Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Pesan teks masuk.
081962xxxxxx : Terima kasih sudah mengantar Sam pulang dengan selamat.
‘Cchhh, orang ini jam segini baru aktifin ponselnya? Untung anaknya diantar sama orang baik plus cantik kayak aku. Coba ketemu orang gila, belum sampe rumah kali tu anak,’ ucap Bintang dalam hati.
Bintang: Sama-sama. Saran saya, kalau mau jemput Sam harap tepat waktu. Kasihan Sam jika harus menunggu lama.
Bintang mengirim pesan tersebut langsung saat itu juga. Dirinya tidak perduli sudah jam berapa saat itu.
Setelah memastikan tidak ada balasan, Bintang menarik selimutnya dan tidur.
***
Keesokan harinya, Bintang berangkat pagi-pagi sekali supaya bisa menyambut siswa siswinya yang menggemaskan. Sesampainya disekolah, masih sunyi. Hanya ada penjaga sekolah yang sedang menyapu.
“Selamat pagi Pak Didi,” sapa Bintang ceria.
“Selamat pagi bu Bintang. Pagi-pagi sekali bu?”
“Iya pak, saya ingin menyambut anak-anak pagi ini. Saya masuk dulu pak.”
“Oya, silahkan bu..”
Setelah Bintang meletakkan tas dan bekal yang dibawanya, Bintang berjalan ke depan kelas dan berdiri untuk menyambut anak-anak yang datang. Tampak sebuah mobil Mercy keluaran terbaru memasuki halaman sekolah.
‘Sam’
Bintang melihat Sam dan dua orang, seorang wanita dengan setelan rapi turun dari mobil tersebut. Sam tampak ceria digendeng dengan wanita itu menuju kelas
“Hallo Mama Bintang... Eh ibu guru..” Sam melambaikan tangannya dan berlari kearah Bintang.
Awalnya Bintang melotot kaget, karena dipanggil Mama oleh Sam.
“Hallo juga Sam,” balas Bintang. Sam langsung mencium tangan Bintang dan bergelayut disana.
“Bu, kenalin. Ini Tante Renata, temannya Papa. Pagi ini Tante Renata yang antar Sam kesekolah.”
DEG
‘Dia mirip wanita yang dicium Galaxy waktu itu..’ batin Bintang.
“Bintang?” tanya Renata memastikan.
Bintang tersenyum. “Ya, senang bisa bertemu lagi denganmu,” ucap Bintang, berusaha untuk biasa saja.
“Jadi Tante Re dan Ibu Bintang sudah saling kenal?” tanya Sam polos.
Renata dan Bintang saling tatap, kemudian tersenyum mendengar perkataan Sam.
“Iya sayang. Tante dan Ibu Bintang saling kenal. Kami teman lama.” Renata yang menjawab pertanyaan Sam.
‘Apa katanya? Teman lama? Sejak kapan aku jadi temannya?’ Bintang berucap dalam hati. Perasaan tak suka kembali menjalar dalam hatinya, namun Bintang tak mau rasa itu berlanjut lebih lama. Toh itu hanya masa lalunya.
“Aku pun senang bisa bertemu lagi denganmu. Oya, terima kasih kemarin sudah mengantarkan Sam pulang. Papanya Sam ada meeting mendadak dan handponenya mati jadi tidak bisa memberi kabar.” Renata berucap dengan senyuman hangat dibibirnya.
“Tidak masalah. Aku senang mengantar Sam pulang.”
“Ini dari tadi malam Sam sangat antusias sekali menyambut pagi. Katanya ingin segera pagi dan berangkat sekolah. Ingin segera bertemu dengan ibu guru Bintang. Padahal kemarin Sam tidak mau sekolah lo..” curhat Renata lagi seperti tahu seluruh kehidupan Sam.
Bintang tersenyum melihat Sam. Sam masih tidak melepas tangan Bintang sambil tersenyum malu-malu mendengar aduan dari Renata.
“Benarkah? Senang sekali mendengarnya, semoga Sam tambah semangat ya belajarnya..”
“Iya dong bu, Sam akan semangat belajar..”
“Kalau begitu pamit dulu. Papanya Sam sudah menungguku di Kantor. Titip Sam ya, ibu Bintang..”
“Pasti. Aku pasti menjaganya. Tenang saja. Hati-hati dijalan.”
