Jarum jam menunjukkan angka 02.24 dinihari saat ini, setelah melakukan penerbangan enam jam yang lalu tepat pukul 07.24 tadi pagi dari Jakarta. Saat ini Nata tengah berada di bandara Internasional Schiphol Amsterdam tanpa membuang waktu sesuai petunjuk dan instruksi yang ia kumpulkan dari Jakarta sebelumnya, Nata melangkahkan kakinya menuju tempat registrasi untuk penerbangan selanjutnya menuju Rotterdam.
Nata lega, tidak butuh waktu lama baginya untuk melakukan registrasi. Saat berbalik tanpa ia sadari ternyata ada yang antri dibelakangnya, Nata tidak sengaja menginjak kaki pria dengan setelan jaket Hoodie kualitas ori dan celana jeans yang pria itu kenakan. Tubuh Nata tertahan dan hampir terjungkal ke belakang akibat posisinya yang berbalik mendadak tadi. Pria itu menarik tangannya agar tak jatuh.
"Sorry meneer, dat was niet mijn was bedoeling."= "Maaf tuan, Saya tidak sengaja". Sambil merapikan posisi kaca matanya.
"Ok, geen problem."= "Ok, nggak masalah." Jawab pria itu singkat.
Nata pun segera bergegas dari sana dan duduk di bangku antrian sambil menunggu instruksi penerbangan selanjutnya.
Sementara di kursi antrian paling belakang seorang pemuda tengah kesakitan akibat kakinya yang tidak sengaja terinjak Nata.
"Verdomme, arme meid, ik kan nog steeds geen vier ogen zien huhh."= "Sial, dasar gadis cupu, udah mata empat masih saja nggak lihat orang huhh." Umpat Ibra dari belakang.
Ibrahim Senopati Sagar, sudah dua bulan ini menggantikan posisi ayahnya di perusahaan Sagar Of Rotterdam, dan dialah CEO nya saat ini dan kedepannya. Dia baru saja kembali dari Denhag untuk peninjauan proyek disana. Ayahnya Allard Sagar keturunan Indonesia Belanda dan ibunya issack barend keturunan langsung Belanda.
Ibra, begitulah dia dipanggil, kedua orang tuanya berusaha menjodohkannya dengan putri rekan bisnis mereka dari perusahaan Royal Vopak yang bernama Else Vopak. Namun Ibra tidak menggubris perjodohan itu sama sekali, padahal Else sangatlah cantik dan seksi, entah kenapa Ibra tidak pernah tertarik dengan gadis itu yang ternyata sudah jatuh cinta padanya semenjak setahun lalu saat acara undangan makan malam di rumahnya. Ibra tipe pria yang suka gonta ganti pasangan, namun untuk cinta dia tidak pernah memikirkan kesana, semua ia lakukan hanyalah untuk bersenang-senang semata, sampai saat ini komitmen untuk menikah masih jauh dipikirannya.
Sepuluh menit kemudian para penumpang dengan tertib menaiki pesawat dan mencari nomor kursi masing-masing. Nata sempat panik, semua kursi hampir penuh dan hanya ada satu nomor lagi yang belum terisi yaitu nomor kursi yang ia miliki, kursi disebelah Ibra.
"Excusser meneer, dit is mijn stoel." Sambil memperlihatkan nomor kursinya ke Ibra.
"Oh ok, alstublieft." Ibra pun mempersilahkan Nata untuk duduk di sebelahnya.
Pramugari pun memulai instruksinya kepada penumpang untuk segera menggunakan sabuk masing-masing, siapa sangka seorang gadis cupu akan duduk berdampingan dengan sitampan. Ibra.
Ibra kembali mengumpat, pasalnya belum sampai lima menit Nata sudah terlelap dan parahnya kepalanya bersandar manja di dada kekar Ibra. Nata memang sangat kelelahan dan belum ada tidur semenjak pukul lima pagi demi persiapan keberangkatan nya ke Belanda.
"OMG. Hij weer, hij weer, wat een droom die ik gisteravond had om deze vreemde vrouw te ontmoeten."= " OMG, dia lagi-dia lagi, kenapa gue harus jumpa dia lagi.
