Orang yang mencintaimu karena sesuatu yang dimilikimu
percayalah, ia akan pergi setelah sesuatu itu hilang darimu• • •"Ladies Brave!"teriak seorang lelaki yang membuat kelima wanita itu menghentikan langkahnya.
Mereka berbalik dan terdapat Gibran bersama sahabat-sahabatnya yang sedang mengendarai motor ninjanya dan segera turun menghampiri mereka. Tapi tak seperti biasanya Belva, Arzetta, dan Ava yang selalu ikut namun kali ini mereka tak ada. Ya, hanya lima laki-laki itu saja.
"Ada Gibran, ada Gibran."bisik Nayfira sedikit salah tingkah sambil menepuk-nepuk bahu Zella.
"Sakit, Nay!" Z
Berubahlah sebelum dunia merubahmuBerubahlah jika memang kau cinta pada dirimudan berubahlah sebelum Sang Maha Kuasa murka padamu• • •"Jangan di main-mainin mienya , Jess."tutur Nayfira. Jessy tak merespon. Ia tetap saja dengan perbuatannya.Saat itu tepat jam istirahat tiba. Jessy dan sahabat-sahabatnya sedang berada di kantin untuk menyantap makan siang. Suasana di kantin yang hikuk nan pikuk membuat para penjual kewalahan namun untung saja kelima wanita itu datang terlebih dahulu dan otomatis tidak ikut antri untum membeli makan."Lahh, itu bibir manyun gitu kenapa?"tanya Zella sambil menyentil bibir Jessy."Ihh, sakit tau!"seru Jessy sambil menghempaskan tangan Zella yang langsung terasa kesakitan."Atlit taekwondo ko di sentil aja sakit."ketus Zella kesal."Lo kenap
Kejarlah walau ia terus berlariTeruslah memupuk rindu walau ia sudah benci padamuSimpanlah terus rasa itu walau ia sudah tak peduli padamudan rasakanlah bagaimana akhirnya.Menyakitkan bukan?• • •"Kak, Zella!"sahut Ava pada Zella yang sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di kursi dekat halaman sekolah. Tepat saat itu jam masuk kelas adalah dua puluh menit lagi jadi para siswi bisa merasakan udara segar sebelum menerima pelajaran. Ava pun menghampiri mereka ketika dibalas dengan lambaian tangan oleh Zella."Ada apa, Va?"tanya Zella setelah Ava telah berada di tengah-tengah kelima wanita pemberani itu."Kak Vano sama temen-temenya udah kesini belum?"tanya Ava yang membuat Zella dan sahabat-sahabatnya langsung menoleh."Ngapain mereka kesini?"tanya Zella dengan sifat dinginny
Berhentilah menancapkan duri di hatiku yang membuatku sulit untuk mencabutnya hingga rasanya begitu sesak.Apa kau tidak bosan? Mungkin iya kau bosan karena aku kini berada di hidupmu yang kau anggap sebagai kabut yang mengahalangi indera penglihatanmu• • • Pagi itu adalah pagi yang begitu dinantikan oleh seluruh siswa dan siswi. Mentari yang indah pun menyambut baik, dibuktikan hari ini begitu cerah. Udara segar yang dihirup seluruh insan pun terasa menenangkan. Seluruh siswa tengah berkumpul bersama barang bawaannya, berbincang-bincang bersama kawan-kawannya. Senyum mereka mulai merekah dan rasa tak sabar mulai bergelora. Bagaimana tidak. Acara yang akan mereka lewati ini adalah acara untuk pertama kalinya dibawah panitia yang dipandang oleh semua orang. Terlihat pula Zella beserta sahabat-sahabatnya yang tengah asyik berbincang tentang Vano yang tiba-tib
Semua orang berhak bahagiaNamun tak semua orang tahu apa arti kebahagiaan yang sebenarnya• • •"Kak, maafin Kak Vano ya."tutur Ava sambil menyentuh pundak Zella."Udah gak usah di bahas, Va."uluran senyum Zella tampilkan karena merasa tak enak pada Ava.Sambil membawa gitar kesayangannya, Gibran berjalan menuju kursi Nayfira. Ia berencana akan membawa cemilan yang ada di tas Nayfira. Wanita itu pun tersenyum dan tingkahnya mulai aneh."Nih."ucap Nayfira semangat sambil tersenyum. Gibran pun ikut tersenyum.Sepanjang perjalanan Gibran bernyanyi dan sesisi bus pun ikut mengiringinya sambil bernyanyi bersama. Semua bertepuk tangan mengikuti irama lagu yang dibawakan Gibran. Zella pun yang sebelumnya tak ingin senyum namun kini bibirnya mulai melukiskan senyuman karena nyatanya pun ia hapal lagu apa yang dibawakan G
Bukan kau yang sulit untuk melupakannya. Melainkan karena kau yang mengundangnya untuk selalu mengiang di pikiranmu. Jadi, jangan salahkan keadaan apalagi menyalahkannya. Namun intropeksi dirilah!• • •"Itu temen loe kan?"tanya Elios sambil duduk di hamparan rumput. Aleysia hanya mengangguk sambil membenarkan kompor yang telah ditompangi sebuah wajan.Saat itu mereka berdua sedang mempersiapkan makanan untuk makan siang. Elios bertugas di dapur kecil yang tepatnya di belakang tenda. Karena merasa kasian, Aleysia pun membantu lelaki dingin itu."Oh iya, Ley. Chelsea nanyain lo. Masih inget kan lo?"tanya Elios sambil memandangi Aleysia yang sedang sibuk dengan kegiatannya.Karena mendegar nama Chelsea , Aleysia langsung duduk menghampiri Elios. "Masih inget donk, gue kangen sama dia, Yos.". Elios hanya menyunggingkan senyum smirknya.
