"Kita belum berkenalan Nona, nama saya Aliando Erkan, boleh saya tahu nama anda?" Aliando pun mencoba membuka suara setelah pelayan itu pergi membawa catatan pesanan mereka.
"Saya Brenda, kekasih Ibrahim Sagar." Jawabnya singkat.
Brenda masih jengkel dengan kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu. Dan dia sengaja membiarkan Aliando mengajaknya hingga sampai ke Kafe tempat dimana mereka sekarang.
"Saya mengerti anda sedang ditimpa masalah saat ini. Maaf bukan maksud saya ingin mencampuri urusan anda, tapi seperti yang saya lihat sepertinya Tuan Ibra tidak peduli lagi pada anda."
Brenda pun menoleh kepada Aliando dengan mata menyelidik.
"Apa anda mengenal Ibra?"
" Tentu saja saya mengenalnya, dia merupakan rekan bisnis saya juga." Jawab Aliando.
"Apa anda kesana ingin bertemu Ibra juga Tuan Aliando?" Brenda pun terpancing untuk memulai pembicaraan.
" Awalnya sih iya, tapi setelah melihat anda disana akhirnya saya memutuskan unt
Nata terlihat gugup saat melihat dirinya dikaca salon tempat yang dia datangi sebelumnya. Entah kenapa Nata masih memilih karyawan salon separo matang itu untuk merias dirinya, namanya ternyata Roderick.Roderick menyarankan Nata untuk menggunakan dress cream selutut, dan sepatu Cath coklat kemudian membiarkan rambut kembangnya terurai, namun sebelumnya sudah di blow dan ditata seapik mungkin oleh Roderick. Kemudian dengan make up ringan dan lipbalm pink. Hanya penampilan ringan tapi berhasil membuat Nata menjadi sangat cantik.Setelah menerima pengumuman dari profesor Thomas, bahwa nanti malam seluruh mahasiswa Pascasarjana di kelas Nata diminta untuk hadir diacara peresmian kerja sama pihak Erasmus dengan perusahaan Sagar corp dibidang properti dan edukasi. Tentu saja menjadi sebuah kehormatan bagi seluruh mahasiswa, belum genap seminggu menimba ilmu di Erasmus mereka sudah diundang untuk mengenal perusahaan ternama dan jajaran nya.Sore itu sekitar p
Disebuah kamar nan megah, dengan dekor dan furniture bernuansa Eropa, kedua pasangan tak halal itu masih meringkuk dibalik selimut, keduanya masih terlelap dengan kondisi tanpa busana dan saling berpelukan. Mentari pagi mulai menyeruak menembus jendela dan memancarkan kilau nya ke wajah Ibra. Ibra pun menggeliat dan terbangun. Namun apa, saat mengangkat tangannya dia merasa ada yang menghimpit dan menahan tangannya. Ibra pun membuka mata dengan paksa, rasanya dia baru saja tertidur setelah pergulatan panjang bersama Nata semalam. Ibra membelalakkan mata setelah apa yang ia lihat, disebelahnya, ya siapa lagi kalau bukan si gadis yang ia anggap cupu dan saat ini tidur memeluknya kemudian menyingkap sedikit selimutnya, dan tanpa busana.dengan tubuh tanpa busananya menempel erat di dada Ibra. "Oh God, apa yang kulakukan padanya?" Ibra mencoba menetralisir perasaan dan emosinya. Tidak lama tubuh Nata bergerak dan dia pun mencoba menggeliatkan tubuhnya. Ras
Mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya menuju kediaman Ibra. Kondisi Ibra membuat Morgan berinisiatif membawanya ke mansion. "Meneer, kita sudah sampai, apa kau tidak ingin turun dan beristirahat?" Pertanyaan Morgan seolah dia tahu kalau Ibra semalaman tidak tidur melainkan sedang melakukan pergulatan panjang. "Apa kau sedang menertawai ku Morgan?" Ibra terpancing dengan bahasa Morgan yang penuh selidik itu. "Tidak Meneer, saya hanya bermaksud agar anda segera mandi lalu sarapan dan setelah itu, yaa menurut saya anda lebih tahu apa langkah anda selanjutnya untuk masalah ini." Ibra berlalu tanpa menggubris apa yang dijelaskan Morgan padanya. "Morgan, terima kasih sudah membantuku." Tiba-tiba Ibra membalikkan badannya sebelum membuka pintu kamarnya, dan mengucapkan terima kasih pada Morgan. "Sudah tugasku Meneer, oh ya sebelumnya saya juga minta maaf tanpa izinmu di event semalam, saya terpaksa mewakilkan anda di panggu
