lebih memilih menghabiskan waktu istarahat dengan makan siang di kelas. Selain dengan sahabat-sahabatnya, teman-teman Zella yang lainnya pun ikut melengkapi kebersamaan makan siang.
Beberapa saat, seorang lelaki paruh baya mengetuk pintu kelas Zella. Seketika semuanya menghentikan aktivitas makan siangnya.
"Permisi, maaf adek-adek mengganggu kalian. Saya mau nanya, ada yang namanya Zella?"tanya lelaki itu.
Semuanya melirik ke arah Zella.
"Gue? Ko gue?"bisik Zella pada teman-temanya.
"Samperin dulu aja, Zell. Siapa tau penting."tutur Calista yang berada di sampingnya. Tanpa basa-basi Zella menghampiri lelaki itu. Teman-teman Zella pun seketika terdiam seakan-akan ingin tahu apa yang dibicarakan lelaki itu dengan Zella.
Zella tersenyum. "Saya Zella, Om. Ada apa, ya?"tanya Zella sedikit bingung.
"Putri saya ingin belajar dengan kamu."ucapnya yang masih diambang pintu kelas.
"Putri? Putri yang mana? Temen-temen kelas gue?"batin Zella sambil menoleh ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang terdiam memandanginya.
"Katanya, kamu pinter ya. Selalu juara kelas. Jadi itu alasan putri saya ingin belajar dengan kamu."sambungnya.
"Om tau dari mana info tentang saya?"tanya Zella.
"Sayang, sini donk jelasin ke kakak Zella. Kamu jangan ngumpet terus."tutur lelaki itu sambil membalikkan badannya.
Terlihat seorang wanita manis, lucu, dan cantik mengintip di belakang punggung lelaki itu. Ia memperlihatkan wajah cantiknya dengan malu-malu. Aku pun tersenyum melihat tingkah konyolnya.
Wanita itu meringis malu sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya yang membuatku semakin gemas padanya. "Haii, kak. Salam kenal."katanya sambil melambaikan tangannya.
"Kakak? Bukannya kita seangkatan ya?"tanya Zella heran. Wanita itu hanya tersenyum lebar yang membuat Zella bingung.
Karena memang Zella sempat melihat wanita itu pada waktu MOS namun saja Zella lupa-lupa ingat dengan wajahnya.
"Saya harap kamu bisa menjaganya. Berhubung saya ada urusan lain jadi saya tinggal kalian ya."kata lelaki itu yang dipanggil "Papah" oleh wanita manis itu.
Zella mengangguk begitupun dengan wanita itu. Ia segera memeluk Papahnya sebelum pergi dan memandanginya saat mulai beranjak pergi.
"Nama kamu siapa?"tanya Zella.
"Ava."jawabnya dengan semangat. Ava langsung meggandeng tangan Zella.
"Nih, anak kenapa? Ko' tiba-tiba gandeng gue?"batin Zella.
Zella hanya membalas dengan mengelus pundak Ava walau sebenarnya ia bingung harus melakukan apalagi.
"Ntar kakak ajarin les aku ya. Mulai nanti sore kakak bisa ko ke rumah Ava."ucapnya dengan lucu dan kepolosannya. Tingkah Ava memang lucu walau sudah menginjak bangku SMA apalagi dengan sifat kepolosannya.
"Jangan panggil gue kakak. Nama aja."pinta Zella.
"Ihh, kak sebenernya aku itu kelas 3 SMP tapi karena otak aku yang katanya cerdas jadi aku langsung di masukin ke SMA."katanya sambil menunjuk-nunjuk kepalanya.
"Kalo pinter kenapa minta les sama aku?"
"Kakak banyak ngomong ihh. Pokoknya kakak harus ajarin Ava, ya."ujarnya sambil menyender di bahu Zella. Zella hanya tertawa kecil melihat tingkah Ava yang lucu dan polos.
Di sisi lain terlihat sosok Belva dan Arzetta yang tengah memandangi pemandangan indah antara Zella dan Ava yang sedang berada di luar kelas. Mereka terlihat begitu bahagia karena saling merangkul dan berbincang-bincang hangat.
"Bel, itu Ava sama Zella kan? Ko mereka saling kenal?"tanya Arzetta.
Belva menyipitkan matanya. "Iya bener. Sial! Kenapa mereka jadi deket? Akrab lagi. Gue belum pernah liat Ava sedeket gini sama seseorang."kesal Belva.
