Beranda / Romansa / My Favorit Servant / Bab 63. Seakan Di Telan Bumi

Share

Bab 63. Seakan Di Telan Bumi

Penulis: Ainin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tangannya bergetar tak percaya hingga menjatuhkan alat testpack yang di pegangnya. Bahkan tubuhnya bergetar dengan menggigit jari-jari tangannya dan menatap kosong kearah depan. 

"Po-positif? Bagaimana bisa apa ini terjadi sama seperti yang di katakan pegawai apotek tadi? Aku, hamil?" 

Arinda menggeleng kuat, bahkan tubuhnya melorot jatuh. Memeluk lututnya, gadis bersurai cokelat itu menangis. Seluruh tubuhnya bergetar dengan sesenggukan yang semakin kuat. 

"Bagaimana ...? Bagaimana ini bisa terjadi? Kejadian itu sudah lama sekali, kenapa aku harus hamil?!" Meraung tertahan, dia tak bisa berpikir lagi. Hanya tangisan kehancuran yang keluar dari mulutnya, isak dan air mata mengiringinya sepanjang malam ini. 

"Bagaimana bisa ...? Bagaimana bisa ...? Kenapa kau melakukan ini padaku Deondra! Kenapa?" Tangisnya semakin menjadi, dia hancur, tak lagi punya masa depan. "Bagaimana aku akan menghadapi hari-hariku kedepannya? Ayah, Reta, Om Jack

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Favorit Servant   Bab 64. Bertemu Sudash

    Arinda terbangun saat merasakan tetes-tetes air menyentuh kakinya. Seperti orang linglung, dia mengerjabkan matanya berulang, memastikan ruangan tempatnya terjaga."Kamar mandi?" gumamnya, lalu menatap kearah samping.Disana ada testpack yang tergeletak, membuat tangannya terulur dan menggapainya.Gadis itu menutup mulutnya menahan tangis. Testpack itu benar-benar nyata. Dia tidak bermimpi, dia benar-benar hamil."Kenapa? Seharusnya ini mimpi saja. Aku tidak seharusnya mengalami hal seperti ini," ucapnya lirih.Mual kembali menerpanya, membuatnya bangkit dan memuntahkan semua yang ingin keluar dari perutnya. Tidak ada apapun, hanya air bening yang keluar dan menyebabkan lehernya sakit.Menangis lagi, dia membasuh wajahnya dengan air mata yang tetap mengalir. Bersanggakan wastafel, dia menahan tubuhnya agar tidak jatuh."Aku akan memastikannya ke dokter. Aku akan pergi."Melangkah

  • My Favorit Servant   Bab 65. Anggota Keamanan

    Arinda belum menjawab. Hanya tangis dan kehancuran yang di tampilkannya dari sorot mata sebagai jawaban.Sudash mengepalkan tangannya erat. Dia tak tega melihatnya menangis! Hal ini mengingatkannya pada sang Adik yang sudah lama tak di temuinya. Saat sang adik menangis dan mengadu padanya. Dia akan mengelap ingus dan air mata yang berantakan di wajahnya."Tuan tidak akan percaya. Tidak akan ada yang percaya dengan apa yang menimpa saya. Bahkan Tuan Muda sekalipun," ujar Arinda, sesak dan lirih.Seperti di remas sesuatu, hati Sudash seperti berdenyut. "Apa yang sudah menimpamu, Arinda? Kenapa kau begitu hancur?" batinnya, masih memperhatikan Arinda yang menangis terisak.Setengah jam diam dengan mendengar suara tangisan Arinda. Sudash membiarkannya mengeluarkan sesak yang mungkin menyiksa dadanya. Menurut yang dia pelajari, jangan halangi wanita yang menumpahkan kesedihan dengan tangis. Walaupun tulang rusuk mereka lebih banyak dari

  • My Favorit Servant   Bab 66. Bangun

    Arinda menggeliat nyaman di atas ranjang, memiringkan tubuhnya, dia menatap jam di atas nakas."Jam sepuluh," gumamnya sambil menguap. "Lama juga aku tidur."Beringsut bangkit, Arinda menatap kamar mewah yang di tempatinya. Dia ingat, menjelang subuh tadi dia bertemu dengan Sudash, hingga akhirnya sampai dan tidur di sini. Suara perutnya terdengar penanda lapar dan itu membuatnya teringat sesuatu."Aku benar-benar hamil?" ujarnya pelan, menatap perutnya yang masih langsing.Mengusap wajahnya, dia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Seorang pelayan mengandung anak majikannya? Apakah tidak ada fitnah yang lebih nyata daripada ini? Bagaimana dia akan hidup kedepannya dengan cabang bayi di dalam perutnya? Apakah Deondra juga percaya jika dia mengatakannya?Tetes demi tetes air mata mengalir membasahi wajahnya. Sakit, itu yang dia rasakan kembali. Luka lamanya saja belum sembuh, sekarang begitu banyak luka yang bert

