Jadilah dirimu bagaikan pelangi yang bisa membuat orang tersenyum dan bahagia ketika dirimu hadir..
Begitu pula dengan dirimu, Sahabat. Jadilah sosok yang bisa membuatku mengukir senyuman karena kasih sayangmu.° ° °Zella's
Nayfira dan yang lainnya mengerutkan dahinya. Ketika mereka sedang asyik bermain ludo di handphone milik Calista seketika harus berhenti karena perkataanku. Saat itu kami sedang berada di markas "Ladies Brave", nama persahabatan kita hehe.
"Jangan suka lebay gitu ahh!"ujar Calista lalu melanjutkan bermain game yang sedang digandrungi itu.
"Kita emang temenan dari bocah kan? Kalo gak salah dari umur 9 tahun."kata Aleysia yang masih lekat dengan ingatan masa kecil kita.
Aku memang sudah cukup lama menjalin persahabatan dengan mereka. Mungkin bisa dihitung sudah kurang lebih delapan tahun dan beberapa bulan kedepan lagi tepatnya 6 Juni adalah ke delapan tahunnya kami bersama.
Sebenarnya jika waktu itu tak terlalu di permasalahkan, namun saja ada rasa haru dan bangga jika aku mempunyai ikatan persahabatan yang cukup lama.
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari mereka lalu melanjutkan membaca buku yang sedari tadi aku baca. Buku itu berjudul "Munafik". Ya, buku yang aku pun heran mengapa aku harus membaca buku itu. Namun buku itu berisi tentang dampak dari sifat munafik, apa itu munafik dan sebagainya.
"Baca buku apaan lo, Zell? Munafik? Kagak biasanya baca buku beginian? "tanya Jessy mengejutkanku karena langsung meraih buku itu dan membulak-balikan buku itu.
"Biasanya lo baca tentang psikologi, menulis, atau gak novel. Pindah profesi lo?"tanya Aleysia.
"Ihh gak apa-apa ya , Zell. Mudah-mudahan gak ada yang munafik disini!"timpal Nayfira sambil tertawa terbahak-bahak.
"Apaan sih lo. Ya gak akanlah. Amit-amit dah kalo ada."ujarku sambil menepuk bahunya.
Di sela-sela kami tertawa, handphone Jessy berdering menandakan ada notifikasi line yang masuk. "Nih, nih bukunya, handphone gue nyala nih."kata Jessy sambil melemparkan bukuku itu pada pahaku hingga membuatku terperanjat kaget. Aku hanya bisa mendengus kesal.
"Yaahh, kirain gue apaan."ucap Jessy lemas.
"Ternyata apa?"tanya Nayfira.
"Jarkom dari kakak kelas kalo besok ada lomba debat."jawab Jessy sambil melemparkan handphonenya ke arah Nayfira.
Aku, Aleysia, Nayfira, dan Calista langsung meraih handphone itu dan ingin membaca isi dari line itu.
"Perasaan ada lomba mulu."ujar Aleysia heran.
"MOS kan mau udahan, mungkin ini sebagai hiburan aja."tutur Calista.
"Yang mau debatnya siapa?"tanyaku.
"Ya lo lah, Zell."jawab Nayfira dengan semangat.
"Iya kalo lo kan sekalinya ngomong itu cccuuttucuutttuutt.."kata Aleysia mempraktikan caraku berbicara hingga bibirnya mengerucut. Ternyata aku begitu ya jika berbicara. Kami pun tertawa bersama.
° ° °Author's"Yaa elah, lawan si bibir terompet?"ujar Jessy kesal.
"Bibir terompet siapa, Jess?"tanya Zella bingung.
"Ya si Belva sama si Arzetta lah."
Kini giliran Zella dan Jessy yang berjuang karena berhubung satu regu harus dua orang.
Sahabat-sahabat Zella memberi dukungan di lantai atas dengan yel-yel andalannya.Sudah 20 menit kemudian perlombaan berlangsung. Zella dan Jessy yang berada di posisi kontra merasa beruntung karena jika di posisi itu kemungkinan memenangkan perlombaan ini sangat besar.