Pagi ini setelah satu bulan berlalu, semenjak Cinta satu malam antara Ibra dan Nata di Hotel Slaak. Dikediaman Ibra, Mansion mewah yang dikolaborasi dengan nuansa Dubai dan Eropa itu seluruh anggota keluarga berkumpul. Tuan Allard dan Nyonya Barend berserta kerabat lainnya sengaja berkunjung membezuk Ibra yang terbaring lemah akibat kurang cairan.Sudah hampir seminggu ini Ibra mengalami mual dan muntah, setiap yang ia minum dan makan akan keluar lagi, tentu saja semakin hari Ibra semakin lemah dan sudah seminggu ini pula seluruh tanggung jawabnya di kantor di cover oleh Morgan. Untung saja Morgan dengan cekatan berupaya semaksimal mungkin agar semuanya berjalan semestinya.Seluruh keluarga sempat bingung dengan penyakit yang diderita oleh Ibra. Begitu juga dengan dokter Frans, sebagai dokter menurutnya Ibra seperti mengalami emesis gravidarum atau yang biasa kita dengar morning sickness. Dan biasanya itu hanya diderita oleh wanita hamil di trimester awal kehamilan.
Tiga bulan kemudian setelah melewati berbagai rangkaian materi dan uji lapangan melalui hasil teorinya, Nata akhirnya resmi terpilih untuk bergabung dengan Sagar corp.Nata lega, akhirnya dia bisa menabung dari gaji yang ia peroleh untuk membiayai proses bersalinnya nanti. Kandungan Nata saat ini sudah melewati trimester awal, tepatnya tiga bulan lebih. Dan diapun juga baru dipromosikan oleh perusahaan Sagar untuk menduduki bagian pengawasan properti kota.Begitu pula dengan Ibra, kondisinya nya sudah mulai stabil dan tidak pernah mengalami morning sickness lagi. Sampai saat ini pun baik Morgan dan Ibra belum menyadari tentang kehamilan Nata. Pasalnya tidak ada sedikitpun tanda-tanda kehamilan yang didapat dari hasil pengintaian Morgan selama ini, jadi mereka berdua pun yakin, kalau Ibra hanya mengalami sakit dan bermasalah pada pencernaan saja, dan menganggap dokter Frans berhalusinasi tentang diagnosanya waktu itu.Awalnya Nata sempat heran,selama dua bu
Napas keduanya pun bersahutan dan saling memandang kedalam mata masing-masing."Tidak, aku harus pergi!" Tiba-tiba Nata teringat dengan Ken dan Nany di apartemen."Kita akan pulang bersama, aku akan mengantarmu!" Ibra tak kalah sengit."Kekonyolan apa lagi ini, apa kau ingin melihat kedua orang tuamu shock melihat mu denganku?""Mereka juga menginginkan pernikahan kita ." Jawab Ibra enteng."Cukup Meneer, aku sudah cukup lelah dengan keadaanku, aku mohon jangan kau ganggu hidupku lagi." Nata pun kembali menangisi nasibnya. Ibra mengangkat tubuh itu turun dan kembali menciuminya. Nata dibuat semakin menangis oleh ibra.Ibra tidak peduli. Satu hal yang ibra inginkan, dia ingin memeluk tubuh Nata hingga esok hari dan terbangun bersama seperti tiga tahun lalu. Ibra merindukan Nata, tepatnya dia sangat mencintai wanita itu.Nata berusaha melepaskan ciuman itu, namun Ibra semakin memperdalam."Maafkan aku nata. Aku akui kesalah