"Berarti lo salah strategi."ucap Arzetta yang langsung membuat Belva menoleh Arzetta ke arahnya. "Maksud gue, ntar kita nyari cara lain buat hancurin mereka." sambung Arzetta. Belva hanya mendengus kesal.
"Zell, yang tadi siapa?"tanya Jessy.
"Ahhh, makanan gue belom aabiiss. Mana istirahat mau selesai."ujar Zella tanpa menggubris pertanyaan dari Jessy.
"Ihh, Zell kebiasaan banget sih lo ditanya suka kagak jawab."teriak Jessy.
Zella meringis malu."Ehehee. Jadi dia itu Ava. Minta ajarin les sama gue." jawan Zella dengan nasi yang penuh di mulutnya.
"Heeuhh, bagian jawab kagak jelas. Makan, makan dulu jangan dulu ngomong!"seru Aleysia.
"Ava? Kayak kenal namanya tapi siapa gitu?"kata Calista dengan wajah herannya.
"Udah jangan so' tau lo!"timpal Nayfira.
~ ~ ~
Zella's
Handphoneku berbunyi menandakan ada notifikasi w******p masuk. Dengan segera aku membukanya. Ku kira itu dari Ava ternyata grup Ladies Brave.
Aleysia: Kuyy main. Boring nih
Nayfira: Gue juga
Jessy: Gue juga nih
Calista: Main dimana?
Aleysia: Dimana ajalah yg penting keluar dari rumah
Zella.: Sorry, sorry nih gue gak bisa. Ava menanti
Jessy: Iya deh tauuuu..
Akhirnya aku pun bergegas untuk pergi ke rumah Ava. Sebelumnya ia memberi alamat rumahnya padaku saat di sekolah tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 15.30, artinya setengah jam lagi aku harus sampai di rumahnya.
Aku memilih untuk naik bus karena tak ada yang mengantarku. Harus menunggu beberapa menit untuk sampai ke rumah Ava, namun dengan sisa waktu enam menit lagi akhirnya aku pun sampai di rumah Ava.
Aku sampai di depan gerbang perumahannya. Aku harus bertanya terlebih dahulu pada seorang satpam yang menjaga perumahan itu dan akhirnya aku menemukan rumah Ava setelah satpam memberi alamat rumah Ava.
Aku berdiri di depan rumah yang terlihat megah namun asri. Gerbang yang tertutup dan terlihat motor ninja merah yang terpakir di dalam garasi itu. Aku mulai mengetuk pintu rumah itu.
"Permisi."
Setelah beberapa saat, akhirnya pintu rumah itu terbuka dan di baliknya terdapat sosok yang menggemaskan.
"Kakak? Sini masuk. Kira aku gak jadi dateng lho."sahut Ava dengan senang.
"Jadi donk, Va. Masa udah janji gak ditepati."jawabku sambil memasuki rumahnya.
Aku disambut dengan aroma menyegarkan yang mengeruak di ruang tamu itu kemudian aku pun duduk di kursi santai yang tepat berada di ruang keluarga. Ava lebih memilih belajar di ruang keluarga dibanding di ruang tamu.
Kami mulai belajar. Ava memang orang yang cerdas, satu kali diberitahu otak cerdasnya itu dengan mudah menangkapnya. Namun tak tahu mengapa ia harus belajar les lagi padaku padahal nyatanya ia sudah menguasai
semua mata pelajaran."Sepi ya, Va."ucapku di sela-sela belajar. Ava hanya mengangguk-angguk sambil konsentrasi mengerjakan soal yang aku berikan.
Terdengar suara langkah kaki dari tangga yang akan menuju lantai atas. Aku dan Ava mendongkakan ke arah suara itu. Terlihat sosok laki-laki yang memakai piyama berwarna biru muda dengan motif tokoh kartun pororo.
Rambutnya sengaja ia acak-acak dan saat menguap ia begitu menggairahkan. Ia menghampiri aku dan Ava. Namun setelah ia mendekat, wajahnya tak asing di mataku.
Ia mengusap kepala Ava dan malah memeluknya seakan-akan tak ada aku di hadapannya.
"Kakak baru bangun?"tanya Ava.
"Kakak? Lll...lloo?"tanyaku gugup.