Tampak wajah Belva yang sudah tak karuan karena poin mereka berbeda 10 poin dengan tim Zella. Hati Belva semakin panas apalagi ketika supporter tim Zella selalu memberi sorak dan semangat.
"Pak, saya mau tanya. Gimana kalau ada anak kampung di sekolah ini?"tanya Arzetta tiba-tiba hingga membuat suasana menjadi hening. Begitupun dengan Belva yang mengerutkan dahinya.
Pak Tono yang sebagai pemandu debat pun keheranan karena apa yang ditanyakan Arzetta sungguh diliar tema.
"Maksudnya?"tanya Pak Tono.
"Ya, anak kampung yang bisa ngerusak reputasi sekolah ini kayak lawan kita ini, nih!"jawab Arzetta sambil memandang sinisn Zella dan Jessy.
"Waahh, parah nih orang. Kayaknya dia pengen tau pukulan taekwondo gue."ujar Jessy lirih sambil mengepal-ngepal tangannya.
"Jess, Jess calm down! Acuhin mereka ajaa."Zella mencoba untuk menenangkan Jessy.
"Calm down, calm down. Itu mah lagu."
Zella hanya meringis malu karena benar dia selalu mengibaratkan lagu "Calm down" yang dibawa oleh salah satu boyband Korea yang mereka sukai bila dirinya dan sahabat-sahabatnya sedang rusuh.sukai
"Lo diem aja. Ntar juga ada keajaiban. Percaya dehh sama gue." Jessy langsung mengangkat alisnya menandakan heran.
"Apaan sih lo?"tanya Jessy heran. Zella hanya tersenyum tipis.
"Pak, jawab dong! Gimana kalo ada siswi yang bisa ngerusak sekolah ini? Secara sekolah ini kan levelnya tinggi?"tanya Arzetta.
"Iya Pak gimana? Kalo saran saya sih keluarin aja!"teriak siswi yang berada di lantai dua seoalah-olah dia sudah menjadi budak oleh Arzetta karena berpihak pada Arzetta. Seketika suasana menjadi gaduh dan panas karena teriakan dari siswi-siswi.
Aleysia dan sahabat-sahabatnya yang menjadi pendukung mencoba untuk tenang karena pasalnya mereka tahu bagaimana sifat Arzetta dan Belva.
Arzetta dan Belva tersenyum puas melihat Zella dan Jessy yang terlihat tenang-tenang saja.
"Pak! Jawab donk!"seru Belva sambil menepuk meja yang ada di hadapannya yang membuat semua orang terkejut begitu pun dengan Pak Tono. Suasana pun seketika berubah menjadi hening.
"Belva! Tidak sopan sekali kamu. Pertanyaan kamu itu diluar tema. Saya diskualifikasi kamu karena melanggar peraturan!"bentak Pak Tono. Ia memutuskan tanpa berunding dengan panitia-panitia lain karena ia sendiri pun sudah kesal dengan tingkah Arzetra dan Belva yang diluar batas karena menurut Pak Tono sendiri ini adalah sebuah lomba perdebatan bukan penghinaan untuk suatu pihak.
"Kalo didiskualifikasi berarti tim Zella menang donk, Pak?"teriak Nayfira dari kejauhan sana.
"Ssipp betul."jawab Pak Tono sambil mengacungkan jempol kananya.
Nayfira dan sahabat-sahabatnya langsung berteriak karena akhirnya Zella dan Jessy memenangkan perdebatan ini. Mereka senang apalagi Arzetta dan Belva kalah.
"Ini maksudnya, Zell kenapa kita harus diem?"tanya Jessy. Zella hanya mengangguk-angguk senang.
Terkadang diam seribu bahasa itu lebih baik daripada kau melontarkan perkataan dengan berjuta kata tapi dapat menyakiti hati orang lain dan kau harus tahu, suatu saat pun kau akan termakan ucapanmu sendiri.