Jangan merasa menjadi orang baik jika sifatmu saja buruk pada orang lainJangan merasa menjadi orang baik jika berbuat baik pun tidak bisaDunia bukan milikmu seorang yang bisa kau gunakan sesuka hatimu. Maaf, dunia tak semiris itu!----Setelah insiden yang terjadi pada Zella, kini Vano lebih sering terdiam. Mungkin rasa bersalah masih melekat pada diri lelaki berkaki hantu itu. Gibran yang sudah tahu semua masalahnya mencoba menutupi aib Vano. Bagaimana pun Vano adalah sahabatnya."Lo tau gak sih, Van. Tadi tuh ya Zella keadaannya miris banget. Kayaknya takut banget sama kegelapan."perkataan Eric yang membuat Vano langsung menoleh. Wajah Vano pun seketika cemas sedangkan Gibran yang berada di samping Vano langsung mendelikkan matanya.Vano terdiam. "Tapi dia sekarang baik-baik aja, kan?""Baik
Tetaplah berbuat baik sekalipun orang lain membecimu.Karena Tuhan menyukai kebaikan dan kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.° ° °Hari ini adalah hari kedua mereka berkemah dan ini adalah waktunya untuk pulang. Semua berkumpul untuk masuk ke bus masing-masing. Selama di perjalanan mereka menghabiskan waktunya untuk terlelap karena begitu kelelahan.Terlihat pula Ladies Brave yang sudah mulai memejamkan matanya. Namun saat akan memejamkan mata, Zella bertatap wajah dengan mata Vano. Seketika mereka langsung membuang muka. Setelah kejadian Zella yang ditolong Vano tak tahu kenapa Zella semakin jutek pada Vano seakan-akan Zella membenci Vano."Nay, ntar ke rumah gue ya."tutur Gibran sambil menghampiri Nayfira.Nayfira menghembuskan nafasnya kasar. Ia merasa terganggu karena Gibran telah menganggu mimpinya. "Ish, ngapain? Gue cape, Gi
Manusia harus lebih kuat dari hujan yang berjatuhan serta memberi manfaat. Ingatlah, kau tidak sendiri. Masih banyak orang yang bisa membuatmu kuat dan bangkit.• • •Seorang wanita berdiri di depan gerbang. Ia terus saja memperhatikan arlojinya yang dimana detik jarumnya terus berputar. Terkadang pun ia memperhatikan jalanan yang mungkin saja lelaki yang akan ia tunggu segera datang. Sudah kurang lebih lima belas menit ia menunggu kedatangan lelaki itu namun tak kunjung datang juga.Di tempat lain seorang lelaki memperhatikan tingkah wanita itu. Lelaki itu tersenyum dan berniat untuk menghampiri wanita itu. Dengan langkah semangat akhirnya lelaki itu pun menghampiri wanita bertubuh model itu."Nunggu siapa?"tanya lelaki itu.Wanita itu menoleh saat suara lelaki terdengar tepat di samping telinganya. "Seseorang."jawabnya
Tuhan, terimakasih karena Engkau telah mengirimkan sosok yang begitu berarti di hidupku. Tanpa izin-Mu karena menakdirkan mereka untukku maka aku bukanlah siapa-siapa di dunia ini-Ladies Brave-_______"Wahh, hebat ya lo jadi juara!" sahut Zella sambil menepuk bahu Jessy.Jessy langsung berdecak dan merasa bangga. "Biasa itu mah." katanya sambil menggibaskan tangannya."Dih, sombongnya." timpal Nayfira."Kalian berlima pergi aja. Main atau apa gitu sekalian memorian." kata Julian pada kelima wanita itu.