Lelaki itu menyipitkan matanya di hadapanku. "Laahh, lo ngapain disini?"tanyanya.
"Siapa sih nih cowo? Adduh gue lupa namanya lagi."gumamku.
"Kak, ini Kak Vano. Kakak Ava."tutur Ava.
"Naahh, Vano namanya. Jadi Ava ini adek Vano? Sempit banget sih dunia!" ujarku pelan.
"Ngapain lo disini?"tanya Vano agak kencang.
"Kakak, Kak Zella ini ajarin les aku."jelas Ava.
"Hah? Ohh. Ya udah lanjutin."kata Vano sambil meninggalkan kami.
"Nih orang kayaknya ngigo. Tadi ngomong kenceng tapi sekarang pelan."batinku.
Vano kembali ke kamarnya. Kulihat saat ia menuju kamarnya, rambutnya ia acak-acak lagi dan menggaruk tekuk kepalanya. Tapi aku tak bisa menahan tawa ketika Vano memakai piyama itu. Padahal ia adalah orang yang fashionable. Jika diluar, ia selalu memakai jaket jeans andalannya, sepatu bermerk tapi di rumah sungguh berbeda 360 derajat.
"Topik gosip, nih. Pasti pada ngakak kalo diceritain ke temen-temen."gumamku.
Aku melanjutkan belajarku dengan Ava. Karena tenggorokanku mulai kering akhirnya aku memutuskan untuk meneguk jus jeruk yang telah di sediakan oleh Ava sebelumnya. Namun saat aku sudah meneguknya, Vano berteriak dengan kencang yang membuatku terkejut hingga tersedak.
"Kenapa gue pake piyama ini? Ada cewe itu lagi. Muka gue disimpen dimana?"teriak Vano dengan kencang hingga terdengar ke tempatku dan Ava belajar.
"Kak Vano jangan berisik! Ava lagi belajar!"teriak Ava dengan polosnya dan melanjutkan belajar denganku.
"Ternyata dia baru nyadar. Punya malu juga tuh orang."batinku.
Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah adik kakak ini.
~ ~ ~
"Kalian tau apa yang gue liat tadi di rumah Ava?"tanyaku dengan semangat.
"Liat apa lo? Jangan liat yang bukan waktunya!"tutur Nayfira yang disambut jitakan oleh Aleysia.
"Seorang Vano yang fashionable, keren, suka pake jaket jeans ternyata di rumahnya pake piyama. Gambar pororo lagi."ujarku sambil tertawa.
"Vano? Maksudnya lo ke rumah Vano juga? Ngapain?"tanya Jessy terkejut.
"Jadi si Ava itu adeknya Vano."jawabku.
"Tuh, kan gue bilang apa. Nama Ava itu gak asing di telinga gue. Ternyata bener adeknya si Vano."tutur Calista.
Seketika mereka tertawa terbahak-bahak. Aku dan sahabat-sahabatku mengira bila seorang Vano akan tetap keren walau di dalam rumahnya. Tetapi dugaan itu salah. Vano malah mengenakan piyama seperti bocah umur lima tahunan dan itu menjadi bahan candaan Ladies Brave.
~ ~ ~
Bel berbunyi tiga kali menandakan waktunya pulang. Zella beserta sahabat-sahabatnya seperti biasa berjalan menuju gerbang sekolah untuk menuju halte. Mereka masih menggunakan bus karena supir Calista belum juga pulang dari kampung halamannya.
Saat menunggu di halte, terlihat lima laki-laki yang sedang mengendarai sepeda motor ninja merah. Namun lain halnya dengan salah satu laki-laki diantara mereka yang mengendarai motor cross.
Mereka membunyikan gas sepeda motornya dengan kencang hingga membuat Zella dan sahabat-sahabatnya berteriak karena terkejut.
"Berisik, arrgghh!"teriak Aleysia yang dibalas senyuman dari mereka.
Tiga puluh menit Zella menunggu bus yang biasa mereka tumpangi. Tapi tak tahu mengapa bus itu tak kunjung datang.
"Kemungkinan besar jalan nih kita."ucap Jessy.
"Males ihh cape."jawab Nayfira.
Jarak sekolah mereka hingga ke rumah cukup jauh. Tapi mereka memutuskan untuk berjalan hingga ke halte selanjutnya. Siapa tahu disana ada bus yang mereka tuju. Mereka melewati jalan pintas agar tak terasa lelah.