Ibra hampir menepis gadis itu agar bangun dan memperbaiki posisi duduknya, namun Ibra tidak tega melihat Nata seperti kelelahan akhirnya dia pasrah dan rela membiarkan gadis itu di dada kekarnya. Sambil menarik napas perlahan dan menghembuskannya kembali begitulah yang dilakukan Ibra.
Dia mendengar dengkuran halus Nata dan mencium aroma lembut gadis cupu itu, seakan dia candu dan membiarkannya tetap bersandar didadanya.
Kurang lebih empat puluh lima menit penerbangan Amsterdam - Rotterdam, pesawat pun kembali mendarat sempurna di bandara Rotterdam.
"Bagaimana ini, gadis ini nggak bangun-bangun, apa gua bangunin aja ya?" Ibra menggerutu, sementara penumpang lainnya hanya tersenyum tipis melihat adegan mereka, seakan tidak cukup bermesraan di rumah saja bahkan dipesawat pun juga masih. Begitulah kira-kira opini penumpang lainnya. Tak ada pilihan lain lagi.
"Hei wevrouw, sta op, we zijn er blijf je hier?"= "Hei nona, bangunlah, apa kau akan tetap disini?"
Ibra menepuk halus pundak wanita itu dan mengguncangnya pelan. Nata membuka matanya perlahan dan berusaha mengumpulkan kesadaran nya kembali, namun dia sendiri terlonjak kaget tanpa berpindah sedikit pun akibat sabuk yang melingkar di tubuhnya.
"Maaf tuan, aku tertidur maafkan aku."
"It's ok." Ibra kembali menjawab ketus.
Mereka pun turun beriringan , hanya tinggal mereka berdua saat ini akibat Aurel yang ketiduran tadi.
[ Pukul 04.12 waktu Belanda ]
Waktu dimana semua umat masih terlelap dan meringkuk dibalik selimut karena dinginnya udara saat ini. Nata sudah tiba di apartemen yang sudah disediakan untuknya oleh pihak departemen, gadis itu sempat terpukau dengan arsitektur dan dekor yang ada didalam apartemen yang disewakan khusus untuknya.
Apartemen yang cukup maksudnya sangat dan akan membuat seorang Nata merasa nyaman dan betah. Ruang lepas di tata apik dan dijadikan ruang tamu dengan sofa yang berukuran sedang cukup menampung lima orang yang beralaskan karpet biru navy, disampingnya terdapat meja makan dan tiga kursi dan menghadap minibar. Satu kamar didepan ruang tamu yang bersebelahan pula dengan kamar mandi, ditambah lagi gorden coklat muda sebagai penutup jendela kaca yang besar dan menghadap ke pelabuhan Rotterdam yang terkenal dengan kesan seakan berada di Dubai, sangat menakjubkan. Nilai artistiknya berhasil membuat penghuninya betah berlama-lama di dalamnya.
Hampir saja Nata lupa mengunci pintu apartemennya, dan dia pun baru ingat setelah petugas di apartemen menyerahkan kunci dan remot control padanya sepuluh menit yang lalu, dia pun segera mengambil remot control tersebut dan mengarahkan pada pintu apartemennya. Nata pun berbaring di ranjang yang sangat empuk dan dia belum pernah tidur ditempat tidur yang senyaman ini, bahkan dirumahnya sendiri yang hanya menggunakan springbed yang sudah puluhan tahun. Kedengarannya memang sangat miris tapi itulah faktanya, bahwa Tita dan Nata bukan tipe kaum jetset dan hidup mewah yang suka berfoya-foya, bukan tidak mampu, sebenarnya gaji Tita tidak akan habis apabila membeli springbed baru, hanya saja jiwa sederhana yang sudah mendarah daging pada kakak beradik itulah yang menjadikan keduanya sangat menghargai setiap hal, sedetail apapun itu.
Nata memang belum menghubungi Tita dari kemaren, dia masih kelelahan dengan perjalanan nya kali ini. Dan Tita pun sengaja belum menelepon Nata semenjak tadi pagi, pasalnya waktu di Indonesia maju enam jam dari Belanda jadi sudah pasti Nata saat ini masih terpulas.
