"Nata, banguuun!" Entah berapa kali teriakan itu menggema hampir kepenjuru komplek tempat tinggal mereka.
"Hmm, hoaaaaaammh, gangguin orang tidur aja hmm." Sambil melanjutkan tidurnya.
"Nata, bangun, dasar kutu buku bukannya kemaren dia bilang ada kuliah pagi dan nggak ada yang boleh telat." Teriak Tita dari luar kamar.
"Apa, dan kakak baru bangunin aku sekarang?" Tiba-tiba Nata langsung duduk mendengar teriakan kakak satu-satunya itu sambil melangkah terbirit-birit ke kamar mandi.
"Dasar kutu buku, kakak tu udah dari sejam yang lalu bangunin kamu, dasar kamunya aja yang nggak bangun-bangun kayak orang pingsan." Teriak Tita dari luar kamar mandi.
Flashback
"Disampaikan kepada seluruh mahasiswa-mahasiswi dalam beberapa dekade ini jadwal kuliah kita ada perubahan, dan berkemungkinan setiap jadwal yang ditentukan tidak ada yang berjalan sesuai dengan konsistensinya, kami berharap agar semua mengikuti perubahan yang kami buat agar menjadi bahan acuan kami kedepannya, terimakasih."
"Huhh, dasar pihak kampus bertindak semena-mena nya aja, nggak dipikir apa, emangnya semua mahasiswa kesini pake mobil, trus kita yang jalan kaki dari tempat kost gini gimana coba?"
Semuanya sibuk dengan argumen masing-masing, usut punya usut pihak kampus akan memilih salah satu dari mahasiswa nya untuk Go international, artinya bagi mahasiswa yang terpilih akan diberangkatkan ke Belanda untuk melanjutkan studi S2.
Tentu saja biaya ditanggung oleh kedua pihak antara Indonesia Belanda dari departemen keuangan masing-masing negara.
Universitas Indonesia 10.45 wib.
Ya, disinilah Natasha Aurelie Chandra yang biasa di panggil Nata melanjutkan perguruan tinggi nya, saat ini dia sedang menghadapi tahun akhir semester di jurusan HI (Hubungan Internasional). Seorang gadis yang sebenarnya sangat cantik tapi tak terlihat dari penampilannya yang terlalu culun, katakanlah begitu. Rambut ikal dan kembang yang selalu di kuncir kuda kemudian kaca mata bulat besar, tentu saja semua orang bilang kalau dia gadis cupu.
Anak kedua dari dua bersaudara, kedua orang tuanya meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu saat keduanya sedang berkunjung ke Sumatera menemui keluarga disana, akan tetapi musibah tak terelakkan, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan saat berada di perairan laut jawa menuju Jakarta.
Semenjak kedua orang tua mereka meninggal, Nata tinggal berdua dengan sang kakak, Tita Chandra. Tita dan Nata terpaut usia lima tahun. Saat itu Nata masih kelas satu SMP dan Tita hanya seorang pegawai honorer disebuah instansi pemerintahan. Namun nasib baik akhirnya berpihak pada mereka, Nata yang memang anak pintar dari kecil mendapatkan beasiswa dari sekolahnya, tiga tahun kemudian saat Nata duduk di bangku kelas tiga SMA sang kakak, Tita diangkat menjadi pegawai Negeri sipil (PNS) dan di pindahkan langsung ke departemen perdagangan pusat Jakarta.
Tita memang bermasalah dengan hubungan asmaranya, padahal umurnya sudah lebih dari cukup untuk menikah, seorang wanita karir, cantik, mapan, mandiri, pokoknya segalanya lah, dan entah kenapa sampai detik ini belum juga mau menikah, barangkali belum jodoh
"Nat." Tiba-tiba seseorang menghentikan langkah Nata, dia pun menoleh.
"Eh kirain siapa, lo may? Gimana may, sory gua telat, abis semalam gua baca novel ampe jam lima pagi."
"Dasar kutu buku, untung aja nggak jadi kuliahnya hari ini, barusan ada pengumuman kalau jadwal kuliah sewaktu-waktu bisa berubah, itu artinya kita semua harus standby."
"Gila, parah bener, trus, gimana kalau teman-teman yang nyambi kerja?"