Sam mencium pipi Renata dan melambaikan tangan ketika Renata menjauh. Bintang dan Sam menunggu yang lainnya didepan kelas. Di tempat parkir, Renata masih memperhatikan Bintang dan Sam. Renata tersenyum melihat perubahan Sam.
“Aku senang melihat Sam, nyawanya seperti hidup kembali. Dia tersenyum sepanjang pagi. Ternyata ingin berjumpa dengan gurunya. Semoga Sam bisa selalu seperti ini...”***
Setelah selesai mengajar, Bintang langsung pulang. Ia ingin bersiap menyambut kedatangan sahabanya. Hari ini Mondy akan datang ke Bandung. Bintang menghentikan mobilnya didepan minimarket. Iya akan membeli beberapa bahan makanan yang sudah menipis persediaannya. Biasanya ada asisten rumah tangga yang membelinya dipasar, tapi sudah 5 hari ijin pulang kampung.
Sesampainya dirumah, Bintang langsung ke dapur. Mengolah bahan yang sudah dibelinya tadi. Bintang membuat rica-rica ayam dan sop. Mondy sangat menyukai masakan Bintang ini. Setelah selesai, Bintang menghidangkannya dimeja makan. Baru saja Bintang selesai membereskan dapur, terdengar suara bel berbunyi..
Ting tong...
Bintang bergegas membuka pintu depan. Dan ternyata Mondy sudah berdiri disana.
“BINTAAAAAANG,” panggil Mondy dengan suara yang nyaring. Padahal Bintang ada dihadapannya.
Bintang memejamkan mata dan menutup kedua telinganya karena mendengar suara Mondy yang terlalu keras. “Aduuh Mon... Aku ada didepan kamu, kenapa kamu teriak?”
“Hihihi, maaf maaf.. Aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Oya, kamu nggak nyuruh aku masuk gitu. Masa tamu dari tadi berdiri diluar gini. Capek tau..” Gadis itu bertanya dengan sewotnya.
“Hahaha... Ayo ayo masuk. Aku juga udah masak yang special buat kamu. Kita langsung makan ya,” ajak Bintang.
“Ide bagus, kebetulan aku udah laper banget.”Tanpa perlu menunggu dua kali, Mondy langsung masuk kedalam dan menghampiri meja makan. Air liur Mondy hampir menetes karena melihat makanan kesukaannya. Mondy langsung makan dengan lahapnya.
“Kamu kayak orang yang 10 tahun gak makan tau, Mon?” Bintang terkekeh melihat cara makan Mondy.
“Iya, aku memang seperti 10 tahun nggak makan karena interview yang menegangkan tadi.” Bukan membantah, Mondy malah mengiyakan ejekan temannya itu.
“Oya, emang susah pertanyaannya? Terus hasilnya gimana” tanya Bintang penasaran.
Mondy masih mengunyah dengan lahapnya, namun tiba-tiba berhenti saat mendengar pertanyaan Bintang. Ia menelan sisa-sisa makanan yang ada dimulutnya. “Pertanyaannya sih nggak susah, dan aku berhasil, Bintang. Aku berhasil diterima kerja disana. Yeeeeee...”
“Yeeeee... Selamat ya. Aku seneng kamu diterima. Nanti kamu tinggal disini aja. Ya ya ya... Pleaseeee...” Bintang memohon. Jujur saja, selama ini ia merasa sendirian karena tinggal sendiri dirumah itu.
“Boleh. Nanti aku minta ibuku kirim kesini barang yang belum dibawa..”
“Horeeee... Aku gak sendirian lagi... Selamat ya, Mon..” Bintang menghampiri Mondy dan memeluknya erat.
“Iya, sama-sama,” ucap Mondy. “Oya, tadi waktu interview ada itu....” Mondy mencoba bercerita tapi gantung.
“Itu apa?”
“Ah, nggak jadi. Aku mendadak lupa. Udah. Jangan ganggu aku dulu. Aku mau makan enak. Aku mau abisin semua makanan ini.” Mondy mencoba menghindar, kalau tadi yang menginterviewnya ada seorang Galaxy Semesta Bintari-mantan kekasih Bintang.
“Ya ya ya... makanlah sepuasnya, ini memang khusus buat kamu. Awas aja kalo nggak habis,” ucap Bintang sambil menggelengkan kepala melihat tingkah lucu Mondy.