"Coba-coba liat pialanya. Waahh, selamat ya kalian."kata Aleysia sambil memperhatikan piala yang telah diraih oleh Zella dan Jessy atas kemenangan mereka.
Saat mereka sedang asyik-asyik tertawa dan menikmati kemenangan Zella dan Jessy tiba-tiba Arzetta dan Belva serra lima laki-laki di tengah-tengahnya berdiri menghalangi jalannya Zella dan sahabat-sahabatnya.
"Ccckk! Apa sih maksudnya ini? Si bibir terompet itu maunya apa dari kita?"tanya Zella lirih.
"Laki-laki itu juga siapa? Ko natap kita sinis gitu?"Nayfira ikut berkomentar. "Tapi ada yang gantengnya juga tuh!"
"Eeeuuhh!"satu jitakan dari Aleysia melayang ke atas kepala Nayfira.
Saat Zella dan sahabat-sahabatnya akan melangkah, tiba-tiba segerombolan wanita mengerubungi kelima laki-laki itu hingga membuat Zella dan sahabat-sahabatnya ikut dalam gerombolan itu. Rasa sesak mulai terasa karena segorombolan wanita itu mulai memenuhi kelima laki-laki itu.
Namun setelah beberapa menit akhirnya Zella dan sahabat-sahabatnya bisa keluar dari keramaian itu yang telah merenggutnya.
"Ihh kesel gueee. Apa sih rame banget?"kesal Calista.
Ternyata wanita-wanita itu meneriaki kelima laki-laki itu dan ingin berfoto bersama.
"Emangnya laki-laki itu siapa, ya? Heran gue."tanya Aleysia.
"Arzetta sama Belva juga bareng sama lima cowo itu. Temen-temennya gitu?"tanya Jessy.
"Kayaknya sih mereka itu cowo populer gara-gara ketampananya."timpal Zella.
Lima laki-laki itu memang mempunyai pesona yang berbeda. Mulai dari berdiri saja sudah menampakan ketertarikan. Parasnya yang memukai, badan-badannya yang atletis dan mata-mata yang bisa menghinoptis siapa saja termasuk para wanita. Jadi, pantas saja bila mereka selalu dikerubuni wanita-wanita.
Buatlah aku bahagiaWalau itu dengan cara yang sederhana• • •Nayfira'sDua pekan berlalu. Aku bersama sahabat-sahabatku merasa betah bersekolah disini yaaa walaupun ada beberapa kendala yang tak lain dan tak bukan berasal dari Belva and Arzetta.Mereka selalu mengusili aku dan sahabat-sahabatku walau akhirnya Belva dan Arzetta terkalahkan karena strategiku dan sahabat-sahabatku. Namun tetap saja merekea bertahan, sepertinya tak ada kata "Jera" dalam diri mereka.Hari ini kami pulang lebih awal karena memang setiap hari Jum'at adalah bonus untuk para siswi. Biasanya kami pulang jam 14.00 namun setiap hari Jum'at, pukul 10.30 kami sudah bisa pulang. "Biar kalian refreshing sejenak dari suntuknya hari-hari yang telah kalian lewati". Kata Bapak sekolah kami sih gitu."Kalian, tumben ya si Belva sama