"Kurang tahu juga gue, kan dari awal udah di kasih tahu semua buat siapa yang berkompetisi buat ngikutin studi ke Belanda, berarti dia harus tahu konsekuensinya kan?"
"Iya sih, ehh tapi kira-kira lo tahu nggak kandidatnya siapa?"
"Ya mana gue tahu Nat, eh, tapi lo sendiri gimana, minat nggak?"
"Pertanyaan lo tu ya may, secara aja coba, siapa yang ga mau, itu kan keren."
"Persiapan lo udah sejauh apa, maksud gue penguasaan bahasa Lo?"
"Gue, dikit-dikit bisalah, nah lo sendiri?"
"Susah gue Nat, bahasa Inggris mah oke, bahasa Belanda nya, pening guehh."
"Dasarnya aja lo yang lemot, yang penting yakin aja dulu, terlepas lolos nggaknya itu urusan kedua, tul nggak?"
"May, abis ini lo mau kemana, temanin gue ke perpus yok."
"Nggak kemana-mana sih, tapi sebelumnya kita isi pulau tengah dulu, kasihan udah meronta dari pagi nih."
Setibanya di kantin kedua sahabat itu memesan mie ayam dan jus orange. Kemudian memilih duduk di bangku paling pojok yang mengarah ke kantor tata usaha.
"May."
"Hmm." Sambil menikmati mie ayamnya.
"Gimana kabar nyokap lu, udah baikan?"
"Alhamdulillah, udah boleh pulang hari ini, dokter bilang cukup rawat jalan nggak ada yang mengkhawatirkan, katanya begitu."
"Syukurlah, berarti nggak perlu repot-repot ke rumah sakit lagi dong, jadinya kalian bisa fokus merawatnya di rumah."
"Alhamdulillah Nat."
Elmaya Renata, orang tuanya pemilik toko kelontong di Tanah Abang, sang ayah memiliki penyakit jantung dan saat ini sudah dipasangkan ring di jantungnya, semenjak tiga tahun ini ibu dan kakak nya lah yang mengurusi toko kelontong mereka di Tanah Abang.
Maya dan Nata termasuk gadis yang beruntung, keduanya bisa diterima di UI berkat prestasinya.
Setelah menikmati hidangan di kantin tadi, keduanya pun langsung menuju perpustakaan. Di perpustakaan hari ini tidak seperti biasanya.
" May, ini kok kayak mau nerima sembako, rame amat?"
"Iya nih, apa gerangan ya?"
Keduanya pun heran setelah tiba disana, Nata dan Maya berusaha menerobos kerumunan , mereka sempat terkesiap dan saling melotot nggak percaya.
"Berdasarkan pengamatan dan penilaian-penilaian yang kami kumpul selama ini, kami selaku pihak rektor dan jajaran dosen beserta pihak management kampus yang terkait didalamnya maka dengan bangga kami persembahkan kepada:
Nama: Natasha Aurelie Chandra
Umur: 23 Th.
Jurusan: HI.
Dengan pencapaian IP tertinggi dan mahasiswa terbaik kita selama tiga tahun berturut-turut hingga saat ini, untuk memenuhi undangan nyata dari Erasmus University Rotterdam guna melanjutkan studi S2 dengan gelar PhD MSc atau magister dan sesuai kesepakatan kedua negara memilih saudari di jurusan MSc dalam perencanaan dan kebijakan kota strategis: Mengelola dinamika sosial-spasial untuk kota berkelanjutan."
Fantastis, keren, semua terpukau dengan berita yang tampil di Mading minggu ini. Tepuk tangan riuh serta merta bersahutan dan bergantian memberi selamat ke Nata, Nata yang masih tak percaya cukup shock dengan apa yang baru ia baca dari Mading.
Maya tersenyum bangga, walau bukan dirinya yang terpilih setidaknya dia bangga menjadi teman seorang yang berprestasi seperti Nata.
Nata berusaha memaksakan dirinya untuk tersenyum, karena masih belum percaya dan hanya mengucapkan terima kasih ke tiap teman-teman yang memberi selamat untuknya. Kerumunan tersebut cukup membuat gaduh di area jurusan HI, tak lama security kampus datang untuk membubarkan kerumunan dan memerintahkan semua mahasiswa kembali ke kelas masing-masing.