“Soal ngabisin makanan mah gampang, aku ratunya.”
Kemudian mereka tertawa bersama.
‘Puuuffhh, syukur dia gak bahas lagi’ kata Mondy dalam hati.
TO BE CONTINUED
Bintari GroupSeorang pria memakai setelan jas berwarna hitam. Memiliki wajah tampan, garis rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan memiliki iris mata berwarna biru. Pria itu duduk dibalik meja kerjanya. Didepan meja tersebut terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Ceo Bintari Group, Galaxy Semesta Bintari.’Ya, Kini Gala menjadi seorang pimpinan tertinggi di perusahaan milik keluarganya. Ketika Gala telah menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat baik, Arya Bintari memutuskan untuk pensiun. Ia menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah dibangun oleh ayahnya kepada Gala, putra satu-satunya.Dengan bakat yang dimiliki Gala dalam mengelola bisnis, kini perusahaannya menjadi 1 diantara perusahaan yang dilirik oleh pihak asing untuk berinve
“Papa mana ya? Kok belum datang juga?” tanya Sam lesu. Sejak tadi lehernya terus terulur kearah gerbang sekolah dan berharap mendapati mobil Gala datang untuk menjemputnya.Bintang yang baru saja selesai rapat, terkejut melihat Sam masih berada di sekolah. Bintang langsung berlari menghampiri Sam yang terlihat pucat. “Samudra, kamu masih disini? Ayo ibu antar pu...... astaga, panas sekali badanmu, nak.” Bintang kaget saat memegang tangan Sam, panas. Tanpa menunggu jawaban, Bintang langsung menggendong Sam kemobil dan membawa Sam ke Klinik terdekat.“Bagaimana, Dok?” tanya Bintang setelah Sam selesai diperiksa dokte
Mereka berjalan kelantai dua, langsung menuju kamar Sam. Baru saja membaringkan Sam diatas tempat tidur, ponsel Gala berdering.“Halo Kiran.. Tidak bisakah kau rubah jadwal pertemuan sore ini? Sepertinya aku tidak bisa pergi.” Gala mencoba untuk mengatur ulang jadwalnya dan tetap dirumah untuk menjaga Sam.“Tapi klien sudah menunggu anda, pak,” jawab Kiran dari sebrang sana.Gala menghela napas pelan. Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan Sam yang masih sangat membutuhkannya. “Baiklah. Aku akan segera kesana.”“Papa akan meninggalkan aku lagi?” tanya Sam sedih setelah mendengar percakapan Gala dan Kiran. Matanya mulai berkaca-kaca karena merasa akan ditinggal oleh Gala.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00, tapi Gala masih belum bisa tidur. Ia berdiri didepan jendela kamar Sam, memandang dengan tatapan kosong keluar jendela. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, terutama tentang Bintang.Terdengar suara gerakan dari tempat tidur, membuat Gala membalikkan badan dan melihat Bintang sedang berdiri dibelakangnya.“A...anda su..sudah pulang?” tanya Bintang terbata. Ia terkejut karena terbangun masih berada dikamar Sam dan ada laki-laki asing disana. “Maaf saya ketiduran tadi waktu membacakan buku cerita. Karena Sam sudah membaik dan andapun sudah disini, saya permisi,” sambungnya.“Tidak baik seorang gadis pulang sendirian. Tidurlah disini sampai pagi,” pinta Gala tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Binta
Bintang menunduk dan mulai meremas-remas tangannya. “Tasku ketinggalan dikamar Sam!”“WHAT??”“Kunci rumah, mobil, dan ponsel semuanya ada ditas itu. Kunci serepnya dibawa Mondy. Semalam dia menghubungiku kalau malam ini akan menginap dirumah saudaranya,” Bintang mencoba menjelaskan. Dan berusaha untuk tidak panik.“Kalau begitu kita kembali saja. Nanti aku antar lagi,” ucap Gala menenangkan. Ia masih berdiri dengan tangan diselipkan kedalam saku celana. “Hmm, atau aku hubungi Johan untuk membawa tas dan sepatumu. Lagi pula mobilmu masih disana.”“Mungkin ide yang ke dua lebih baik dari pada harus mondar mandir,” jawab Bintang.