Walau jauh namun mereka tetap menikmati perjalanannya. Karena dengan kebersamaan semuanya terasa indah walau bencana sekali pun. Mereka berjalan menyusuri jalan yang begitu lenggang. Sebuah lapangan yang tak terlalu luas mereka pilih. Ya, artinya mereka melewati sebuah kampung.
Saat mereka akan melanjutkan langkahnya, terdengar suara gas yang begitu kencang. Lima laki-laki itu mengendarai sepeda motor ninja merahnya dan tiba-tiba berhenti di hadapan Zella dan sahabat-sahabatnya.
Zella dan sahabat-sahabat merasa kebingungan. Mereka pun mengerutkan dahi. Terlihat wajah lima laki-laki itu dengan tatapan sinis. Terlihat Belva yang dibonceng Gavin, Ava dengan Vano, dan Arzetta dengan Elios.
"Arzetta dibonceng Elios?"batin Aleysia sedikit kecewa.
"Kerjain mereka, ka."bisik Belva pada Gavin.
"Heuh, si bibir terompet!"ketus Jessy.
Gavin terdiam lalu memberi kode bahwa mereka harus mengusuli Zella dan sahabat-sahabatnya. Satu ide telah di tetapkan dan akhirnya mereka mulai beraksi.
Gavin bersama keempat laki-laki popoler itu mengendarai sepeda motor ninja merahnya dan mulai memutari Zella dan sahabat-sahabatnya. Walau asap kendaraan mulai terhirup, lima wanita itu tetap dalam keadaannya bahkan hanya memandangi aksi lima laki-laki itu beserta tiga wanita.
"Kaaak, udah berhentiin pusing!"pinta Ava. Akhirnya setelah beberapa saat mereka berhenti.
"Udah?"tanya Zella dan sahabat-sahabatnya yang membuat mereka melongo. Mereka kira Zella dan sahabat-sahabatnya akan melongo atau terkejut bahkan ribut. Tapi ternyata dugaan itu salah.
"Borosin bensin aja kalian itu!"ketus ratu irit, Zella.
Zella dan sahabat-sahabat dengan dinginnya meninggalkan mereka. Namun langkah mereka terhenti saat seorang wanita memanggilnya.
"Behenti kalian disitu!"teriak Belva sambil turun dari motornya. Zella dan sahabat-sahabatnya menghela nafas dan memandangi Belva.
Di sisi lain Elios bersusah payah untuk menyuruh Arzetta turun. Melihat tingkah mereka berdua, Aleysia memalingkan wajahnya agar tidak melihat mereka berboncengan. "Turun lo, ihh!"seru Elios. Arzetta hanya terdiam namun setelah dipaksa beberapa kali akhirnya Arzetta turun dari motor Elios.
"Kak Zella?"sahut Ava senang sambil menghampiri Zella namun ditahan oleh Belva. Padahal Zella telah melambaikan tangan pada Ava.
"Diem disini lo, Va!"seru Belva. Ava pun terdiam karena nyatanya Vano pun melarang Ava pergi.
"Kalian itu ya harusnya punya malu, jauhin cowo-cowo ganteng ini, jangan nyari perhatian, ini ko malah ganjen gak jelas, terus ya kalau menurut gue kalian itu..."
Saat Arzetta santai dengan ocehannya, seketika Jessy mengeluarkan jurus taekwondonya yang membuat kakinya berputar dan melayang tepat di depan wajah Arzetta. Seketika Arzetta mati kutu dan terkejut. Kelima laki-laki itu pun melongo melihat aksi Jessy begitupun dengan sahabat-sahabat Jessy.
"Jaga mulutmu!"ucap Jessy sambil menyentil bibir Arzetta namun Arzetta tetap diam terpaku dan hanya mengedip-ngedipkan matanya.
"Sekarang kaki gue baru di hadapan lo, tapi kalo lo ngecoblak lagi bisa-bisa kaki gue ngerusak wajah lo."sambung Jessy sambil meninggalkan mereka.
"Gila tuh cewek, ko kakinya bisa puter-puter terus ngelayang gitu, ya?"ujar Vano heran.
"Heh, Elios tadi lo liat apa? Kagak liat apa-apanya si Jessy kan?"tanya Erik dengan otak mesumnya.
"Lu ya, ihh!"jawab Elios sambil menyentil dahi Erik.