Maya pun segera menarik tangan Nata yang masih ia genggam sejak tiba di depan Mading perpustakaan menuju ke kelas, pasalnya Nata hanya bengong sehingga Maya yang cukup berinisiatif.
"Hei, lo udah sadar belom?" Sambil menepuk-nepuk muka Aurel.
"Alhamdulillah, gue bersyukur tapi kayak mimpi, gue nggak mimpi kan mm, awwww mayaaa." Nata berteriak akibat sentilan Maya.
Jujur saja Nata saat ini betul-betul bahagia dengan berita gembira ini, dia bangga bisa mengharumkan nama bangsa dan membuat bangga kakaknya. Kendatipun harus terpisah dari sang kakak, demi sebuah impian dan cita-cita yang begitu besar. Nata sadar, bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan emas ini, hanya dirinyalah yang terpilih dan diapun sudah siap untuk itu.
"Selamat ya Nat, kita semua bangga sama Lo."
Semua orang dikelas pun bergantian memberi selamat dan memeluk Nata yang cupu, Sebenarnya Nata hanya penampilannya yang cupu, buktinya dia anak cerdas, tapi entah kenapa sampai detik ini belum mau merubah penampilannya, dasar Nata.
"Selamat siang semuanya."
Waktu sudah menunjukan kan angka dua belas siang saat itu, tiba-tiba seorang dosen wanita masuk dengan penampilan khasnya, pakaian yang sedikit mencolok dengan menggunakan jilbab walau tidak menutupi semua rambutnya, karena dibagian poni depan di sasak dan jilbab berada di posisi tersebut, apa readers pernah lihat istri mantan presiden Gusdur?, Nah seperti itu.
"Kepada saudari Natasya diminta untuk menemui rektor kekantor beliau, untuk saudara-saudari kita akan lanjut pembahasan yang tertunda tempo hari."
"Makasih buk, saya permisi dulu buk." Nata pun pamit dan meninggalkan kelas.
Tok tok tok.
"Masuk."
Nata pun membuka pintu dengan hati-hati dan sesopan mungkin. Setiba didalam, sudah ada beberapa dosen pembimbing, dosen akademik dan pak rektor.
"Selamat siang bapak ibuk." Sapa Nata.
"Natasya, silahkan duduk, ada beberapa hal yang harus kami perbincangkan dengan anda menyangkut keberangkatan anda ke Belanda dan persiapan materi untuk menyelesaikan skripsi anda tahun ini. Apa sejauh ini ada kesulitan yang saudari temui selama menyiapkan skripsi anda?"
Pak rektor pun mulai membuka percakapan.
"Alhamdulillah, semua berjalan lancar pak." Jawab Nata mantap.
"Baguslah, seminar akan diadakan bulan depan dan jadwal gladi resi Seminggu setelah itu, bagaimana bapak-ibu?"
"Setuju."
Mentari menyeruak menerobos kedalam kamar Nata, gadis cupu itu masih berada dialam mimpinya.
"Kak Tita kembalikan bayiku, kakak nggak berhak merampasnya dari ku, dia milikku, kak Titaaaaaa."
"Ngapain lah si cupu teriak-teriak, astaga dia mimpi apa kok bahas bayi sih hadeeh." Sambil menapok jidatnya sendiri dan mengguncang-guncangkan tubuh adiknya biar segera bangun.
"Iih, kak Tita gangguin tidur aja, ini kan weekend, kakak juga ngak ngantor kan?" Sambil menarik bantal yang berjatuhan dilantai akibat ulahnya selama tidur.
"Kalau mau tidur, ya tidur aja tapi nggak usah teriak-teriak, dikirain tetangga ntar kita berantem rebutan bayi."
"Rebutan bayi apaan sih? Kembali duduk dan berpikir sejenak. "Emang aku ngigau ya kak?, Iya ni kak, aku juga heran kok mimpi aku soal bayi sih?" Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Bukan ngigau, tapi teriak-teriak, udah sana bangun, mandi kek, bikin sarapan, beres-beres, ngapa kek gitu, dari pada mikirin mimpi yang nggak jelas."
"Kak, katanya kalau kita mimpi ada bayi gitu bakal dapat rezeki lo kak." Masih saja Nata membahas mimpinya.