Daun gugur tak membuat pohonya gugur. Begitupun denganku, orang lain berkata tentangmu tak membuat rasa cintaku menghilang kepadamu.• • •Bel istirahat berbunyi...Zella dan sahabat-sahabatnya lebih memilih menghabiskan waktu istarahat dengan makan siang di kelas. Selain dengan sahabat-sahabatnya, teman-teman Zella yang lainnya pun ikut melengkapi kebersamaan makan siang.Beberapa saat, seorang lelaki paruh baya mengetuk pintu kelas Zella. Seketika semuanya menghentikan aktivitas makan siangnya."Permisi, maaf adek-adek mengganggu kalian. Saya mau nanya, ada yang namanya Zella?"tanya lelaki itu.Semuanya melirik ke arah Zella."Gue? Ko gue?"bisik Zella pada teman-temanya."Samperin dulu aja, Zell. Siapa tau penting."tutur Calista yang berada di sampingnya. Tanpa basa-ba
Kebahagiaan di dunia ini bagaikan pelangi yang melingkar dengan indahnya di langit biru sana namun seketika ia menghilang. Ya, tidak kekal. Sungguh dunia ini begitu fana dan tempat persinggahan sementara.• • •"Beruntung banget lo, Zell bisa ketemu si Vano."tutur Jessy sambil mengerjakan tugas.Hari ini Bu Vasya sebagai guru pelajaran B.Indonesia sedang ada rapat jadi beliau meninggalkan tugas untuk murid-muridnya."Ketemu dimana? Kapan?"tanya Zella sambil menoleh ke arah Jessy yang satu bangku dengannya. Ternyata Zella lupa dengan pertemuannya bersama Vano saat itu."Waktu lo ngajar Ava."jawab Jessy. Zella pun mengingat dan langsung meringis malu."Iya, beruntung banget lo, Zella."timpal Nayfira yang ada di depan Jessy dan Zella."Nimbrung aja lo!"ketus Jessy. Nayfira langsung mengerucutkan bibirnya.
Orang yang mencintaimu karena sesuatu yang dimilikimupercayalah, ia akan pergi setelah sesuatu itu hilang darimu• • •Sepulang sekolah Nayfira dan sahabat-sahabatnya seperti biasa berjalan kaki menuju halte. Namun tetap saja ada rintangan padahal mereka tak sedang berbuat apa-apa. Hanya dengan berjalan saja gangguan demi gangguan datang."Ladies Brave!"teriak seorang lelaki yang membuat kelima wanita itu menghentikan langkahnya.Mereka berbalik dan terdapat Gibran bersama sahabat-sahabatnya yang sedang mengendarai motor ninjanya dan segera turun menghampiri mereka. Tapi tak seperti biasanya Belva, Arzetta, dan Ava yang selalu ikut namun kali ini mereka tak ada. Ya, hanya lima laki-laki itu saja."Ada Gibran, ada Gibran."bisik Nayfira sedikit salah tingkah sambil menepuk-nepuk bahu Zella."Sakit, Nay!" Z
Berubahlah sebelum dunia merubahmuBerubahlah jika memang kau cinta pada dirimudan berubahlah sebelum Sang Maha Kuasa murka padamu• • •"Jangan di main-mainin mienya , Jess."tutur Nayfira. Jessy tak merespon. Ia tetap saja dengan perbuatannya.Saat itu tepat jam istirahat tiba. Jessy dan sahabat-sahabatnya sedang berada di kantin untuk menyantap makan siang. Suasana di kantin yang hikuk nan pikuk membuat para penjual kewalahan namun untung saja kelima wanita itu datang terlebih dahulu dan otomatis tidak ikut antri untum membeli makan."Lahh, itu bibir manyun gitu kenapa?"tanya Zella sambil menyentil bibir Jessy."Ihh, sakit tau!"seru Jessy sambil menghempaskan tangan Zella yang langsung terasa kesakitan."Atlit taekwondo ko di sentil aja sakit."ketus Zella kesal."Lo kenap