Di tempat yang lain, sebuah mansion mewah yang berada ditengah kawasan elit Rotterdam. Sesampai di rumahnya, Ibra memerintah seorang nany membuat kan air hangat untuk merendam kakinya dan meminta nya membuka perban lalu mengobati kembali kakinya yang masih luka. Ditambah lagi sempat diinjak oleh Nata sewaktu di bandara, lengkap sudah.
Denhag
Krangngnh, krakh." Teef, ik kan niet worden vertrouwd."= Dasar ja****, tidak bisa di percaya.
Ibra mengamuk dan mengumpat diruangan kerjanya salah satu kantor cabang yang dimiliki keluarganya di Denhag, kemudian menendang meja kaca yang biasa di gunakan tempat menjamu para tamunya secara privasi hingga pecah berantakan, saat ini ruangan itu penuh dengan pecahan kaca. Brenda sang kekasih yang dekat dan sangat ia percaya saat ini sedang bergulat panas dengan selingkuhannya di salah satu kamar hotel.
Bisa dibayangkan bagaimana murkanya Ibra setelah mendapat kiriman video dari antek-antek nya refleks dia menendang meja kaca yang sangat tebal tersebut hingga pecah dengan tenaga nya yang luar biasa, tak lama pun dia merasakan hangat dan lengket dari dalam sepatunya, dia melepaskan sepatunya perlahan kemudian kaus kakinya.
"Verdomme."= Sial.
Jempol kakinya mengalami cedera dan pendarahan. Tak lama berselang setelah menelepon sekretarisnya, seorang dokter pria tanpa aba-aba langsung masuk ke ruangan Ibra.
"Ada apa dengan mu tuan Ibra, tidak biasanya kau semurka ini terhadap wanita." Dokter Van tidak habis pikir dengan perbuatan Ibra, sambil bertanya dan mengobati jempol kaki Ibra dengan hati-hati.
"Kau tahu Brenda kan, dokter Van?"
"Tentu, bukankah dia kekasih yang kau cintai saat ini, maaf maksud ku kau mencintainya bukan?"
Dokter Van masih bertanya dengan hati-hati, tidak ingin Ibra tambah murka dengan cara bertanya nya. Dia tahu betul betapa arogan nya pria yang ia hadapi saat ini walau mereka bersahabat sudah cukup lama, Ibra tidak segan-segan akan melenyapkan apa saja yang ada dihadapannya jika sedang terbentur, salah satunya berita yang ia dapat setengah jam yang lalu tentang Brenda.
"Kau salah dokter Van, aku tidak mencintainya, aku hanya..."
"Jika kau tidak mencintainya, kenapa kau sebegini marahnya dan menghancurkan sia-sia kantor mu ini?"
"Baiklah, ku akui aku mulai dan sedikit tertarik padanya, tapi aku belum yakin."
"Tentu saja kau belum yakin, menurutku Brenda tidak pantas untukmu, apa kau perlu ku kenalkan dengan seseorang?"
"Kau tidak perlu repot-repot dokter Van, aku masih bisa cari yang Kusuka." Potong Ibra dengan angkuhnya.
"Yaaa terserah kau saja, lalu apa rencana mu sekarang?"
"Tidak ada, dan jangan harap dia bisa bertemu denganku lagi, semua akses dan fasilitas yang kuberikan padanya termasuk mobil, apartemen yang kubelikan padanya akan ku tarik semua. Orang-orang kepercayaanku sekarang sedang membereskannya.
Ibra pun heran dengan perbuatan nya kali ini, biasanya dia akan menanggapi santai mau apa yang dilakukan para wanitanya diluar sana, toh mereka hanya pemuas ranjangnya saja dan bukan wanita yang betul-betul ia cintai dan diperistri. Namun berbeda dengan Brenda, wanita yang ia kencani selama lima bulan ini, semenjak pertemuan mereka di salah satu event di Rotterdam lima bulan lalu, kesan Brenda yang anggun ditambah lagi kecantikannya membuat Ibra mulai tertarik dan mencoba untuk serius terhadap wanita itu. Beruntung seorang kepercayaannya berhasil mengikuti Brenda yang beralasan ingin ke luar kota menemui pamannya, dari awalpun Ibra sedikit curiga.