Ting Tong Ting Tong.......Bintang membalikkan badan, menatap pintu depan. Bintang merasa sedikit takut. Pasalnya, tidak pernah ada orang yang bertamu kerumahnya tengah malam seperti ini. Bintang meraih sebuah teplon dan digenggamnya dengan erat layaknya memegang pemukul bola baseball. Berjalan mengendap-endap mendekati pintu depan. Ia memutar pelan kunci pintu, dan ketika pintu terbuka Bintang mengayunkan teplonnya dengan mata tertutup. Dan .....Praaaaaankk“Aaaaaawwwwww”Teplon yang Bintang ayunkan tepat mengenai kepala orang dibalik pintu. Bintang akan mengayunkan lagi teplon dalam gengamannya, namun segera ditahan....“Bintang, stop please!” u
Hooooooaaaaammssss......Sudah beberapa kali Bintang menguap. Semalam ia hanya tidur jam. Dan sekarang, rasa kantuk benar-benar menghantuinya. Padahal masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.“Ibu Bintang lagi nggak enak badan ya? Dari pagi tadi terlihat lesu,” anya Ica ketika melihat Bintang yang sedang menyandarkan kepalanya diatas tangannya yang terlipat dimeja.“Sepertinya saya masuk angin, Bu. Sudah 2 malam ini nggak bisa tidur,” jawab Bintang mengangkat wajahnya. Terlihat lebih pucat dari biasanya.“Ibu Bintang butuh istirahat. Jangan dipaksakan. Saya bantu urus proposal ke donatur kita gimana?”“Waah, beneran Bu Ica
Bintang pun memacu mobilnya kembali menuju sebuah alamat dimana sebelumnya Bintang sempat membuat janji. Ia sudah melakukan janji temu dengan donatur selanjutnya dan setuju untuk menemui Bintang. Bintang masuk ke sebuah cafe dan ternyata donatur itu sudah menunggunya.Ditatapnya punggung yang sepertinya cukup dikenalinya itu. Seperti pernah bertemu sebelumnya.“Oh jadi ini Mr. Perdana?” Bintang menghempaskan tubuhnya dan duduk dihadapan Dion yang kini hanya meringis menatapnya. Sebelum itu dia juga sempat memesan kopi yang sudah menjadi minuman favoritnya.“Sebenarnya aku mau kasih kejutan sama kamu. Tapi aku nggak bisa nunggu lama lagi..”“Dan aku cukup terkejut Bapak Mr. Perdana.” Bintan
Bintang pun turut memejamkan mata manakala bibir Gala menyentuh dahinya. Ia meneteskan airmata mendengar doa dan ucapan cinta dari lelakinya. Bukan hal mudah sampai mereka ada dititik ini. Penuh jalan terjal dan lika-liku, tapi Bintang yakin dan percaya jika dirinya dan Gala bisa melewati ini semua. Ini kejutan yang tak pernah Bintang bayangkan sebelumnya. Sungguh rasanya sangat bahagia bisa dicintai begitu dalam dari seseorang yang ia cintai pula. “Sayang, terima kasih. Aku.... Eh... ini apa?” Bintang terbelalak kaget ketika sebuah kotak beludru jatuh dipangkuannya dari buket bunga yang kini berada dalam pangkuannya. Ia membuka kotak beludru hitam tersebut dengan hati-hati. Dan didalamnya terdapat kalung berlian berwarna biru. “Gala, ini terlalu berlebihan.. aku.. aku tidak pantas untuk mendapatkannya.” “Kamu pantas mendapatkannya. Bahkan jika seisi dunia ini bisa aku beli, aku akan membelinya untukmu. Terimalah. Kamu sudah melalui banyak hal dengank
Setelah dirawat beberapa hari dirumah sakit, akhirnya Bintang bisa pulang kerumah. Kondisinya sudah benar-benar membaik saat ini. Gala yang setia menemaninya selama berada dirumah sakit kini duduk disampingnya sambil menggenggam tangan Bintang erat. Saga yang memang sudah pulang terlebih dahulu tetap tinggal dirumah bersama yang lainnya. Bintang melangkah pelan memasuki rumah dituntun oleh Gala yang berdiri disebelahnya. Sebenarnya Gala ingin menggendong Bintang jika masih terasa sakit, namun Bintang menolak dan tetap ingin berjalan sendiri. Didalam rumah tampak dekorasi mini dengan tulisan 'Welcome home, Mama!' didinding ruang tamu. Keluarga besar juga sudah menunggunya disana. Mereka menyambut kepulangan Bintang dengan penuh suka cita. Bintang duduk di kursi yang disediakan untuknya. Kemudian Mondy yang tengah menggendong Saga datang menghampiri Bintang dan memberikan Saga padanya. “Saga gemesin banget. Lihat pipinya, bulat seperti bakpau,” ujar Mondy sambi