"Itu kan cuma mitos, di zaman modern gini mana ada hal-hal begituan, udah nggak usah dipikirin."
Niat mau tidurnya pun lenyap seketika selesai membahas mimpi anehnya. Nata mengambil handuk dan kekamar mandi.
Disinilah kedua adik kakak ini tinggal, dirumah sederhana peninggalan orang tuanya, rumah yang tidak terlalu besar dengan halaman yang lumayan luas, memiliki dua kamar dengan masing-masing memiliki kamar mandi. Cukup nyaman untuk mereka berdua. Tita sangat menyayangi adik satu-satunya itu, menurut Tita, Nata anak yang cantik tapi sayangnya dia tidak berminat mengekspos dirinya dengan penampilan-penampilan wanita pada umumnya, jujur saja Tita sendiri merasa kalah cantik dari Nata. Nata lebih memilih gaya hidupnya sendiri selagi masih di dalam nalar dan tidak merugikan khalayak kenapa nggak, begitulah menurutnya.
Tita sendiri masih trauma untuk menjalin hubungan serius dengan pria hingga membuat dirinya belum kunjung menikah sampai sekarang, ada-ada saja yang membuatnya untuk mundur dari setiap pria yang pernah dekat dengannya. Ada yang mengaku duda, ternyata suami orang. Ada yang ngaku single perjaka maksudnya malah Playboy alias udah punya kekasih.
Tita memang bukan tipe wanita yang mudah untuk di dekati, termasuk di lingkungan instansi nya, dia berusaha seprofesional mungkin dan selalu bersikap pada tempatnya, baik dengan rekan pria maupun wanita. Banyak rekan pria di kantor berminat untuk menyuntingnya, namun Tita berusaha menggubris dan menganggap hanya lelucon mereka.
Jarum jam menunjukkan angka 02.24 dinihari saat ini, setelah melakukan penerbangan enam jam yang lalu tepat pukul 07.24 tadi pagi dari Jakarta. Saat ini Nata tengah berada di bandara Internasional Schiphol Amsterdam tanpa membuang waktu sesuai petunjuk dan instruksi yang ia kumpulkan dari Jakarta sebelumnya, Nata melangkahkan kakinya menuju tempat registrasi untuk penerbangan selanjutnya menuju Rotterdam. Nata lega, tidak butuh waktu lama baginya untuk melakukan registrasi. Saat berbalik tanpa ia sadari ternyata ada yang antri dibelakangnya, Nata tidak sengaja menginjak kaki pria dengan setelan jaket Hoodie kualitas ori dan celana jeans yang pria itu kenakan. Tubuh Nata tertahan dan hampir terjungkal ke belakang akibat posisinya yang berbalik mendadak tadi. Pria itu menarik tangannya agar tak jatuh. "Sorry meneer, dat was niet mijn was bedoeling."= "Maaf tuan, Saya tidak sengaja". Sambil merapikan posisi kaca matanya. "Ok, geen problem."= "Ok, nggak masalah."