Kebahagiaan di dunia ini bagaikan pelangi yang melingkar dengan indahnya di langit biru sana namun seketika ia menghilang. Ya, tidak kekal. Sungguh dunia ini begitu fana dan tempat persinggahan sementara.• • •"Beruntung banget lo, Zell bisa ketemu si Vano."tutur Jessy sambil mengerjakan tugas.Hari ini Bu Vasya sebagai guru pelajaran B.Indonesia sedang ada rapat jadi beliau meninggalkan tugas untuk murid-muridnya."Ketemu dimana? Kapan?"tanya Zella sambil menoleh ke arah Jessy yang satu bangku dengannya. Ternyata Zella lupa dengan pertemuannya bersama Vano saat itu."Waktu lo ngajar Ava."jawab Jessy. Zella pun mengingat dan langsung meringis malu."Iya, beruntung banget lo, Zella."timpal Nayfira yang ada di depan Jessy dan Zella."Nimbrung aja lo!"ketus Jessy. Nayfira langsung mengerucutkan bibirnya.
Orang yang mencintaimu karena sesuatu yang dimilikimupercayalah, ia akan pergi setelah sesuatu itu hilang darimu• • •Sepulang sekolah Nayfira dan sahabat-sahabatnya seperti biasa berjalan kaki menuju halte. Namun tetap saja ada rintangan padahal mereka tak sedang berbuat apa-apa. Hanya dengan berjalan saja gangguan demi gangguan datang."Ladies Brave!"teriak seorang lelaki yang membuat kelima wanita itu menghentikan langkahnya.Mereka berbalik dan terdapat Gibran bersama sahabat-sahabatnya yang sedang mengendarai motor ninjanya dan segera turun menghampiri mereka. Tapi tak seperti biasanya Belva, Arzetta, dan Ava yang selalu ikut namun kali ini mereka tak ada. Ya, hanya lima laki-laki itu saja."Ada Gibran, ada Gibran."bisik Nayfira sedikit salah tingkah sambil menepuk-nepuk bahu Zella."Sakit, Nay!" Z
Berubahlah sebelum dunia merubahmuBerubahlah jika memang kau cinta pada dirimudan berubahlah sebelum Sang Maha Kuasa murka padamu• • •"Jangan di main-mainin mienya , Jess."tutur Nayfira. Jessy tak merespon. Ia tetap saja dengan perbuatannya.Saat itu tepat jam istirahat tiba. Jessy dan sahabat-sahabatnya sedang berada di kantin untuk menyantap makan siang. Suasana di kantin yang hikuk nan pikuk membuat para penjual kewalahan namun untung saja kelima wanita itu datang terlebih dahulu dan otomatis tidak ikut antri untum membeli makan."Lahh, itu bibir manyun gitu kenapa?"tanya Zella sambil menyentil bibir Jessy."Ihh, sakit tau!"seru Jessy sambil menghempaskan tangan Zella yang langsung terasa kesakitan."Atlit taekwondo ko di sentil aja sakit."ketus Zella kesal."Lo kenap
Kejarlah walau ia terus berlariTeruslah memupuk rindu walau ia sudah benci padamuSimpanlah terus rasa itu walau ia sudah tak peduli padamudan rasakanlah bagaimana akhirnya.Menyakitkan bukan?• • •"Kak, Zella!"sahut Ava pada Zella yang sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di kursi dekat halaman sekolah. Tepat saat itu jam masuk kelas adalah dua puluh menit lagi jadi para siswi bisa merasakan udara segar sebelum menerima pelajaran. Ava pun menghampiri mereka ketika dibalas dengan lambaian tangan oleh Zella."Ada apa, Va?"tanya Zella setelah Ava telah berada di tengah-tengah kelima wanita pemberani itu."Kak Vano sama temen-temenya udah kesini belum?"tanya Ava yang membuat Zella dan sahabat-sahabatnya langsung menoleh."Ngapain mereka kesini?"tanya Zella dengan sifat dinginny