  • My Favorit Servant   Bab 67. Kompensasi

    "Tuan ...," ujarnya tersimpuh jatuh, di hadapannya Deondra tengah duduk di kursi kebesaran.Sorot mata tajam menatapnya, membuat Arinda menundukkan kepalanya menahan takut.Tiga pasukan yang membawanya menekan bahunya agar bersimpuh. Lalu beranjak keluar meninggalkannya. Pasukan senior yang diutus untuk menangkapnya, pasukan yang langsung menyeretnya hingga terlempar di depan Sang Tuan Muda seperti saat ini.Dia terbukti melarikan diri, dengan alasan bahwa dia mengunjungi ayahnya. Pasukan keamanan yang berjaga di lantai tempat ayahnya di rawat seakan tak mampu untuk mengatakan yang sebenarnya. Dia kasihan dan juga menyesal telah melaporkannya. Alhasil, gadis muda itu di bawa paksa bahkan sebelum tahu kondisi ayahnya yang baru bangun sejak lima bulan koma."Puas kau lari dariku?" tanyanya dingin, menatap kepala Arinda yang tengah menunduk.Sejujurnya saat ini dia masih hangover, hanya saja dia bisa menguasai tubuhnya da

  • My Favorit Servant   Bab 68. Jangan Menangis Sendiri Lagi

    Arinda sampai di halaman setelah berjalan melewati para pegawai di dalam gedung ini. Berselisih dengan seorang wanita berjas dan rok selutut, wajahnya datar menatap Arinda dari atas sampai bawah."Apa?" Arinda bertanya tak senang, saat wanita itu seakan sengaja menghalangi langkahnya.Tatapan mereka beradu, sebelum akhirnya wanita yang terlihat mapan itu tersenyum. Dia mengulurkan tangan dengan wajah yang berubah menjadi ramah."Selamat, Nona. Anda berhasil memasuki ruangan tertinggi di gedung ini. Anda adalah wanita kedua yang pernah memasukinya setelah Nona Anne," ucapnya sopan, penuh penghargaan.Arinda menyipit, menatapnya malas. Dia melepaskan tautan tangannya yang di jabat wanita itu sambil menghembuskan napas kasar."Aku tak pernah berniat memasukinya, mereka yang memaksaku!" ujarnya, menunjukkan beberapa pasukan yang masih berkeliaran di sekitar halaman."Walaupun begitu, selamat. Saya akan mengant

  • My Favorit Servant   Bab 69. Memutar Balikkan Fakta

    Lama keduanya berdiam diri dalam keadaan berpelukan. Arinda menahan kantuk yang menyerangnya dengan mengerjabkan mata. Dia mendongak, menatap ayahnya yang seperti sedang tertidur."Tidurlah, Ayah .... Arin janji akan datang lagi, kita akan kemoterapi dan membuat ayah bisa berjalan," gumamnya sambil mengusap pipi ayahnya yang terdapat luka bakar di sana.Luka itu sudah mengering, ayahnya mendapat perawatan dengan baik dari pihak rumah sakit ini. Karena mereka seakan menghargai perjuangannya yang rela melepaskan diri dari kuliah hanya untuk menjadi pelayan. Banyak suster yang membicarakannya, mereka kagum dengan perjuangan Arinda yang jika di lakukan bukanlah suatu yang mudah.Arinda bergerak, bangkit melepaskan pelukannya. Mata ayahnya juga terbuka saat menyadari itu, dia menatap anaknya yang sedang memakai tas."Kamu mau kemana?"Arinda menoleh, tak menyangka bahwa ayahnya bangun. Menatap mata ayahnya, dia menunduk dan