Semua butuh pengorbanan. Sama halnya seperti ulat yang harus rela berkorban menjadi hewan yang menjijikan sebelum menjadi hewan indah yaitu kupu-kupu.♥♥..Happy readingSetelah berbincang cukup lama di restoran Nayfira, akhirnya Zella dan Julian kembali pulang. Namun entah mengapa Nayfira ingin ikut bersama Zella."Lo beneran mau ke rumah gue? Takutnya lo cape." kata Zella mematiskan karena dari pagi tadi restoran ini penuh dengan pengunjung."Gak apa-apa, Zell. Lagian aku juga pengen ketemu sama Ayah lo."jawab Nayfira. "Gak apa-apa kan, Laden?" tanya Nayfira pada Laden yang berada di sampi
Kita bukan hanya sekedar sahabat. Namun sebuah keluarga kecil yang melebihi dari sahabat🌼🌼..."Kabar kamu gimana? Baik kan?"tanya wanita di seberang telepon sana.Calista masih terdiam dan memandang Vernan tak percaya. Suara gemetar dari wanita yang sedang bertanya padanya sungguh membuatnya menguraikan air mata."Aleysia." ucap Calista akhirnya.Seketika Calista menangis. Begitu pun dengan Aleysia. Suara isak mulai tangis terdengar."Aku dapet nomor kamu dari Pak Fey. Katanya kamu nyariin aku." kata Aleysia.&nb
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Mencintai sahabat seperti kalian adalah keberuntuganDan memilikinya adalah takdir yang tidak dapat diganggu gugat👑👑Hari Sabtu tepat pukul delapan malam. Di satu hari yang sama dan dengan perasaan yang sama antara kelima sahabat itu. Itulah sahabat sejati.⏬Seorang wanita tengah menatap keadaan kota New York yang indah di malam hari sebari menghirup udara yang segar itu melalui jendela apartemennya.Sesekali ia tersenyum dan merasakan rindu dengan negara kelahirannya yaitu Indonesia. Ia tak menyangka bisa menapakan kakinya di negera orang lain ini.
Terkadang seseorang ingin dihargai.Bukan dipuji.🌱🌱...Suasana kelas begitu hening karena ujian harian sedang dilaksanakan. Tak ada seorang pun yang berani menengok ke kanan, kiri, atau pun ke belakang untuk menyontek.Setelah satu jam mereka mengerjakan ulangan kimia itu, akhirnya mereka bisa bernapas lega karena bisa terbebas dari pelajaran yang bisa disangkut pautkan dengan apapun itu.Pelajaran kimia menurut mereka s
Pertemuan denganmu adalah sejarah. Ya, sejarah. Sesuatu yang tidak bisa terulang kembali. 🌿🌿"Zella!" teriak Jessy hingga membuat Zella terkejut bahkan hampir membuat Zella jatuh dari tangga."Ngagetin gue aja lu!" ketus Zella sambil menuruni tangga.Hari ini dirinya sedang sibuk mempersiapkan acara festival yang diadakan oleh dua sekolah yaitu sekolah Zella dan sekolah Gibran.Pihak sekolah memang sengaja mengadakan acara ini agar bertujuan mempererat hubungan persaudaraan dari kedua sekolah itu."Ohh, festival ini yang dimaksud Kak Eric?" tanya Calista sambil memperhatikan hiasan-hiasan yang Zella gantung tadi."Baru tau, lo? Kemana aja?" timpal Nayfira. Calista hanya terdiam."Lo jadi paniti
2017...Dapatkah kau kembali menghampiriku tuk sejenak saja? Agar aku bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu lagi☝~Curahan Author~Vano kembali lagi ke markas setelah mematiskan kelima wanita itu pergi. Setelah tiba di markas Vano melihat suasana yang sudah tak beraturan."Pikiran lo dimana? Lo gak mikir kalau Nayfira punya trauma sama kucing? Seharusnya lo gak ngelakuin ini Gibran!" teriak Gavin tepat di wajah Gibran. Tangan Gavin sudah mencengkram kerah baju Gibran.Mereka saling bertatatp tajam. Gibran langsung mendorong Gavin hingga Gavin hampir saja terjatuh. Eric dan Elios yang berada di sekeliling mereka langsung melerai.&nbs