Berhentilah menancapkan duri di hatiku yang membuatku sulit untuk mencabutnya hingga rasanya begitu sesak.Apa kau tidak bosan? Mungkin iya kau bosan karena aku kini berada di hidupmu yang kau anggap sebagai kabut yang mengahalangi indera penglihatanmu• • • Pagi itu adalah pagi yang begitu dinantikan oleh seluruh siswa dan siswi. Mentari yang indah pun menyambut baik, dibuktikan hari ini begitu cerah. Udara segar yang dihirup seluruh insan pun terasa menenangkan. Seluruh siswa tengah berkumpul bersama barang bawaannya, berbincang-bincang bersama kawan-kawannya. Senyum mereka mulai merekah dan rasa tak sabar mulai bergelora. Bagaimana tidak. Acara yang akan mereka lewati ini adalah acara untuk pertama kalinya dibawah panitia yang dipandang oleh semua orang. Terlihat pula Zella beserta sahabat-sahabatnya yang tengah asyik berbincang tentang Vano yang tiba-tib
Semua orang berhak bahagiaNamun tak semua orang tahu apa arti kebahagiaan yang sebenarnya• • •"Kak, maafin Kak Vano ya."tutur Ava sambil menyentuh pundak Zella."Udah gak usah di bahas, Va."uluran senyum Zella tampilkan karena merasa tak enak pada Ava.Sambil membawa gitar kesayangannya, Gibran berjalan menuju kursi Nayfira. Ia berencana akan membawa cemilan yang ada di tas Nayfira. Wanita itu pun tersenyum dan tingkahnya mulai aneh."Nih."ucap Nayfira semangat sambil tersenyum. Gibran pun ikut tersenyum.Sepanjang perjalanan Gibran bernyanyi dan sesisi bus pun ikut mengiringinya sambil bernyanyi bersama. Semua bertepuk tangan mengikuti irama lagu yang dibawakan Gibran. Zella pun yang sebelumnya tak ingin senyum namun kini bibirnya mulai melukiskan senyuman karena nyatanya pun ia hapal lagu apa yang dibawakan G
Bukan kau yang sulit untuk melupakannya. Melainkan karena kau yang mengundangnya untuk selalu mengiang di pikiranmu. Jadi, jangan salahkan keadaan apalagi menyalahkannya. Namun intropeksi dirilah!• • •"Itu temen loe kan?"tanya Elios sambil duduk di hamparan rumput. Aleysia hanya mengangguk sambil membenarkan kompor yang telah ditompangi sebuah wajan.Saat itu mereka berdua sedang mempersiapkan makanan untuk makan siang. Elios bertugas di dapur kecil yang tepatnya di belakang tenda. Karena merasa kasian, Aleysia pun membantu lelaki dingin itu."Oh iya, Ley. Chelsea nanyain lo. Masih inget kan lo?"tanya Elios sambil memandangi Aleysia yang sedang sibuk dengan kegiatannya.Karena mendegar nama Chelsea , Aleysia langsung duduk menghampiri Elios. "Masih inget donk, gue kangen sama dia, Yos.". Elios hanya menyunggingkan senyum smirknya.
Jangan merasa menjadi orang baik jika sifatmu saja buruk pada orang lainJangan merasa menjadi orang baik jika berbuat baik pun tidak bisaDunia bukan milikmu seorang yang bisa kau gunakan sesuka hatimu. Maaf, dunia tak semiris itu!----Setelah insiden yang terjadi pada Zella, kini Vano lebih sering terdiam. Mungkin rasa bersalah masih melekat pada diri lelaki berkaki hantu itu. Gibran yang sudah tahu semua masalahnya mencoba menutupi aib Vano. Bagaimana pun Vano adalah sahabatnya."Lo tau gak sih, Van. Tadi tuh ya Zella keadaannya miris banget. Kayaknya takut banget sama kegelapan."perkataan Eric yang membuat Vano langsung menoleh. Wajah Vano pun seketika cemas sedangkan Gibran yang berada di samping Vano langsung mendelikkan matanya.Vano terdiam. "Tapi dia sekarang baik-baik aja, kan?""Baik
Tuhan, terimakasih karena Engkau telah mengirimkan sosok yang begitu berarti di hidupku. Tanpa izin-Mu karena menakdirkan mereka untukku maka aku bukanlah siapa-siapa di dunia ini-Ladies Brave-_______"Wahh, hebat ya lo jadi juara!" sahut Zella sambil menepuk bahu Jessy.Jessy langsung berdecak dan merasa bangga. "Biasa itu mah." katanya sambil menggibaskan tangannya."Dih, sombongnya." timpal Nayfira."Kalian berlima pergi aja. Main atau apa gitu sekalian memorian." kata Julian pada kelima wanita itu.