Ternyata benar, Brenda tidak ada perjalanan ke luar kota melainkan ke sebuah Hotel yang ada di Denhag dan disambut seorang pria setelah keluar dari mobilnya.
Orang kepercayaan Ibra semakin memperdetail alat kameranya dan melacak mereka hingga kekamar yang mereka bocking, dengan alat kamera canggih dan cctv Hotel yang mereka sadap akhirnya para antek-antek berhasil mengambil rekaman mereka.
Ibra pun memutuskan untuk segera kembali ke Rotterdam malam itu juga, setelah menyelesaikan pekerjaan dan beberapa proyek disana. Sampai akhirnya dia bertemu Nata di bandara saat ingin mengambil penerbangan ke Rotterdam.
Disinilah Ibra sekarang, diranjangnya yang gagah, segagah dirinya, terbaring dan terlelap sambil melepas semua kisruh dan amarah di dada nya pada Brenda.
Sekilas kemudian dia teringat gadis culun yang ia jumpai di bandara, dan yang sebangku dengannya di pesawat.
" Gadis cupu, euhh, penampilannya pun jauh dibawah standar, hari gini masih ada orang yang rela menampilkan dirinya seperti itu, lalu untuk apa para desainer dunia mati-matian berinovasi dan berlomba mengerahkan ide-ide nya tentang sebuah fasion, dasar tidak mensyukuri nikmat Tuhan."
Ibra menggerutu dan mengejek Nata tiada henti, namun kembali memikirkan gadis itu.
" Hmm, sebenarnya dia cantik, lalu apa matanya sakit dan harus selalu menggunakan kaca mata edan itu, ahhhk, dasar perempuan cupu."
Akhirnya Ibra tertidur.
Pagi dan awal yang indah bagi seorang Natasha hari ini.Dengan langkah pasti setelah keluar dari basement apartemen tempat tinggalnya, penampilan khasnya yang tak pernah berubah dan entah kapan akan berubah itu justru tidak mengurangi rasa percaya dirinya, menurutnya penampilan itu hanyalah nomor sekian yang paling penting itu adalah isi kepala.Beda halnya kalau dibandingkan dengan Ibra, penampilan dan inteligent dua-duanya harus balance agar tercipta sebuah citra dan kharismatik seseorang. Tentu saja Ibra mengutamakan hal itu, secara dia memang seorang pemimpin dan pengusaha terkenal tepatnya adalah menggantikan posisi sang ayah di dunia bisnis. Dan diapun baru saja dipromosikan untuk itu.Wajar saja seorang Ibra akan menyombongkan dirinya apalagi jika sudah mengingat dirinya harus dibandingkan dengan Nata.Nata sudah sampai di kawasan Erasmus University Rotterdam, "Amazing", satu kata yang terucap saat menginjakkan kakinya disana, gedung kampus yang menjul
Sore itu disebuah kafe Royal yang berada di sudut kota Rotterdam, entah kenapa Nata tertarik untuk kesana setelah melihat di situs kafe-kafe apa saja yang ada dikota Rotterdam. Kebetulan kafe ini juga tidak terlalu jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Dan dia sengaja memilih tempat ini.Nata baru saja menyeruput capuccino drink ala Belanda di kafe itu sambil membaca kembali novel laga yang baru saja dikirim Maya melalui Watts up nya."Kamu baca dulu deh, pasti tertarik, dijamin pokoknya." Begitulah kata Maya di panggilan vc kemaren dengan dirinya saat menyuruh Nata membaca novel kirimannya.Sebelumnya di kediaman pribadi milik Ibra, maksudnya disebuah mansion mewah pembeliannya setelah satu bulan di promosikan oleh ayahnya, Ibra memenangkan tender besar dengan laba fantastis, tanpa mengundur waktu lagi dia memutuskan untuk mengambil mansion mewah yang merupakan salah satu bisnis propertinya itu.Ibra sedang duduk dipinggir kolam renang setelah puas berenang