Pagi dan awal yang indah bagi seorang Natasha hari ini.Dengan langkah pasti setelah keluar dari basement apartemen tempat tinggalnya, penampilan khasnya yang tak pernah berubah dan entah kapan akan berubah itu justru tidak mengurangi rasa percaya dirinya, menurutnya penampilan itu hanyalah nomor sekian yang paling penting itu adalah isi kepala.Beda halnya kalau dibandingkan dengan Ibra, penampilan dan inteligent dua-duanya harus balance agar tercipta sebuah citra dan kharismatik seseorang. Tentu saja Ibra mengutamakan hal itu, secara dia memang seorang pemimpin dan pengusaha terkenal tepatnya adalah menggantikan posisi sang ayah di dunia bisnis. Dan diapun baru saja dipromosikan untuk itu.Wajar saja seorang Ibra akan menyombongkan dirinya apalagi jika sudah mengingat dirinya harus dibandingkan dengan Nata.Nata sudah sampai di kawasan Erasmus University Rotterdam, "Amazing", satu kata yang terucap saat menginjakkan kakinya disana, gedung kampus yang menjul
Sore itu disebuah kafe Royal yang berada di sudut kota Rotterdam, entah kenapa Nata tertarik untuk kesana setelah melihat di situs kafe-kafe apa saja yang ada dikota Rotterdam. Kebetulan kafe ini juga tidak terlalu jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Dan dia sengaja memilih tempat ini.Nata baru saja menyeruput capuccino drink ala Belanda di kafe itu sambil membaca kembali novel laga yang baru saja dikirim Maya melalui Watts up nya."Kamu baca dulu deh, pasti tertarik, dijamin pokoknya." Begitulah kata Maya di panggilan vc kemaren dengan dirinya saat menyuruh Nata membaca novel kirimannya.Sebelumnya di kediaman pribadi milik Ibra, maksudnya disebuah mansion mewah pembeliannya setelah satu bulan di promosikan oleh ayahnya, Ibra memenangkan tender besar dengan laba fantastis, tanpa mengundur waktu lagi dia memutuskan untuk mengambil mansion mewah yang merupakan salah satu bisnis propertinya itu.Ibra sedang duduk dipinggir kolam renang setelah puas berenang
"Bagaimana Morgan, apa kau menemukan alamat gadis itu?""Maaf Meneer, aku kehilangan jejaknya semenjak dari kafe kemaren.""Dasar payah, perempuan cupu itu aja kau masih kerepotan, masa iya bisa kehilangan jejak, bukannya kemaren saat dia pergi kau langsung mengejarnya?""Saya juga tidak habis pikir Meneer, tiba-tiba dia menghilang.""Kau pikir dia hantu apa, pakek menghilang segala hah?""Maksud saya, saya rasa dia bersembunyi Meneer, hampir setengah jam saya berputar-putar dan menelusuri kesetiap lorong dan tetap tidak menemukannya.""Pokoknya saya nggak mau tahu, dalam 24 jam kau harus menemukan siapa perempuan itu!"Tut! Tut! Tut!"Dasar orang kaya, maunya seenak jidatnya, coba aja cari sendiri belum tentu nemu juga tuh perempuan, memang hampir sama kayak hantu, tiba-tiba ngilang tanpa jejak." Morgan ngedumel sendiri sambil menyalakan mesin mobilnya untuk menjeput Ibra di Mansion.Flashback"Houuuufff, akhirnya aku beba
Nata baru saja selesai mandi dan melaksanakan sholat wajib. setelah selesai mandi semenjak kembali dari salon. Nata melepas lelah dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil membaca pemberitahuan dari kampus tentang jadwal materi besok. Nata pun tak lama tertidur.Keesokan hari di Mansion milik si Ibra tampan."Bagaimana Morgan, apa kau menemukan gadis itu?""Maaf Meneer, sepertinya aku minta waktu untuk mencari gadismu itu Meneer." Dalam hati sebenarnya Morgan mengejek Ibra karena tergila-gila pada gadis cupu yang tak berguna seperti Nata. Itu menurut Morgan."Apa alasan mu bilang kalau dia gadisku?" Tentu saja Ibra tidak senang dengan nada bicara Morgan barusan."Tidak Meneer, maksudku bukankah belakangan ini saya punya misi untuk melacak informasi tentang wanita itu, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bahwa kita tidak mengenal namanya, bagaimana kita melacak tentang dia Meneer.""Sudah, tidak usah mencari alasan, kalau saya tahu naman