  • My Favorit Servant   Bab 70. Maaf Yang Tak Terucap

    Merebahkan tubuhnya di atas ranjang, Arinda menatap langit-langit yang masih sama seperti beberapa bulan terakhir. Dia menghela napas, seraya mengarahkan tangannya keatas perut dan mengusapnya pelan. "Apakah kamu memang ada?" Pertanyaan ragu kembali dia lontarkan kesekian kalinya. Sekali lagi wanita itu menghela napasnya berat, seakan menanggung beban yang tak tertahankan. "Jika memang ada, Bunda mohon jangan tunjukkan apapun tentang keberadaanmu pada orang-orang di rumah ini. Ayahmu, Bunda membencinya, Nak .... Dia bukan pria yang bertanggung jawab, buktinya sampai sekarang dia tak pernah meminta maaf," ucapnya dengan air mata yang mulai berurai. "Bunda akan membuatmu hadir ke dunia ini. Mungkin kamu lahir karena kesalahan, mungkin kamu hadir karena kelemahan Bunda. Hanya saja Bunda janji, kelemahan dan kesalahan itu takkan pernah kamu alami." "Bunda dan Kakekmu akan melakukan apapun padamu nanti. Kita akan hidup sederhana saja, di

  • My Favorit Servant   Bab 71. Sebuah Keuntungan

    Seminggu setelah kejadian itu, Arinda tetap tak peduli padanya. Gadis itu semakin menjauh, semakin membentangkan tembok tak kasat mata yang membuat mereka tak bisa bersisian.Seperti malam ini, Deondra menatapnya dari atas hingga bawah. Gadis itu tampak santai untuk berpamitan padanya bahwa dia akan pulang dan tidur di rumahnya. Sebenarnya bukan rumah, melainkan rumah sakit. Di samping tempat tidur ayahnya, gadis itu biasa tidur di sofa seperti malam-malam sebelumnya."Biar aku mengantarmu.""Tidak perlu, anda majikan bukan sopir pribadi saya. Permisi, Tuan Muda."Mereka yang memang berpapasan di ruang tamu membuat gadis itu pamit sebentar. Saat mendengar jawaban Tuan Mudanya barusan, tak ada yang dia katakan selain sebuah kalimat yang semakin membentangkan jarak.Setelah ini, Deondra hanya bisa naik ke kamarnya dan menuju balkon. Dari sana dia bisa melihat tubuh gadis mungil itu timbul tenggelam di kegelapan malam. Sebenarn

Bab terbaru

  • My Favorit Servant   106. Selai Strawberry (End)

    Seharian Arinda tidak keluar, karena dia malu jika bertemu dengan Ayah, Kakak ipar dan suami kakak iparnya itu. Dia juga kesulitan berjalan, akibat serangan Deondra yang tidak ada habisnya. Kuatnya tenaga Deondra saat melakukan percintaan, membuat Arinda kelelahan. Hingga akhirnya dia kembali tertidur dan berakhir di depan televisi sambil mengemil dan meminum susu kehamilan. Serial kartun anak-anak yang di tontonnya cukup menarik. Matanya sampai tak berkedip, menatap televisi lebar di hadapannya. Deondra yang ada di sofa yang sama hanya menggeleng pelan melihat tontonan istrinya. Dia sendiri membuka laptop dan mengerjakan beberapa pekerjaannya. "Coba lihat ini, Sayang." Deondra bersuara, menarik jaket bulu yang dipakai istrinya itu. "Apa itu?" Mengalihkan pandangan dari televisi, Arinda melihat sebuah destinasi wisata alam terbuka. Beberapa villa di atas bukit tinggi juga tampak indah. Tapi dia seakan kurang suka dengan

  • My Favorit Servant   Bab 105. Menyatu (21+)

    Pagi hari di kamar pengantin, Arinda mulai mengerjabkan matanya perlahan. Menatap dada bidang yang ada di hadapannya. Dia tahu itu dada siapa, dada Tuan Muda yang sudah menjadi suaminya. Dia masih ingat semalam mereka baru menikah dan tadi malam Deondra melakukan ciuman panjang dan panas padanya. Namun, pria itu pengertian. Dia tak melanjutkan kegiatannya dan memintanya istirahat. Dia tahu bahwa Arinda kelelahan dan itu tidak baik untuk kesehatan istri dan anaknya.Tersenyum kecil, Arinda mendongak untuk melihat wajah suaminya yang masih tertidur. Perlahan dia melepaskan pelukan erat Deondra dan beranjak duduk.Pukul setengah enam pagi. Biasanya dia akan bangun lebih cepat, tapi karena tubuhnya yang lelah akibat pesta, membuatnya bangun lebih lama. Nyamannya tidur malam ini membuatnya terlelap lebih cepat. Saat bangun tubuhnya terasa lebih segar. Lelah yang di rasakannya semalam berkurang banyak.Dia merenggangkan tubuh untuk mengendurkan ototn