"Bagaimana Morgan, apa kau menemukan alamat gadis itu?""Maaf Meneer, aku kehilangan jejaknya semenjak dari kafe kemaren.""Dasar payah, perempuan cupu itu aja kau masih kerepotan, masa iya bisa kehilangan jejak, bukannya kemaren saat dia pergi kau langsung mengejarnya?""Saya juga tidak habis pikir Meneer, tiba-tiba dia menghilang.""Kau pikir dia hantu apa, pakek menghilang segala hah?""Maksud saya, saya rasa dia bersembunyi Meneer, hampir setengah jam saya berputar-putar dan menelusuri kesetiap lorong dan tetap tidak menemukannya.""Pokoknya saya nggak mau tahu, dalam 24 jam kau harus menemukan siapa perempuan itu!"Tut! Tut! Tut!"Dasar orang kaya, maunya seenak jidatnya, coba aja cari sendiri belum tentu nemu juga tuh perempuan, memang hampir sama kayak hantu, tiba-tiba ngilang tanpa jejak." Morgan ngedumel sendiri sambil menyalakan mesin mobilnya untuk menjeput Ibra di Mansion.Flashback"Houuuufff, akhirnya aku beba
Nata baru saja selesai mandi dan melaksanakan sholat wajib. setelah selesai mandi semenjak kembali dari salon. Nata melepas lelah dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil membaca pemberitahuan dari kampus tentang jadwal materi besok. Nata pun tak lama tertidur.Keesokan hari di Mansion milik si Ibra tampan."Bagaimana Morgan, apa kau menemukan gadis itu?""Maaf Meneer, sepertinya aku minta waktu untuk mencari gadismu itu Meneer." Dalam hati sebenarnya Morgan mengejek Ibra karena tergila-gila pada gadis cupu yang tak berguna seperti Nata. Itu menurut Morgan."Apa alasan mu bilang kalau dia gadisku?" Tentu saja Ibra tidak senang dengan nada bicara Morgan barusan."Tidak Meneer, maksudku bukankah belakangan ini saya punya misi untuk melacak informasi tentang wanita itu, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bahwa kita tidak mengenal namanya, bagaimana kita melacak tentang dia Meneer.""Sudah, tidak usah mencari alasan, kalau saya tahu naman
Boby dan Janet beserta Nata memilih meja paling depan dengan memesan masing-masing menu pilihannya. Ketiga anak muda itu tengah asyik menikmati makan siang mereka.Sementara di meja paling pojok lima puluh meter dari meja mereka, Ibra dan Morgan pun sedang menikmati makan siangnya."Sejak kapan gadis itu berubah?" Ibra teringat Nata di potongan burger terakhirnya."Nah itu dia Meneer, saya juga nggak habis pikir, dan apa kita tidak salah orang?""Salah orang kepalamu?" Sambil menjitak jidat Morgan."Awww, kira-kira dong Meneer kalau otak saya beku ntar siapa yang mau ngasih info-info akurat buat Meneer?" Sambil mengusap-usap jidatnya."Hah, otakmu kan memang sudah lama beku kan?" Sambil meraih gelas yang berisi orange jus favorit nya, Ibra pun menyeruputnya hingga habis. Saat ditegukan terakhir dengan gelas yang masih di mulutnya, tanpa sengaja matanya pun berkelana keseluruh arah. Tiba-tiba Ibra terbatuk dan minuman yang hampir tertelan habis dal
Setibanya di mansion setelah mengantar Ibra, Morgan pun pamit untuk kekantor dengan mengendarai mobil nya yang sengaja diparkir saat Ibra memerintahkannya untuk mengendari mobil Ibra.Ibra dengan langkah pasti seperti selesai menemukan angka keberuntungan, dia masuk keruang kerja tempat biasa kemudian membuka laptopnya.Ibra pun membuka jejaring sosmed, baik Instagram maupun Twitter dan Facebook.Usaha Ibra pun tak sia-sia setelah menemukan Nata di Facebook, karena sebelumnya baik instagaram maupun Twitter dia tidak menemukan gadis itu."Dasar cupu, hmm tapi dia cantik dan pintar juga, sampai dikirim kesini." Sambil menggaruk-garuk dagunya. Ibra terus menggeser deretan foto yang ada di album milik Nata. Ibra hanya bisa senyam-senyum melihat foto-foto nata cupu.Telepon genggam Ibra bergetar, dia melihat nama Brenda di sana. Lalu meletakkan kembali handphonenya nya. Tidak lama kemudian bergetar lagi, namun kali ini yang masuk beberapa chatingan Watts App