Boby dan Janet beserta Nata memilih meja paling depan dengan memesan masing-masing menu pilihannya. Ketiga anak muda itu tengah asyik menikmati makan siang mereka.Sementara di meja paling pojok lima puluh meter dari meja mereka, Ibra dan Morgan pun sedang menikmati makan siangnya."Sejak kapan gadis itu berubah?" Ibra teringat Nata di potongan burger terakhirnya."Nah itu dia Meneer, saya juga nggak habis pikir, dan apa kita tidak salah orang?""Salah orang kepalamu?" Sambil menjitak jidat Morgan."Awww, kira-kira dong Meneer kalau otak saya beku ntar siapa yang mau ngasih info-info akurat buat Meneer?" Sambil mengusap-usap jidatnya."Hah, otakmu kan memang sudah lama beku kan?" Sambil meraih gelas yang berisi orange jus favorit nya, Ibra pun menyeruputnya hingga habis. Saat ditegukan terakhir dengan gelas yang masih di mulutnya, tanpa sengaja matanya pun berkelana keseluruh arah. Tiba-tiba Ibra terbatuk dan minuman yang hampir tertelan habis dal
Setibanya di mansion setelah mengantar Ibra, Morgan pun pamit untuk kekantor dengan mengendarai mobil nya yang sengaja diparkir saat Ibra memerintahkannya untuk mengendari mobil Ibra.Ibra dengan langkah pasti seperti selesai menemukan angka keberuntungan, dia masuk keruang kerja tempat biasa kemudian membuka laptopnya.Ibra pun membuka jejaring sosmed, baik Instagram maupun Twitter dan Facebook.Usaha Ibra pun tak sia-sia setelah menemukan Nata di Facebook, karena sebelumnya baik instagaram maupun Twitter dia tidak menemukan gadis itu."Dasar cupu, hmm tapi dia cantik dan pintar juga, sampai dikirim kesini." Sambil menggaruk-garuk dagunya. Ibra terus menggeser deretan foto yang ada di album milik Nata. Ibra hanya bisa senyam-senyum melihat foto-foto nata cupu.Telepon genggam Ibra bergetar, dia melihat nama Brenda di sana. Lalu meletakkan kembali handphonenya nya. Tidak lama kemudian bergetar lagi, namun kali ini yang masuk beberapa chatingan Watts App
"Kita belum berkenalan Nona, nama saya Aliando Erkan, boleh saya tahu nama anda?" Aliando pun mencoba membuka suara setelah pelayan itu pergi membawa catatan pesanan mereka."Saya Brenda, kekasih Ibrahim Sagar." Jawabnya singkat.Brenda masih jengkel dengan kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu. Dan dia sengaja membiarkan Aliando mengajaknya hingga sampai ke Kafe tempat dimana mereka sekarang."Saya mengerti anda sedang ditimpa masalah saat ini. Maaf bukan maksud saya ingin mencampuri urusan anda, tapi seperti yang saya lihat sepertinya Tuan Ibra tidak peduli lagi pada anda."Brenda pun menoleh kepada Aliando dengan mata menyelidik."Apa anda mengenal Ibra?"" Tentu saja saya mengenalnya, dia merupakan rekan bisnis saya juga." Jawab Aliando."Apa anda kesana ingin bertemu Ibra juga Tuan Aliando?" Brenda pun terpancing untuk memulai pembicaraan." Awalnya sih iya, tapi setelah melihat anda disana akhirnya saya memutuskan unt
Brenda dan Aliando sedang merayakan pestanya hari ini, tiga tahun lebih mereka menghabiskan waktunya disebuah desa terpencil dan masih dalam kawasan Denhag. Tidak ada satupun yang menyadari keberadaan mereka termasuk keluarga Sagar. Selama itu pula Aliando dan Brenda melakukan sebuah penyamaran dan berhasil lolos saat pendeportasian keduanya dari pihak imigrasi dan bea cukai. Sehingga baik Ibra maupun Morgan mengira mereka betul-betul tidak berada lagi dinegara ini. Setelah mengumpulkan beberapa orang untuk dijadikan Tim kemudian mengirim salah satu antek-antek untuk bekerja di perusahaan Sagar yang memiliki kemampuan menyadap beberapa fungsi pusat yang ada di perusahaan tersebut sehingga menyebabkan kerugian dalam skala besar, Brenda dan Aliando berhasil menggelapkan beberapa harta kekayaan Sagar dan dialihkan ke bankir milik mereka, akibatnya saat ini hampir 50 persen Sagar Corp terancam koleb. Setelah berdiskusi panjang dengan tuan Allard dan Morga