  • My Favorit Servant   104. Pernikahan

    Arinda sudah bangun sejak subuh. Lima orang dari salon yang sudah dua hari ini merawatnya, membantunya menyiapkan diri. Arinda seakan di permak, dari ujung rambut sampai ujung kuku kakinya di bersihkan dan di poles. Tak ada satupun inci tubuhnya yang terlewat. "Jam berapa acaranya akan di mulai?" Frianca, ibunya Reta bertanya. Sedari tadi dia dan anaknya duduk di ranjang Arinda, mengawasi perias pengantin yang mendandani Arinda. "Jam sebelas Nyonya Muda sudah harus menaiki Altar. Kurang lebih satu jam setengah lagi kita sudah harus sampai di sana." Frianca mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari salah satu staff sekretaris yang turut mengawasi persiapan untuk pengantin wanita. Dia yang di beri tanggung jawab oleh Deondra untuk memastikan semua persiapannya sempurna. Termasuk dalam riasan dan mengantarkan Arinda ke tempat acara pernikahan. Arinda terdiam selama proses merias. Dia menatap pantulan cermin yang menampilk

  • My Favorit Servant   Bab 103. Menuju Pernikahan

    Memasuki sebuah mobil yang terparkir di seberang jalan, dia membawanya pergi dari sana.Selama di negara bagian selatan setelah Tuan Mudanya memindahtugaskanya, Riza bertemu dengan orang baru. Orang-orang yang paham bisnis dan pintar dalam mengembangkan usaha.Dua bulan dia di sana, salah satu temannya mengajaknya untuk membuka bisnis kuliner. Kebetulan Riza pandai memasak, bakat peninggalan setelah dia menjadi pelayan selama delapan bulan di rumah Deondra. Menggunakan hal itu, dia menerima ajakan temannya dan mulai terjun dalam dunia bisnis perkulineran. Dan bisnis barunya di terima dengan baik di kalangan rakyat negara itu, hingga saat ini mulai naik.Sampai di depan gerbang pemakaman tingkat tinggi, Riza memarkirkan mobilnya dan menemui seseorang yang di hormatinya itu."Saya sudah melakukan perintah Anda, Tuan Muda." Melepaskan alat penyadap di telinganya yang sengaja dia pasang atas perintah Deondra.Deondra terse

  • My Favorit Servant   Bab 102. Riza

    Deondra duduk di depan Recath, sambil menikmati teh hangat buatan Arinda.Menatap arah luar, gadisnya itu sedang bercerita dengan kedua temannya. Entah apa itu, tapi sepertinya sangat seru, hingga mereka sesekali tertawa."Pernikahan kami akan terjadi tiga hari lagi, Ayah. Sampai saat ini Arin belum ku beritahu," ujarnya sambil menatap wajah Ayah gadisnya itu."Baguslah, semakin cepat semakin baik. Usia kehamilan Arinda minggu depan masuk bulan kelima. Setidaknya dia sudah ada yang menjaga."Deondra tersenyum, menerawang hidupnya yang akan bahagia dengan keberadaan istrinya yang sedang hamil bayinya itu. Malamnya takkan sendiri lagi, tidurnya sudah ada yang menemani. Dan satu lagi, dia akan mendapatkan perhatian dan juga kasih sayang, seperti yang di lakukan ibunya pada ayahnyaa. Mungkin akan berbeda, tapi itu tetaplah menjadi sebuah hal yang sama."Arinda masih muda, sedikit labil dan juga rapuh. Jika nanti setelah me