"Kita belum berkenalan Nona, nama saya Aliando Erkan, boleh saya tahu nama anda?" Aliando pun mencoba membuka suara setelah pelayan itu pergi membawa catatan pesanan mereka."Saya Brenda, kekasih Ibrahim Sagar." Jawabnya singkat.Brenda masih jengkel dengan kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu. Dan dia sengaja membiarkan Aliando mengajaknya hingga sampai ke Kafe tempat dimana mereka sekarang."Saya mengerti anda sedang ditimpa masalah saat ini. Maaf bukan maksud saya ingin mencampuri urusan anda, tapi seperti yang saya lihat sepertinya Tuan Ibra tidak peduli lagi pada anda."Brenda pun menoleh kepada Aliando dengan mata menyelidik."Apa anda mengenal Ibra?"" Tentu saja saya mengenalnya, dia merupakan rekan bisnis saya juga." Jawab Aliando."Apa anda kesana ingin bertemu Ibra juga Tuan Aliando?" Brenda pun terpancing untuk memulai pembicaraan." Awalnya sih iya, tapi setelah melihat anda disana akhirnya saya memutuskan unt
Nata terlihat gugup saat melihat dirinya dikaca salon tempat yang dia datangi sebelumnya. Entah kenapa Nata masih memilih karyawan salon separo matang itu untuk merias dirinya, namanya ternyata Roderick.Roderick menyarankan Nata untuk menggunakan dress cream selutut, dan sepatu Cath coklat kemudian membiarkan rambut kembangnya terurai, namun sebelumnya sudah di blow dan ditata seapik mungkin oleh Roderick. Kemudian dengan make up ringan dan lipbalm pink. Hanya penampilan ringan tapi berhasil membuat Nata menjadi sangat cantik.Setelah menerima pengumuman dari profesor Thomas, bahwa nanti malam seluruh mahasiswa Pascasarjana di kelas Nata diminta untuk hadir diacara peresmian kerja sama pihak Erasmus dengan perusahaan Sagar corp dibidang properti dan edukasi. Tentu saja menjadi sebuah kehormatan bagi seluruh mahasiswa, belum genap seminggu menimba ilmu di Erasmus mereka sudah diundang untuk mengenal perusahaan ternama dan jajaran nya.Sore itu sekitar p
Brenda dan Aliando sedang merayakan pestanya hari ini, tiga tahun lebih mereka menghabiskan waktunya disebuah desa terpencil dan masih dalam kawasan Denhag. Tidak ada satupun yang menyadari keberadaan mereka termasuk keluarga Sagar. Selama itu pula Aliando dan Brenda melakukan sebuah penyamaran dan berhasil lolos saat pendeportasian keduanya dari pihak imigrasi dan bea cukai. Sehingga baik Ibra maupun Morgan mengira mereka betul-betul tidak berada lagi dinegara ini. Setelah mengumpulkan beberapa orang untuk dijadikan Tim kemudian mengirim salah satu antek-antek untuk bekerja di perusahaan Sagar yang memiliki kemampuan menyadap beberapa fungsi pusat yang ada di perusahaan tersebut sehingga menyebabkan kerugian dalam skala besar, Brenda dan Aliando berhasil menggelapkan beberapa harta kekayaan Sagar dan dialihkan ke bankir milik mereka, akibatnya saat ini hampir 50 persen Sagar Corp terancam koleb. Setelah berdiskusi panjang dengan tuan Allard dan Morga
"sayang bangun, aku butuh bantuanmu!" Nata baru saja terbangun karena tangisan Ken di box. "Hmm,ada apa?" Sambil memaksakan matanya yang masih mengantuk dan mameluk tubuh istrinya. "Sepertinya Ken haus dan minta susu, aku mau kau yang buatkan untuk putra kita Ibra!" "Kenapa tidak manyuruh Nany saja?" "Apa kau mau nany masuk kamar kita untuk mengambil Ken dan melihat kondisi kita saat ini?" "Biasanya kan kamu sayang." "Ibra!" Ibra pun terduduk dan mulai menyadari kenapa Nata menyuruhnya yang membuatkan susu untuk Ken. "Tuh kan kamu sama kayak pagi kemaren , semalam kamu yang selalu minta lebih dan sekarang lihat kondisimu." Ibra kembali dibuat gemas oleh tingkah Nata yang selalu tak berdaya setiap pagi oleh suaminya. Ibra pun segera mengambil piyamanya dan membuatkan susu untuk Kenzo. Tidak lama Ken pun kembali tertidur. Ibra yang harus kekantor hari ini setelah beberapa hari tid