Gala terduduk lemah dikursi depan ruangan ICU. Tiga hari sang kekasih hati tertidur didalam sana, tidak pernah sedikitpun Gala pergi meninggalkannya. Meski ia dilarang masuk, Gala tetap menunggu Bintang diluar ruangan. Siang ini, mama dan papanya baru saja tiba dan langsung menjenguk Bintang. Mereka sudah meminta Gala pulang dan istrirahat, biar mereka yang bergantian menjaga Bintang. Tapi tetap saja Gala tidak mau. Dia takut jika Bintang sadar dan dia tidak ada disana. Gala ingin menjadi orang pertama yang menemui Bintang setelah sadar nanti. “Pergilah istirahat. Tubuhmu juga membutuhkan itu. Setelah Bintang sadar nanti kamu juga harus merawatnya. Jangan Bintang sakit dan kamu juga ikut-ikutan sakit.” Ibunya mengomeli Gala. “Mama.. Gala nggak apa-apa.. mama dan papa pulanglah..” “Iya, kami juga berencana pulang setelah kamu istirahat. Tapi ternyata tetap saja berkeras ingin disini. Kamu tetap harus jaga kesehatan.” Ayah Gala juga mengingatkan.
Gala terus menggenggam erat tangan Bintang. Gala terus mendampingi Bintang yang sedang merintih diruang bersalin. Setelah diperiksa, jalan lahir sudah pembukaan penuh. Artinya Bintang sudah siap untuk menjalani persalinan.Gala berdiri disamping Bintang. Lengannya sudah memerah akibat beberapa cakaran sang istri karena menahan sakit selama menuju pembukaan penuh tadi. Bunda juga ada disana, menemani Bintang.“Ayo sayang, kamu pasti bisa. Aku mencintaimu..” ucap Gala menyemangati istrinya.“Ayo ibu, tarik nafas.. keluarkan lewat tenaga perut ya bu..” sang dokter cantik memberi aba-aba kepada Bintang.Bintang mengikuti arahan dokternya, menarik nafas dalam dan mengumpulkan seluruh tenaganya diperut. 'sayang.. Kita berjuang bersama ya.. mama ingin bertemu denganmu,' ucap Bintang dalam hati.“Ayo bu, dorong..”“Heeeeeeeeemmmmpp....” Bintang berusaha sekuat tenaga. Namun dipercobaan pertama sang bay
Beberapa bulan kemudian...Perut Bintang sudah semakin besar, tidak hanya perut tapi kakinya juga ikut membesar. Ia sering kesulitan berjalan saat ini. Sesekali Gala harus memapahnya. Galapun lebih siaga, jika berada dikantor ia akan memasang telinga lebar-lebar jika handponenya berbunyi. Gala membuka semua akses yang bisa memudahkan Bintang menghubunginya jika mereka sedang berjauhan.Malam ini mereka sedang berkumpul diruang keluarga, Bintang duduk bersandar disofa dengan kaki berada dipangkuan Gala yang duduk disebelahnya. Gala memijit kaki Bintang, sambil sesekali mengelitiki telapak kaki sang istri. Ada Sam dan juga Ibu Bintang yang setia mendampingi. Ibunda Bintang datang karena menurut prediksi satu minggu lagi Bintang akan melahirkan. Bunda ingin mendampingi putri semata wayangnya itu dalam proses persalinan.Kedua orang tua Gala pun sedang dalam perjalanan. Mereka juga ingin turut serta memberi support pada sang menantu dihari bersejarahnya.&ldq