  • My Favorit Servant   Bagian 101. Ulang Tahun

    Meraba-raba bagian depan, Arinda tak dapat melihat apapun. Dua matanya di tutup Deondra, hingga membuatnya tidak tahu akan di bawa kemana."Masih jauh?" Arinda bertanya, masih ragu untuk melangkah."Tidak, hampir sampai." Deondra berkata, masih meminta Arinda melangkah maju."Sudah? Aku sudah lelah, Deon.""Sebentar lagi, Sayang. Majulah, beberapa langkah lagi."Arinda menyerah, dia tak bertanya lagi dan memilih untuk terus berjalan. Sesaat, Deondra menahan lengannya dan membuat langkahnya berhenti."Sudah sampai?""Sudah.""Lepaskan ikatan ini," pintanya membuat Deondra tersenyum.Dia melepaskan ikatan kain yang menutup matanya. Mengerjabkan matanya pelan, dia melihat sebuah gedung yang amat familliar di matanya. Beberapa gaun pengantin dan juga rancangan-rancangan ibunya tersusun di sana, beserta satu pita berbunga-bunga indah yang membentang dari satu sisi pintu ke sisi lainnya.&nbs

  • My Favorit Servant   Bab 100. Noda (21+)

    Mengait mie dengan sumpit, Arinda memakannya panjang-panjang. Uap mie yang masih panas itu seakan tak terasa di mulutnya akibat suhu dingin yang di sebabkan oleh salju.Hari ini mereka berdua tengah makan di sebuah restoran kaca. Bunga dan rumput hias menjalar bergantungan bersamaan dengan onggokan salju di atas atap kotak-kotak tempat mereka berdua menghabiskan makanan.Sepanjang jalanan terbuka di penuhi salju, bahkan rumah-rumah penduduk banyak yang tenggelam karena salju yang lumayan lebat. Tak terkecuali rumah Arinda, semalam dia harus memanggil pembersih salju untuk mengurangi tumpukan benda putih itu di halaman depan rumahnya."Boleh aku bertanya?" Arinda memasukkan lagi mie setelah berkata.Selama kehamilan, gadis itu sangat suka makan mie. Tapi bukan mie sembarangan, mie yang di makannya khusus buatan cheff ternama yang sudah di pastikan kesehatannya."Kapan aku melarang," ujar Deondra, sambil menarik tissue d

  • My Favorit Servant   Bab 99. Pernyataan Cinta

    Deondra ikut tertawa kecil, dia suka saat Arinda tidak canggung jika menggoda dan membuatnya kesal. Merentangkan tangannya di sandaran sofa, dia kembali mendengar ucapan gadis itu."Anda mengatakan ada yang ingin di tunjukkan pada saya beberapa hari lalu, 'kan? Sampai sekarang kok belum ada tanda-tandanya, Tuan?"Deondra berpikir sejenak. "Oh iya, soal itu. Em, akan kutunjukkan nanti kalau saatnya sudah tiba. Kau santai saja dan bersenang-senanglah.""Hmm, oke. Sudah dulu, ya, Tuan. Kami akan segera berangkat, sampai jumpa.""Kau berharap berjumpa denganku, ya?" Sengaja berlama-lama, Deondra mengulurkan pembicaraan."Lah, bukannya Anda datang ke rumah ini tanpa di undang? Jadi, bukan saya yang berharap bertemu, tapi Tuan yang selalu beralasan rindu.""Memang kenyataannya begitu. Nanti kau akan merasakannya jika kau sudah jatuh cinta padaku," ujarnya dengan nada yakin."Hmm. Sudah, ya, Tuan. Bye!"Deondra

  • My Favorit Servant   Bab 98. Makan Banyak

    "Benar-benar mereka itu," ucap Recath tak bisa menyembunyikan perasaan hangat, saat mobil Deondra sudah melaju di depannya.Arinda diam, masih memegang dorongan kursi roda ayahnya. Mereka berdiri di depan rumah, mengantar kepergian Deondra dan Alrix yang habis merusuh sarapan pagi mereka."Begitulah sifat Deondra yang dulu, Arin." Recath berkata, menyadarkan Arinda yang tengah termenung di belakangnya. "Dia ceria dan juga penuh kasih sayang. Kamu dengar tadi, dia datang hanya untuk memastikan kamu sarapan pagi. Dia tidak makan sedikitpun sebelum Ayah memaksa."Arinda tersenyum, mendorong kursi roda ayahnya ke halaman. "Dia memang baik, tapi kadang menyebalkan."Merengut kecil, Arinda berkata lagi. "Dia tidak seharusnya seposesif ini. Nanti kalau Arin bosan bagaimana?"Recath terkekeh kecil. "Begitulah seseorang yang sudah di mabuk cinta, bisa saja berlebihan. Kalau kamu tidak suka, katakan jangan diam saja," ucap Recath tapi

DMCA.com Protection Status