Semua butuh pengorbanan. Sama halnya seperti ulat yang harus rela berkorban menjadi hewan yang menjijikan sebelum menjadi hewan indah yaitu kupu-kupu.♥♥..Happy readingSetelah berbincang cukup lama di restoran Nayfira, akhirnya Zella dan Julian kembali pulang. Namun entah mengapa Nayfira ingin ikut bersama Zella."Lo beneran mau ke rumah gue? Takutnya lo cape." kata Zella mematiskan karena dari pagi tadi restoran ini penuh dengan pengunjung."Gak apa-apa, Zell. Lagian aku juga pengen ketemu sama Ayah lo."jawab Nayfira. "Gak apa-apa kan, Laden?" tanya Nayfira pada Laden yang berada di sampi
Kita bukan hanya sekedar sahabat. Namun sebuah keluarga kecil yang melebihi dari sahabat🌼🌼..."Kabar kamu gimana? Baik kan?"tanya wanita di seberang telepon sana.Calista masih terdiam dan memandang Vernan tak percaya. Suara gemetar dari wanita yang sedang bertanya padanya sungguh membuatnya menguraikan air mata."Aleysia." ucap Calista akhirnya.Seketika Calista menangis. Begitu pun dengan Aleysia. Suara isak mulai tangis terdengar."Aku dapet nomor kamu dari Pak Fey. Katanya kamu nyariin aku." kata Aleysia.&nb
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Mencintai sahabat seperti kalian adalah keberuntuganDan memilikinya adalah takdir yang tidak dapat diganggu gugat👑👑Hari Sabtu tepat pukul delapan malam. Di satu hari yang sama dan dengan perasaan yang sama antara kelima sahabat itu. Itulah sahabat sejati.⏬Seorang wanita tengah menatap keadaan kota New York yang indah di malam hari sebari menghirup udara yang segar itu melalui jendela apartemennya.Sesekali ia tersenyum dan merasakan rindu dengan negara kelahirannya yaitu Indonesia. Ia tak menyangka bisa menapakan kakinya di negera orang lain ini.
Terkadang seseorang ingin dihargai.Bukan dipuji.🌱🌱...Suasana kelas begitu hening karena ujian harian sedang dilaksanakan. Tak ada seorang pun yang berani menengok ke kanan, kiri, atau pun ke belakang untuk menyontek.Setelah satu jam mereka mengerjakan ulangan kimia itu, akhirnya mereka bisa bernapas lega karena bisa terbebas dari pelajaran yang bisa disangkut pautkan dengan apapun itu.Pelajaran kimia menurut mereka s
Pertemuan denganmu adalah sejarah. Ya, sejarah. Sesuatu yang tidak bisa terulang kembali. 🌿🌿"Zella!" teriak Jessy hingga membuat Zella terkejut bahkan hampir membuat Zella jatuh dari tangga."Ngagetin gue aja lu!" ketus Zella sambil menuruni tangga.Hari ini dirinya sedang sibuk mempersiapkan acara festival yang diadakan oleh dua sekolah yaitu sekolah Zella dan sekolah Gibran.Pihak sekolah memang sengaja mengadakan acara ini agar bertujuan mempererat hubungan persaudaraan dari kedua sekolah itu."Ohh, festival ini yang dimaksud Kak Eric?" tanya Calista sambil memperhatikan hiasan-hiasan yang Zella gantung tadi."Baru tau, lo? Kemana aja?" timpal Nayfira. Calista hanya terdiam."Lo jadi paniti
2017...Dapatkah kau kembali menghampiriku tuk sejenak saja? Agar aku bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu lagi☝~Curahan Author~Vano kembali lagi ke markas setelah mematiskan kelima wanita itu pergi. Setelah tiba di markas Vano melihat suasana yang sudah tak beraturan."Pikiran lo dimana? Lo gak mikir kalau Nayfira punya trauma sama kucing? Seharusnya lo gak ngelakuin ini Gibran!" teriak Gavin tepat di wajah Gibran. Tangan Gavin sudah mencengkram kerah baju Gibran.Mereka saling bertatatp tajam. Gibran langsung mendorong Gavin hingga Gavin hampir saja terjatuh. Eric dan Elios yang berada di sekeliling mereka langsung melerai.&nbs