Seperti biasa, setiap bangun pagi Ken memanggil Nany atau Mommy Nata untuk dibuatkan susu. Namun kali ini berbeda, ketika Ken bangun dan membuka matanya, balita tampan itu merasa ada yang memeluk tubuh kecilnya kemudian menoleh ke samping."Daddy! Daddy! Daddy!" Kemudian menggerakkan tubuhnya dan memeluk Ibra dengan caranya.Ibra pun terbangun, seperti ada yang sedang mengusik tidurnya, dan membuka mata. Ibra tersenyum dan bercampur haru, saat terbangun ada pria kecil yang tidak kalah tampan darinya sedang membangunkannya. Ibra meraih tubuh mungil itu dan menciumnya bertubi-tubi, Ken terkekeh geli dan ngakak, karena ulah Ibra yang mencium dan sesekali menggelitiknya.Nany yang baru saja bangun dengan buru-buru menuju kamar Ken seperti biasa akan membuatkan Ken susu tiba-tiba mengurungkan niatnya." Ternyata teman pria nyonya masih disini dan tidur dikamar Ken. Siapa pria ini, apa jangan-jangan ayah kandung Ken?" Nany bertanya-tanya dihat
"Ini mansion siapa Meneer, sepertinya aku pernah lihat, tapi dimana ya, kita akan menemui siapa disini, apa kita sudah punya janji dengan pemiliknya?" Nata heran, setelah Ibra menghentikan mobil mereka disebuah Mansion yang tidak kalah mewah dari Mansion-mansion yang ia temui selama ini."Sudah." Jawab Ibra singkat. Sambil membuka pintu untuk turun.Lalu membukakan pintu untuk Nata dan menggenggam tangannya lagi sambil memeluk pinggangnya dari samping, Ibra terus menuntun Nata hingga ke lantai dua dan menuju sebuah kamar.Para art di mansion Ibra tidak ingin mengusik ketenangan majikannya, mereka semua sudah diberi tahu oleh Morgan sebelumnya agar tidak mengganggu Meneer mereka saat ia kembali pagi ini.Keduanya sudah berada dikamar Ibra, pria itu kembali mengunci kamarnya dan melepas semua pakaian ditubuhnya."Meneer, apa sebaiknya aku tunggu diluar saja?""Kenapa harus diluar, bukankah kita sedang berada dikamar mu juga?'"Kamarku?
Brenda dan Aliando sedang merayakan pestanya hari ini, tiga tahun lebih mereka menghabiskan waktunya disebuah desa terpencil dan masih dalam kawasan Denhag. Tidak ada satupun yang menyadari keberadaan mereka termasuk keluarga Sagar. Selama itu pula Aliando dan Brenda melakukan sebuah penyamaran dan berhasil lolos saat pendeportasian keduanya dari pihak imigrasi dan bea cukai. Sehingga baik Ibra maupun Morgan mengira mereka betul-betul tidak berada lagi dinegara ini. Setelah mengumpulkan beberapa orang untuk dijadikan Tim kemudian mengirim salah satu antek-antek untuk bekerja di perusahaan Sagar yang memiliki kemampuan menyadap beberapa fungsi pusat yang ada di perusahaan tersebut sehingga menyebabkan kerugian dalam skala besar, Brenda dan Aliando berhasil menggelapkan beberapa harta kekayaan Sagar dan dialihkan ke bankir milik mereka, akibatnya saat ini hampir 50 persen Sagar Corp terancam koleb. Setelah berdiskusi panjang dengan tuan Allard dan Morga
"sayang bangun, aku butuh bantuanmu!" Nata baru saja terbangun karena tangisan Ken di box. "Hmm,ada apa?" Sambil memaksakan matanya yang masih mengantuk dan mameluk tubuh istrinya. "Sepertinya Ken haus dan minta susu, aku mau kau yang buatkan untuk putra kita Ibra!" "Kenapa tidak manyuruh Nany saja?" "Apa kau mau nany masuk kamar kita untuk mengambil Ken dan melihat kondisi kita saat ini?" "Biasanya kan kamu sayang." "Ibra!" Ibra pun terduduk dan mulai menyadari kenapa Nata menyuruhnya yang membuatkan susu untuk Ken. "Tuh kan kamu sama kayak pagi kemaren , semalam kamu yang selalu minta lebih dan sekarang lihat kondisimu." Ibra kembali dibuat gemas oleh tingkah Nata yang selalu tak berdaya setiap pagi oleh suaminya. Ibra pun segera mengambil piyamanya dan membuatkan susu untuk Kenzo. Tidak lama Ken pun kembali tertidur. Ibra yang harus kekantor hari ini setelah beberapa hari tid