"sayang bangun, aku butuh bantuanmu!" Nata baru saja terbangun karena tangisan Ken di box. "Hmm,ada apa?" Sambil memaksakan matanya yang masih mengantuk dan mameluk tubuh istrinya. "Sepertinya Ken haus dan minta susu, aku mau kau yang buatkan untuk putra kita Ibra!" "Kenapa tidak manyuruh Nany saja?" "Apa kau mau nany masuk kamar kita untuk mengambil Ken dan melihat kondisi kita saat ini?" "Biasanya kan kamu sayang." "Ibra!" Ibra pun terduduk dan mulai menyadari kenapa Nata menyuruhnya yang membuatkan susu untuk Ken. "Tuh kan kamu sama kayak pagi kemaren , semalam kamu yang selalu minta lebih dan sekarang lihat kondisimu." Ibra kembali dibuat gemas oleh tingkah Nata yang selalu tak berdaya setiap pagi oleh suaminya. Ibra pun segera mengambil piyamanya dan membuatkan susu untuk Kenzo. Tidak lama Ken pun kembali tertidur. Ibra yang harus kekantor hari ini setelah beberapa hari tid
Nata baru saja menidurkan Ken dibox besar yang bersebelahan dengan ranjangnya bersama Ibra. Tidak lama Ibra pun masuk dan mencium Ken yang baru saja terlelap."Kau sudah pulang, apa tadi bertemu dengan Maya?""Mereka baru saja sampai saat aku tiba disana, dan sepertinya kedua bucin itu sama-sama sedang kasmaran." Sambil menciumi leher istrinya."Ibra, aku minta tolong peringatkan Morgan, maksudku tolong batasi mereka, aku khawatir karena mereka kan belum menikah. Apalagi budaya barat dan kami di Indonesia berbeda.""Maksudmu apa kau takut mereka akan melakukan seperti yang kita alami dulu?" Ibra pun berhenti menciumi istrinya dan menatap lama wajah wanita itu.Ibra mengganti pakaian dengan piyama yang biasa ia gunakan dan langsung merebahkan tubuhnya tanpa merespon tubuh Nata yang sengaja mengenakan lingerie untuknya."Apa kau tidak mengajak istrimu ini berbaring bersamamu?" Nata mencoba mengiba dan pura-pura merajuk."Tentu tid
Morgan masih setia menemani Maya berjalan-jalan dan menikmati semua momen-momen yang disuguhkan kota itu untuknya hingga sore pun menjelang. Morgan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi, menurutnya lebih baik dia berterus terang sebelum terlambat. "Kenapa kita berhenti disini, bukankah Mansion tuan Allard masih jauh Morgan?" Maya heran tiba-tiba mobil berhenti dan melihat Morgan tersenyum dan menghadap kearahnya. "Sori, Maya apa boleh aku jatuh cinta padamu?" Morgan begitu to the poin. Maya tergagap tak percaya. Cup! Morgan mengecup bibir tanpa suara itu. Masih diam membuat Morgan semakin memperdalam kecupan kemudian melumatnya, Maya terhenyak dan membiarkan Morgan menjamah bibirnya hingga menyentuh pipi dan menjalar ke tengkuknya. Lalu Morgan kembali melepas tautan bibir mereka dan memandang lekat wajah gadis itu. "Apa kau mencintaiku Maya?" Sambil memandang lekat. "Maya ragu menjawab, walau
Maya hanya duduk manis sambil membaca katalog dan beberapa majalah yang topiknya kebanyakan tentang perusahaan Sagar dan beberapa Mansion Mewah yang dibawahnya tertera milik Sagar corp. Sementara Morgan yang masih berkutat didepan laptopnya sesekali mencuri pandang ke Maya yang masih setia menunggunya dari dua jam lalu. Kemudian Morgan pun menghampiri Maya yang duduk di sofa ruangan khusus untuk Morgan dari Sagar Corp. "Ehm, hai may sudah selesai membacanya?" "Aku tidak membacanya, dari tadi aku sibuk melihat-lihat Mansion mewah yang didirikan oleh perusahaan ini." "Apa kau tahu siapa yang merancang ide dari nuansanya?"?" "Siapa?" "Teman anda, nona Natasha, Hampir tiga tahun ini berkat kecerdasannya Sagar Corp berhasil menjadi Pioneer diseluruh Eropa dalam pembangunan Mansion, walau demikian Sagar Corp tetap yang nomor satu untuk penyuguhan Mansion termewah dan termahal. "Dia memang cerdas Morgan, dan aku sebagai temannya