Kejarlah walau ia terus berlariTeruslah memupuk rindu walau ia sudah benci padamuSimpanlah terus rasa itu walau ia sudah tak peduli padamudan rasakanlah bagaimana akhirnya.Menyakitkan bukan?• • •"Kak, Zella!"sahut Ava pada Zella yang sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di kursi dekat halaman sekolah. Tepat saat itu jam masuk kelas adalah dua puluh menit lagi jadi para siswi bisa merasakan udara segar sebelum menerima pelajaran. Ava pun menghampiri mereka ketika dibalas dengan lambaian tangan oleh Zella."Ada apa, Va?"tanya Zella setelah Ava telah berada di tengah-tengah kelima wanita pemberani itu."Kak Vano sama temen-temenya udah kesini belum?"tanya Ava yang membuat Zella dan sahabat-sahabatnya langsung menoleh."Ngapain mereka kesini?"tanya Zella dengan sifat dinginny
Berhentilah menancapkan duri di hatiku yang membuatku sulit untuk mencabutnya hingga rasanya begitu sesak.Apa kau tidak bosan? Mungkin iya kau bosan karena aku kini berada di hidupmu yang kau anggap sebagai kabut yang mengahalangi indera penglihatanmu• • • Pagi itu adalah pagi yang begitu dinantikan oleh seluruh siswa dan siswi. Mentari yang indah pun menyambut baik, dibuktikan hari ini begitu cerah. Udara segar yang dihirup seluruh insan pun terasa menenangkan. Seluruh siswa tengah berkumpul bersama barang bawaannya, berbincang-bincang bersama kawan-kawannya. Senyum mereka mulai merekah dan rasa tak sabar mulai bergelora. Bagaimana tidak. Acara yang akan mereka lewati ini adalah acara untuk pertama kalinya dibawah panitia yang dipandang oleh semua orang. Terlihat pula Zella beserta sahabat-sahabatnya yang tengah asyik berbincang tentang Vano yang tiba-tib
Semua orang berhak bahagiaNamun tak semua orang tahu apa arti kebahagiaan yang sebenarnya• • •"Kak, maafin Kak Vano ya."tutur Ava sambil menyentuh pundak Zella."Udah gak usah di bahas, Va."uluran senyum Zella tampilkan karena merasa tak enak pada Ava.Sambil membawa gitar kesayangannya, Gibran berjalan menuju kursi Nayfira. Ia berencana akan membawa cemilan yang ada di tas Nayfira. Wanita itu pun tersenyum dan tingkahnya mulai aneh."Nih."ucap Nayfira semangat sambil tersenyum. Gibran pun ikut tersenyum.Sepanjang perjalanan Gibran bernyanyi dan sesisi bus pun ikut mengiringinya sambil bernyanyi bersama. Semua bertepuk tangan mengikuti irama lagu yang dibawakan Gibran. Zella pun yang sebelumnya tak ingin senyum namun kini bibirnya mulai melukiskan senyuman karena nyatanya pun ia hapal lagu apa yang dibawakan G
Tuhan, terimakasih karena Engkau telah mengirimkan sosok yang begitu berarti di hidupku. Tanpa izin-Mu karena menakdirkan mereka untukku maka aku bukanlah siapa-siapa di dunia ini-Ladies Brave-_______"Wahh, hebat ya lo jadi juara!" sahut Zella sambil menepuk bahu Jessy.Jessy langsung berdecak dan merasa bangga. "Biasa itu mah." katanya sambil menggibaskan tangannya."Dih, sombongnya." timpal Nayfira."Kalian berlima pergi aja. Main atau apa gitu sekalian memorian." kata Julian pada kelima wanita itu.