Nata baru saja menidurkan Ken dibox besar yang bersebelahan dengan ranjangnya bersama Ibra. Tidak lama Ibra pun masuk dan mencium Ken yang baru saja terlelap."Kau sudah pulang, apa tadi bertemu dengan Maya?""Mereka baru saja sampai saat aku tiba disana, dan sepertinya kedua bucin itu sama-sama sedang kasmaran." Sambil menciumi leher istrinya."Ibra, aku minta tolong peringatkan Morgan, maksudku tolong batasi mereka, aku khawatir karena mereka kan belum menikah. Apalagi budaya barat dan kami di Indonesia berbeda.""Maksudmu apa kau takut mereka akan melakukan seperti yang kita alami dulu?" Ibra pun berhenti menciumi istrinya dan menatap lama wajah wanita itu.Ibra mengganti pakaian dengan piyama yang biasa ia gunakan dan langsung merebahkan tubuhnya tanpa merespon tubuh Nata yang sengaja mengenakan lingerie untuknya."Apa kau tidak mengajak istrimu ini berbaring bersamamu?" Nata mencoba mengiba dan pura-pura merajuk."Tentu tid
Morgan masih setia menemani Maya berjalan-jalan dan menikmati semua momen-momen yang disuguhkan kota itu untuknya hingga sore pun menjelang. Morgan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi, menurutnya lebih baik dia berterus terang sebelum terlambat. "Kenapa kita berhenti disini, bukankah Mansion tuan Allard masih jauh Morgan?" Maya heran tiba-tiba mobil berhenti dan melihat Morgan tersenyum dan menghadap kearahnya. "Sori, Maya apa boleh aku jatuh cinta padamu?" Morgan begitu to the poin. Maya tergagap tak percaya. Cup! Morgan mengecup bibir tanpa suara itu. Masih diam membuat Morgan semakin memperdalam kecupan kemudian melumatnya, Maya terhenyak dan membiarkan Morgan menjamah bibirnya hingga menyentuh pipi dan menjalar ke tengkuknya. Lalu Morgan kembali melepas tautan bibir mereka dan memandang lekat wajah gadis itu. "Apa kau mencintaiku Maya?" Sambil memandang lekat. "Maya ragu menjawab, walau
Maya hanya duduk manis sambil membaca katalog dan beberapa majalah yang topiknya kebanyakan tentang perusahaan Sagar dan beberapa Mansion Mewah yang dibawahnya tertera milik Sagar corp. Sementara Morgan yang masih berkutat didepan laptopnya sesekali mencuri pandang ke Maya yang masih setia menunggunya dari dua jam lalu. Kemudian Morgan pun menghampiri Maya yang duduk di sofa ruangan khusus untuk Morgan dari Sagar Corp. "Ehm, hai may sudah selesai membacanya?" "Aku tidak membacanya, dari tadi aku sibuk melihat-lihat Mansion mewah yang didirikan oleh perusahaan ini." "Apa kau tahu siapa yang merancang ide dari nuansanya?"?" "Siapa?" "Teman anda, nona Natasha, Hampir tiga tahun ini berkat kecerdasannya Sagar Corp berhasil menjadi Pioneer diseluruh Eropa dalam pembangunan Mansion, walau demikian Sagar Corp tetap yang nomor satu untuk penyuguhan Mansion termewah dan termahal. "Dia memang cerdas Morgan, dan aku sebagai temannya