Dikediaman Ibra, denting piring dan sendok beserta canda tawa terdengar bersahutan hingga ke taman belakang Mansion. Semua anggota keluarga sedang menikmati hidangan pagi di Mansion mewah itu. Maya pun mengutarakan niat untuk menunda kepulangannya sampai beberapa hari kedepan, dengan maksud ingin bersenang-senang dulu di negeri kincir tersebut. Tidak lama kemudian tuan dan nyonya Allard beserta Morgan pun muncul dari depan. "Selamat pagi semuanya, hai cucu grandma, apa kabar? Ben je oke baby?" Yang langsung mengambil Ken dari pangkuan Ibra. Kemudian tidak lupa saling berciuman dengan menantunya dan yang lainnya. "Nyonya, apa aku boleh bermain lagi ke Mansion anda? Kebetulan saya masih beberapa hari lagi disini, dan ingin melihat kincir angin raksasa." "Ohya, bagus dong dengan senang hati kalau begitu bagaimana kalau kamu tinggal dimansion kami aja lagian Mommy kan nggak ada teman. Boleh ya Nata?" Mommy pun memelas kepada Nata agar memp
Atas perintah Ibra, Morgan pun mengajak kedua gadis perawan itu untuk berkeliling kota Rotterdam dimalam hari. Morgan punya rencana membawa mereka kesalah satu distrik kota yang biasa di kunjungi pasangan muda-mudi, karena kawasan tersebut merupakan kawasan paling romantis. Walau gugup, namun Morgan bertekad akan mengajak Maya berbincang empat mata dengannya. Setelah memarkirkan mobilnya, Morgan pun mulai memandu mereka untuk masuk. Tiba-tiba kaki Maya tersandung hampir saja membuat nya jatuh, namun dengan sigap Morgan meraih tangan Maya hingga keduanya pun berpelukan. "Hampir saja, kamu lihat apa sehingga tidak lihat ada tiang di depan, untung saja bukan batu, kalau batu kan bisa terluka." "Sori, aku terlalu bersemangat dan hampir tidak melihat jalan." Jawab Maya agak malu. "Eh em, kita disini bertiga ya, nggak cuma lu berdua. Lebay amat sih elo may jalan kok nggak liat-liat, kalau yang lu tabrak orang gimana untung aja ada Morgan kan?"
Malam ini Ibra dan Nata mengajak keluarga Tita dan Maya bermalam dimansion nya setelah puas berada dimansion utama."MashaAllah Nat, laki lu kaya banget. Dan gue masih nggak abis pikir bisa-bisa nya lu tidur trus melahirkan anaknya sekaligus." Bisik Maya ke Nata saat hendak turun dari mobil."Hussh, pelan-pelan lu kalau ngomong dia ngerti lo bahasa kita.""Serius lo? Sejak kapan?""Udah, ntar ceritanya kalau udah kedalam. Lu tahu nggak gue juga baru ini masuk mansionnya.""What, apa gue nggak salah dengar nih?""Ngapain gue bohong, kan lu udah tahu jalan ceritanya, kalau kita baru saling tahu , setelah dia tahu siapa gue dan Ken trus langsung ngajak gue nikah.""Udah, jangan dibahas disini, kayak nggak ada tempat aja, ntar di dengar lo."potong Tita.Sambil menggendong putranya, ibra mempersilahkan Tita dan Maya masuk sambil menggandeng Nata.Tita dan Maya hanya tertegun dan takjub saat melangkah masuk melihat bangu
Ibra melajukan mobilnya siang itu dibawah terik matahari bersama Nata disebelahnya, dia tidak ingin seorang pun tahu apa yang dialami istrinya saat ini. Sama saja artinya dengan memperburuk reputasinya didepan keluarga dan siapapun anggota di mansion mereka termasuk Morgan. Nata pun terbangun karena terik matahari yang terpancar dari kaca mobil lalu mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat diwajah Ibra setelah menoleh kesamping kesebelah suaminya yang sangat tampan itu, Nata memandang lama wajah itu yang juga ikut memandangi nya namun hanya sebentar karena saat ini Ibra sedang menyetir sambil menggenggam tangan Nata. "Sayang kau sudah bangun, maafkan aku." Sambil mengecup tangan istrinya dan mata terus fokus kejalanan didepan. "Apa kita akan ke Mansion orang tuamu suamiku?" "Tentu, karena semua keluarga sedang menunggu kita untuk makan siang dan juga Ken." "Ken, bagaimana putaraku, apa dia baik-baik saja Ibra?" "Dia baik-baik