Semua butuh pengorbanan. Sama halnya seperti ulat yang harus rela berkorban menjadi hewan yang menjijikan sebelum menjadi hewan indah yaitu kupu-kupu.♥♥..Happy readingSetelah berbincang cukup lama di restoran Nayfira, akhirnya Zella dan Julian kembali pulang. Namun entah mengapa Nayfira ingin ikut bersama Zella."Lo beneran mau ke rumah gue? Takutnya lo cape." kata Zella mematiskan karena dari pagi tadi restoran ini penuh dengan pengunjung."Gak apa-apa, Zell. Lagian aku juga pengen ketemu sama Ayah lo."jawab Nayfira. "Gak apa-apa kan, Laden?" tanya Nayfira pada Laden yang berada di sampi
Kita bukan hanya sekedar sahabat. Namun sebuah keluarga kecil yang melebihi dari sahabat🌼🌼..."Kabar kamu gimana? Baik kan?"tanya wanita di seberang telepon sana.Calista masih terdiam dan memandang Vernan tak percaya. Suara gemetar dari wanita yang sedang bertanya padanya sungguh membuatnya menguraikan air mata."Aleysia." ucap Calista akhirnya.Seketika Calista menangis. Begitu pun dengan Aleysia. Suara isak mulai tangis terdengar."Aku dapet nomor kamu dari Pak Fey. Katanya kamu nyariin aku." kata Aleysia.&nb
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Biarkan aku tetap disini. Walau ditemani dengan kesunyian. 🍃🍃Suara musik menggema di sebuah ruangan dan terlihat melalui pantulan kaca seorang wanita tengah menari.Hobinya menari dari dulu hingga sekarang mengantarkannya menjadi penari profesional dan terkadang ia menjadi pelatih tari untuk beberapa girl band di Korea.Brukk!!Wanita itu berhenti menari saat suara gebrakan pintu kamar mandi terdengar. Ia hanya mengangkat bahunya tak peduli dengan suara itu.Bruukk!! Brrukk!! Brrukk!!Suara gebrakan itu terdengar lagi hingga ketiga kalinya. Awalnya ia mengira itu adalah tikus namun ia merasa heran mengapa gebrakan itu terdengar seakan-akan orang yang meminta tolong.Tubuh wanita itu
Mencintai sahabat seperti kalian adalah keberuntuganDan memilikinya adalah takdir yang tidak dapat diganggu gugat👑👑Hari Sabtu tepat pukul delapan malam. Di satu hari yang sama dan dengan perasaan yang sama antara kelima sahabat itu. Itulah sahabat sejati.⏬Seorang wanita tengah menatap keadaan kota New York yang indah di malam hari sebari menghirup udara yang segar itu melalui jendela apartemennya.Sesekali ia tersenyum dan merasakan rindu dengan negara kelahirannya yaitu Indonesia. Ia tak menyangka bisa menapakan kakinya di negera orang lain ini.
Terkadang seseorang ingin dihargai.Bukan dipuji.🌱🌱...Suasana kelas begitu hening karena ujian harian sedang dilaksanakan. Tak ada seorang pun yang berani menengok ke kanan, kiri, atau pun ke belakang untuk menyontek.Setelah satu jam mereka mengerjakan ulangan kimia itu, akhirnya mereka bisa bernapas lega karena bisa terbebas dari pelajaran yang bisa disangkut pautkan dengan apapun itu.Pelajaran kimia menurut mereka s
Pertemuan denganmu adalah sejarah. Ya, sejarah. Sesuatu yang tidak bisa terulang kembali. 🌿🌿"Zella!" teriak Jessy hingga membuat Zella terkejut bahkan hampir membuat Zella jatuh dari tangga."Ngagetin gue aja lu!" ketus Zella sambil menuruni tangga.Hari ini dirinya sedang sibuk mempersiapkan acara festival yang diadakan oleh dua sekolah yaitu sekolah Zella dan sekolah Gibran.Pihak sekolah memang sengaja mengadakan acara ini agar bertujuan mempererat hubungan persaudaraan dari kedua sekolah itu."Ohh, festival ini yang dimaksud Kak Eric?" tanya Calista sambil memperhatikan hiasan-hiasan yang Zella gantung tadi."Baru tau, lo? Kemana aja?" timpal Nayfira. Calista hanya terdiam."Lo jadi paniti
2017...Dapatkah kau kembali menghampiriku tuk sejenak saja? Agar aku bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu lagi☝~Curahan Author~Vano kembali lagi ke markas setelah mematiskan kelima wanita itu pergi. Setelah tiba di markas Vano melihat suasana yang sudah tak beraturan."Pikiran lo dimana? Lo gak mikir kalau Nayfira punya trauma sama kucing? Seharusnya lo gak ngelakuin ini Gibran!" teriak Gavin tepat di wajah Gibran. Tangan Gavin sudah mencengkram kerah baju Gibran.Mereka saling bertatatp tajam. Gibran langsung mendorong Gavin hingga Gavin hampir saja terjatuh. Eric dan Elios yang berada di sekeliling mereka langsung melerai.&nbs