Nata baru saja menidurkan Ken dibox besar yang bersebelahan dengan ranjangnya bersama Ibra. Tidak lama Ibra pun masuk dan mencium Ken yang baru saja terlelap."Kau sudah pulang, apa tadi bertemu dengan Maya?""Mereka baru saja sampai saat aku tiba disana, dan sepertinya kedua bucin itu sama-sama sedang kasmaran." Sambil menciumi leher istrinya."Ibra, aku minta tolong peringatkan Morgan, maksudku tolong batasi mereka, aku khawatir karena mereka kan belum menikah. Apalagi budaya barat dan kami di Indonesia berbeda.""Maksudmu apa kau takut mereka akan melakukan seperti yang kita alami dulu?" Ibra pun berhenti menciumi istrinya dan menatap lama wajah wanita itu.Ibra mengganti pakaian dengan piyama yang biasa ia gunakan dan langsung merebahkan tubuhnya tanpa merespon tubuh Nata yang sengaja mengenakan lingerie untuknya."Apa kau tidak mengajak istrimu ini berbaring bersamamu?" Nata mencoba mengiba dan pura-pura merajuk."Tentu tid
Morgan masih setia menemani Maya berjalan-jalan dan menikmati semua momen-momen yang disuguhkan kota itu untuknya hingga sore pun menjelang. Morgan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi, menurutnya lebih baik dia berterus terang sebelum terlambat. "Kenapa kita berhenti disini, bukankah Mansion tuan Allard masih jauh Morgan?" Maya heran tiba-tiba mobil berhenti dan melihat Morgan tersenyum dan menghadap kearahnya. "Sori, Maya apa boleh aku jatuh cinta padamu?" Morgan begitu to the poin. Maya tergagap tak percaya. Cup! Morgan mengecup bibir tanpa suara itu. Masih diam membuat Morgan semakin memperdalam kecupan kemudian melumatnya, Maya terhenyak dan membiarkan Morgan menjamah bibirnya hingga menyentuh pipi dan menjalar ke tengkuknya. Lalu Morgan kembali melepas tautan bibir mereka dan memandang lekat wajah gadis itu. "Apa kau mencintaiku Maya?" Sambil memandang lekat. "Maya ragu menjawab, walau
Maya hanya duduk manis sambil membaca katalog dan beberapa majalah yang topiknya kebanyakan tentang perusahaan Sagar dan beberapa Mansion Mewah yang dibawahnya tertera milik Sagar corp. Sementara Morgan yang masih berkutat didepan laptopnya sesekali mencuri pandang ke Maya yang masih setia menunggunya dari dua jam lalu. Kemudian Morgan pun menghampiri Maya yang duduk di sofa ruangan khusus untuk Morgan dari Sagar Corp. "Ehm, hai may sudah selesai membacanya?" "Aku tidak membacanya, dari tadi aku sibuk melihat-lihat Mansion mewah yang didirikan oleh perusahaan ini." "Apa kau tahu siapa yang merancang ide dari nuansanya?"?" "Siapa?" "Teman anda, nona Natasha, Hampir tiga tahun ini berkat kecerdasannya Sagar Corp berhasil menjadi Pioneer diseluruh Eropa dalam pembangunan Mansion, walau demikian Sagar Corp tetap yang nomor satu untuk penyuguhan Mansion termewah dan termahal. "Dia memang cerdas Morgan, dan aku sebagai temannya