Dikediaman Ibra, denting piring dan sendok beserta canda tawa terdengar bersahutan hingga ke taman belakang Mansion. Semua anggota keluarga sedang menikmati hidangan pagi di Mansion mewah itu. Maya pun mengutarakan niat untuk menunda kepulangannya sampai beberapa hari kedepan, dengan maksud ingin bersenang-senang dulu di negeri kincir tersebut. Tidak lama kemudian tuan dan nyonya Allard beserta Morgan pun muncul dari depan. "Selamat pagi semuanya, hai cucu grandma, apa kabar? Ben je oke baby?" Yang langsung mengambil Ken dari pangkuan Ibra. Kemudian tidak lupa saling berciuman dengan menantunya dan yang lainnya. "Nyonya, apa aku boleh bermain lagi ke Mansion anda? Kebetulan saya masih beberapa hari lagi disini, dan ingin melihat kincir angin raksasa." "Ohya, bagus dong dengan senang hati kalau begitu bagaimana kalau kamu tinggal dimansion kami aja lagian Mommy kan nggak ada teman. Boleh ya Nata?" Mommy pun memelas kepada Nata agar memp
Atas perintah Ibra, Morgan pun mengajak kedua gadis perawan itu untuk berkeliling kota Rotterdam dimalam hari. Morgan punya rencana membawa mereka kesalah satu distrik kota yang biasa di kunjungi pasangan muda-mudi, karena kawasan tersebut merupakan kawasan paling romantis. Walau gugup, namun Morgan bertekad akan mengajak Maya berbincang empat mata dengannya. Setelah memarkirkan mobilnya, Morgan pun mulai memandu mereka untuk masuk. Tiba-tiba kaki Maya tersandung hampir saja membuat nya jatuh, namun dengan sigap Morgan meraih tangan Maya hingga keduanya pun berpelukan. "Hampir saja, kamu lihat apa sehingga tidak lihat ada tiang di depan, untung saja bukan batu, kalau batu kan bisa terluka." "Sori, aku terlalu bersemangat dan hampir tidak melihat jalan." Jawab Maya agak malu. "Eh em, kita disini bertiga ya, nggak cuma lu berdua. Lebay amat sih elo may jalan kok nggak liat-liat, kalau yang lu tabrak orang gimana untung aja ada Morgan kan?"
Malam ini Ibra dan Nata mengajak keluarga Tita dan Maya bermalam dimansion nya setelah puas berada dimansion utama."MashaAllah Nat, laki lu kaya banget. Dan gue masih nggak abis pikir bisa-bisa nya lu tidur trus melahirkan anaknya sekaligus." Bisik Maya ke Nata saat hendak turun dari mobil."Hussh, pelan-pelan lu kalau ngomong dia ngerti lo bahasa kita.""Serius lo? Sejak kapan?""Udah, ntar ceritanya kalau udah kedalam. Lu tahu nggak gue juga baru ini masuk mansionnya.""What, apa gue nggak salah dengar nih?""Ngapain gue bohong, kan lu udah tahu jalan ceritanya, kalau kita baru saling tahu , setelah dia tahu siapa gue dan Ken trus langsung ngajak gue nikah.""Udah, jangan dibahas disini, kayak nggak ada tempat aja, ntar di dengar lo."potong Tita.Sambil menggendong putranya, ibra mempersilahkan Tita dan Maya masuk sambil menggandeng Nata.Tita dan Maya hanya tertegun dan takjub saat melangkah masuk melihat bangu
Ibra melajukan mobilnya siang itu dibawah terik matahari bersama Nata disebelahnya, dia tidak ingin seorang pun tahu apa yang dialami istrinya saat ini. Sama saja artinya dengan memperburuk reputasinya didepan keluarga dan siapapun anggota di mansion mereka termasuk Morgan. Nata pun terbangun karena terik matahari yang terpancar dari kaca mobil lalu mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat diwajah Ibra setelah menoleh kesamping kesebelah suaminya yang sangat tampan itu, Nata memandang lama wajah itu yang juga ikut memandangi nya namun hanya sebentar karena saat ini Ibra sedang menyetir sambil menggenggam tangan Nata. "Sayang kau sudah bangun, maafkan aku." Sambil mengecup tangan istrinya dan mata terus fokus kejalanan didepan. "Apa kita akan ke Mansion orang tuamu suamiku?" "Tentu, karena semua keluarga sedang menunggu kita untuk makan siang dan juga Ken." "Ken, bagaimana putaraku, apa dia baik-baik saja Ibra?" "Dia baik-baik