Akhir-akhir ini Gala dipusingkan dengan tingkah istrinya. Ia harus ekstra sabar menghadapi masa trisemester pertama dikehamilan Bintang ini. Menurut dokter, hal semacam itu sangat biasa. Terkadang ibu hamil muda memiliki keinginan diluar nalar. Biasanya tidak suka jadi suka, dan begitu juga sebaliknya. Dulu sebelum hamil, Bintang akan ngomel jika sebelum mandi Gala memeluknya. Tapi sekarang, Bintang sangat suka bau keringat suaminya itu. Bahkan Gala dilarang mandi. Bintang pun sama, jadi jarang mandi. Jika Bintang mandi, maka perutnya akan mual dan muntah. Dulu Bintang sangat suka wewangian, sekarang sebaliknya. Gala tidak boleh memakai parfum. Bahkan ketika selesai mandipun Bintang akan marah-marah karena wangi harum sabun mandi yang digunakan Gala. Jika Gala selesai mandi atau menggunakan parfum, Bintang akan tidur dengan Sam. Mau tidak mau, Gala mengalah. Selama dirumah, ia akan mencium bau kecut keringatnya dan juga istrinya. Dan kebiasaan
Gala baru saja pulang ketika didapatinya Bintang tengah menonton Drama favoritnya. Disambutnya laki-laki kesayangannya itu dan dipeluknya erat.“Sayang, aku mau buah mangga,” pinta Bintang tiba-tiba seraya bergelayut pada sang suami.“Iya, besok aku belikan ya.” Gala tersenyum pada istrinya lalu menangkup pipi yang mulai terlihat gembil itu. Dikecupnya dahi Bintang dengan penuh penghayatan.“Nggak mau besok. Maunya sekarang.” Bintang memohon dengan manjanya.“Aku mandi dulu ya, nanti aku carikan mangga buat kamu.”Dengan berat hati Bintang mengangguk setuju. Ia duduk di sofabed sambil menunggu suaminya mandi. Entah kenapa tiba-tiba ia menginginkan buah tersebut lebih dari apapun saat ini. dan tak bisa ditolak.“Sayang..” panggil Bintang dari balik pintu kamar mandi. “Jangan lama-lama.”“Iya.. Ini lagi elap-elap. Sebentar ya Cintaku.”Bintang men
Dari kejauhan Bintang dapat melihat sosok kecil yang sudah satu minggu ini tidak dijumpainya. Bintang rindu dengan ocehan si bocah super lincah itu. Sebelumnya Gala sudah memberitahunya bahwa Bintang jangan terkejut melihat kondisi Sam dan Bintang sudah siap untuk itu. Sam sedang membelakangi Bintang dan asyik bermain.“Sam... Sayang..” panggil Bintang sendu.Mendengar namanya dipanggil, Sam memutar tubuhnya 180 derajat. Matanya membulat. “Mama,” ucap Sam tak kalah sendu.Hatinya bergetar melihat Bintang, orang yang sangat dirindukannya. Kemudian dengan jalan tertatih Sam mendekati Bintang dan memeluk sang mama.Meski sudah ditahan-tahan namun air mata Bintang tetap tumpah, ia tidak menyangka akan melihat bocah kesayangannya ini dengan wajah penuh lebam.“Sayang, maafin mama. Maaf karena Mama pergi dan nggak menjagamu dengan baik. Maaf karena mama tidak ada saat kamu membutuhkan mama.” Bintang menangis sambil mem
Gala melepas pelukannya dan tertawa mendengar ucapan Bintang. “Dia senang kalau yang datang menjepitnya adalah orang yang sejak lama ditunggu kehadirannya. Iya kan sayang?” Gala membungkukkan tubuhnya, berbicara pada perut Bintang.Kemudian mengusap lembut tempat dimana darah dagingnya bersemayan. Dan mengecupnya berulang kali. “Papa senang akhirnya kamu datang, Nak. Sampai bertemu sembilan bulan lagi ya..”“Delapan bulan lagi, Papa,” ralat Bintang sambil tersenyum melihat Gala.“Wah, lebih cepat satu bulan ternyata. Ah, papa udah nggak sabar.” Gala kembali berdiri dan mengecup dahi Bintang. Kemudian Gala memetik buah strawberry dan menyuapkannya pada Bintang. “aaaaaa....”“aaaa...” Bintang menyambut strawberry dari tangan Gala.“Manis?” tanya Gala.“Manis.” Jawab Bintang sambil tersenyum.Lalu Gala memetik satu buah strawberry lagi, kemudi