Dikediaman Ibra, denting piring dan sendok beserta canda tawa terdengar bersahutan hingga ke taman belakang Mansion. Semua anggota keluarga sedang menikmati hidangan pagi di Mansion mewah itu. Maya pun mengutarakan niat untuk menunda kepulangannya sampai beberapa hari kedepan, dengan maksud ingin bersenang-senang dulu di negeri kincir tersebut. Tidak lama kemudian tuan dan nyonya Allard beserta Morgan pun muncul dari depan. "Selamat pagi semuanya, hai cucu grandma, apa kabar? Ben je oke baby?" Yang langsung mengambil Ken dari pangkuan Ibra. Kemudian tidak lupa saling berciuman dengan menantunya dan yang lainnya. "Nyonya, apa aku boleh bermain lagi ke Mansion anda? Kebetulan saya masih beberapa hari lagi disini, dan ingin melihat kincir angin raksasa." "Ohya, bagus dong dengan senang hati kalau begitu bagaimana kalau kamu tinggal dimansion kami aja lagian Mommy kan nggak ada teman. Boleh ya Nata?" Mommy pun memelas kepada Nata agar memp
Atas perintah Ibra, Morgan pun mengajak kedua gadis perawan itu untuk berkeliling kota Rotterdam dimalam hari. Morgan punya rencana membawa mereka kesalah satu distrik kota yang biasa di kunjungi pasangan muda-mudi, karena kawasan tersebut merupakan kawasan paling romantis. Walau gugup, namun Morgan bertekad akan mengajak Maya berbincang empat mata dengannya. Setelah memarkirkan mobilnya, Morgan pun mulai memandu mereka untuk masuk. Tiba-tiba kaki Maya tersandung hampir saja membuat nya jatuh, namun dengan sigap Morgan meraih tangan Maya hingga keduanya pun berpelukan. "Hampir saja, kamu lihat apa sehingga tidak lihat ada tiang di depan, untung saja bukan batu, kalau batu kan bisa terluka." "Sori, aku terlalu bersemangat dan hampir tidak melihat jalan." Jawab Maya agak malu. "Eh em, kita disini bertiga ya, nggak cuma lu berdua. Lebay amat sih elo may jalan kok nggak liat-liat, kalau yang lu tabrak orang gimana untung aja ada Morgan kan?"
Malam ini Ibra dan Nata mengajak keluarga Tita dan Maya bermalam dimansion nya setelah puas berada dimansion utama."MashaAllah Nat, laki lu kaya banget. Dan gue masih nggak abis pikir bisa-bisa nya lu tidur trus melahirkan anaknya sekaligus." Bisik Maya ke Nata saat hendak turun dari mobil."Hussh, pelan-pelan lu kalau ngomong dia ngerti lo bahasa kita.""Serius lo? Sejak kapan?""Udah, ntar ceritanya kalau udah kedalam. Lu tahu nggak gue juga baru ini masuk mansionnya.""What, apa gue nggak salah dengar nih?""Ngapain gue bohong, kan lu udah tahu jalan ceritanya, kalau kita baru saling tahu , setelah dia tahu siapa gue dan Ken trus langsung ngajak gue nikah.""Udah, jangan dibahas disini, kayak nggak ada tempat aja, ntar di dengar lo."potong Tita.Sambil menggendong putranya, ibra mempersilahkan Tita dan Maya masuk sambil menggandeng Nata.Tita dan Maya hanya tertegun dan takjub saat melangkah masuk melihat bangu
Ibra melajukan mobilnya siang itu dibawah terik matahari bersama Nata disebelahnya, dia tidak ingin seorang pun tahu apa yang dialami istrinya saat ini. Sama saja artinya dengan memperburuk reputasinya didepan keluarga dan siapapun anggota di mansion mereka termasuk Morgan. Nata pun terbangun karena terik matahari yang terpancar dari kaca mobil lalu mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat diwajah Ibra setelah menoleh kesamping kesebelah suaminya yang sangat tampan itu, Nata memandang lama wajah itu yang juga ikut memandangi nya namun hanya sebentar karena saat ini Ibra sedang menyetir sambil menggenggam tangan Nata. "Sayang kau sudah bangun, maafkan aku." Sambil mengecup tangan istrinya dan mata terus fokus kejalanan didepan. "Apa kita akan ke Mansion orang tuamu suamiku?" "Tentu, karena semua keluarga sedang menunggu kita untuk makan siang dan juga Ken." "Ken, bagaimana putaraku, apa dia baik-baik saja Ibra?" "Dia baik-baik